Jadi Istri Pengganti Untukmu

Dion membelalakkan mata. Ia berusaha melepaskan tangan Dea yang ternyata jauh lebih kuat dari kelihatannya.

​"Mmpph! Dea! ada ap... hmmph!"

​Dea memasang ekspresi datar.

"Dion, dengarkan aku baik-baik. aku tahu ini aneh tapi ini darurat. Tuan dingin ada di sini, seseorang harus selamat. kau harus jadi aktor yang bisa di andalkan."

​Tepat saat itu, Liam dan Dimitri masuk kedalam ketika mendengar seseorang menyebut nama Luna, matanya yang tajam menyapu area meja mereka.

Langkahnya berat dan aura dinginnya terasa menusuk.

​Dea segera menarik tangannya dari mulut Dion, lalu dengan sigap, Ia menarik kerah baju Dion hingga wajah mereka berdekatan dan berbisik dengan nada mengancam.

​"Dion dia datang, aku akan berakting gila. kau harus ikut main. atau kau akan kubuat menyesal seumur hidup."

​Tanpa menunggu jawaban Dion yang masih syok, Dea langsung berteriak keras sambil menampar wajah Dion hingga warna merah membekas di pipi kanan pria itu.

​"DION! KENAPA KAMU BEGITU TIDAK SETIA?! KAU BILANG CINTA PADAKU! TAPI BARU SAJA AKU LIHAT KAU BERCIUMAN DENGAN PELAYAN WANITA ITU DI DEPAN TOILET!"

​Seketika semua mata di cafe, termasuk mata Liam teralih ke arah mereka. Liam yang baru saja hendak menuju ke meja mereka langsung terhenti.

​Wajah Dion yang tadinya pucat, kini memerah padam karena malu. "Dea! apa yang kau lakukan?!"

​Dea tak peduli. Ia memainkan peran itu dengan sempurna. Ia memukul bahu Dion dengan keras lagi sambil meneteskan air mata buaya.

​"JANGAN SENTUH AKU! KAU PENGKHIANAT! KAU MERUSAK PERTEMUAN KITA!"

Dea kembali berbisik pelan dan cepat kepada Dion, "Tersenyumlah, bodoh! dia sudah melihatmu!"

Dion masih membeku dan bingung akan permainan Dea.

​Liam kini sudah berdiri tepat di samping meja mereka. pandangannya tidak tertuju pada drama couple di depannya, melainkan pada tiga cangkir kopi, satunya milik siapa?

Liam menatap Dion dengan tatapan datar dan menyelidik.

​"Dion, kamu terlihat... sibuk. aku tidak tahu kalau kamu punya selera drama couple sore-sore begini?."

​Dion berusaha mendekat ke arah Liam untuk memperbaiki citranya yang sudah rusak gegara akting Dea barusan.

Dion ingin menghardik Dea saat ini juga jikalau saja tidak ada siapapun, dia berusaha menguasai rasa gugupnya di bawah tatapan Tuan Liam.

"Tuan Liam.. apa kabar? maaf saya sedang ada... urusan pribadi yang sangat konyol. wanita kalau cemburuan memang begini persisnya," kata Dion mencoba tersenyum, lalu melirik Dea dengan sangat tajam.

​Dea yang kini berperan sebagai wanita tersakiti memeluk erat lengan Dion. Ia juga balas menatap Liam dan untuk sesaat keduanya berada dalam perang dingin adu tatapan.

​"Tuan Liam maafkan kegaduhan yang saya buat. Ini pacar saya memang playboy cap kadal," kata Dea menekan kata-kata itu.

"Ngomong-ngomong, Tuan mau ke mana tadi? mencari wanita lain juga?"

Dea bertanya namun ​Liam mengabaikan Dea sepenuhnya.

Matanya terpaku pada Dion dan nada suaranya turun satu oktaf, menjadi sangat mengintimidasi.

​"Aku ke sini karena mendengar nama istriku disebut seseorang." Ucap Liam dan Dea maupun Dion diam sesaat membiarkan pria itu berbicara.

"Sengaja kemari untuk menjemput istriku hanya saja ban mobil tiba-tiba kempes di ujung sana, jadi aku berteduh disini dan disuguhkan sesuatu yang lebih menarik," kata Liam pandangannya beralih dari kopi di meja ke wajah Dion.

​"Senang melihatmu memiliki kehidupan yang berwarna. tapi jangan sampai masalah pribadi mengganggu proyek kita. kamu tahu, aku tidak suka ketidakprofesionalan. dan juga tidak suka... kebohongan." Kata Liam.

Kemudian pergi dari sana dengan mengabaikan kedua orang yang sedang berpura-pura menjadi sepasang kekasih.

Setelah Liam benar-benar pergi, Dion melepaskan tangan Dea dan membersihkan kemejanya dari sentuhan wanita itu.

Dion menelan ludah. Ia tahu Liam bukan hanya mengacu pada drama Dea, tetapi pada ketidakhadiran istrinya yang misterius.

Dan memang siapa sebenarnya istri pria itu? entah sesuatu membuat jantungnya berdegup kencang.

Setelah Tuan Liam menghilang, Dea langsung ambruk di kursi. Ia mengipasi wajahnya dengan telapak tangan.

​"Hah! berhasil! mission accomplished!" seru Dea bangga.

​Dion menatap Dea dengan pandangan yang bercampur antara bingung, marah, dan kagum tidak tahu untuk hal apa.

"Dea! apa-apaan tadi?! kau membuatku kehilangan citra baikku di hadapan mitra bisnisku! dan apa maksudmu sebenarnya?"

Tanya Dion semakin curiga karena Luna tidak muncul dari tadi pasti terjadi sesuatu yang tidak beres antara dua wanita ini.

​"Diam kau Dion! lebih baik kau sekarang telepon Luna dan pastikan dia aman. aku sudah jadi pahlawan untuk kalian bertiga, eh salah.... berdua."

"Tadi perut Luna tiba-tiba nyeri dan langsung kusuruh ke rumah sakit. pas aku berdiri di pojok sana seseorang ternyata diam-diam menyukaimu di kursi paling ujung, jadi aku membantunya menghadapi pengganggu di hubungan kalian. sekarang giliranmu," kata Dea sambil memungut sisa kue yang ia jatuhkan tadi.

"Aku benar-benar butuh kue setelah drama action tadi. aktingku benar-benar sempurna,"

​Dion hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah gila Dea, namun Ia segera mengeluarkan ponselnya, pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan tentang Luna dan tatapan mengerikan dari rekan bisnisnya.

Apalagi Dea yang begitu aneh serta mencurigakan, arghhh dia tidak mengerti tapi yang paling penting, bagaimana kondisi Luna saat ini. Dion sangat khawatir dan ingin ke rumah sakit menemui wanita itu.

Bersambung.....