Aditya Dave Mahendra, di takdirkan menjadi pewaris yang akan memimpin beberapa perusahaan besar milik kedua orang tuanya.
Lahir dari kedua orang tua yang sama-sama menjadi anak tunggal dalam keluarga kaya raya, bisa di bayangkan berapa banyak aset-aset miliknya yang pasti tidak akan habis 7 turunan.
Pria tampan yang memiliki garis wajah tegas itu, menuruni sifat ayahnya. Aditya di kenal sangat tegas dan disiplin dalam segala hal. Dia juga terkenal dingin di perusahaan dan orang-orang sekitar. Kecuali pada keluarganya dan orang yang menurutnya spesial.
Aditya bahkan sangat over protective pada adik perempuannya, Aurelia. Sampai tidak ada laki-laki yang berani mendekati Aurelia meski kini gadis itu sudah berusia 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Kak, apa sudah boleh mengaktifkan data.?" Elia bertanya sembari meringis kikuk. Kemarin malam dia baru di marahi Aditya gara-gara salah bicara dengan Davina. Walapun bukan memarahinya dengan dana tinggi ataupun raut wajah penuh emosi, namun Elia tau kalau Aditya benar-benar marah karna hal itu.
Sungguh Elia tidak tau kalau ucapannya akan berakibat buruk untuk sang Kakak. Mendapat omelan dari Davina dan sampai memaksa agar segera kembali ke Jakarta tanpa melanjutkan liburan yang masih beberapa hari lagi.
Akibatnya, Aditya terpaksa menyuruh Elia mematikan mode data pada ponselnya. Begitu juga dengan ponsel Aditya yang bahkan langsung dimatikan mode data selesai mendapat ocehan panjang lebar dari Davina.
"Lain kali jangan asal bicara. Bukannya aku sudah mengingatkan agar tidak memberi tau mereka kalau tidur satu kamar." Tegur Aditya datar. Dia tak memberikan jawaban atas pertanyaan Elia, justru menegurnya dengan pandangan mata lurus ke depan. Menikmati pemandangan pantai di sore hari.
Elia menundukkan kepala, sejujurnya dia juga sedikit bingung kenapa Davina bersikap berlebihan hanya karna dia dan Kakaknya tidur bersama.
Elia juga baru ingat, dulu Mamanya juga memberikan pengertian agar dia tidak lagi tidur dikamar Aditya ataupun sebaliknya. Intinya Davina melarangnya tidur bersama Aditya.
Hanya karna alasan sudah sama-sama besar dan tidak baik jika masih tidur bersama.
Tapi hal itu malah menambah rasa penasaran Elia. Dia penasaran tidak baik bagaimana.? Sedangkan dia dan Aditya adalah sudara. Apanya yang tidak baik.? Kecuali jika tidur dengan kekasih, jelas Elia tau itu tidak boleh dan sangat tidak baik.
"Maaf. Lain kali tidak seperti itu lagi." Lirih Elia seraya meraih lengan kekar Aditya dan mendekapnya. Elia juga meletakkan kepalanya di bahu sang Kakak, dia sedang berusaha membujuk Aditya agar tidak kesal lagi padanya.
Aditya terdengar menghela nafas, entah harus bagaimana lagi dia bicara dengan Elia. Jika dia berkata jujur tentang status keduanya yang sebenarnya bukan saudara kandung, mungkin Elia baru akan patuh dan tidak akan lagi merengek untuk tidur bersama. Tapi resikonya dia akan membuat perasaan Elia hancur.
Bahkan Mama dan Papanya saja bingung bagaimana caranya memberitahukan Elia tentang fakta itu. Jadi tidak heran selama 20 tahun, Elia belum tau siapa orang tua kandungnya.
"Sudah gelap, kita ke kembali ke resort saja. Udaranya semakin dingin." Aditya menarik pelan lengan kekarnya dari dekapan Elia. Elia menoleh seraya mengangguk patuh dan ikut berdiri di bantu oleh Aditya.
Sebenarnya keduanya lebih mirip seperti pasangan kekasih, alih-alih sebagai kakak beradik.
Bayangkan saja, mereka pergi berlibur ke Bali hanya berdua. Tinggal dalam resort dan kamar yang sama meski, makan diluar dan jalan bersama ke pantai seperti sedang berkencan. Terlebih, Elia sering merangkul lengan Aditya.
...*****...
Sudah 4 hari Aditya dan Elia berlibur di Bali. Hari ini waktunya mereka kembali ke Jakarta.
Mereka menghabiskan waktu di Bali seperti hari-hari sebelumnya. Mengunjungi beberapa restoran terkenal dan tempat wisata yang indah. Bermain di pantai hingga menaiki bananboat. Aditya juga pernah mencoba berselancar dan Elia hanya menjadi penonton saja karna tidak berani bermain dengan ombak. Dia takut badan mungilnya tergulung air laut.
Dan setelah mendapatkan teguran dari Davin untuk tidur terpisah, apakah mereka masih tidur bersama.? Jawabannya adalah ya, mereka masih tetap tidur dalam ranjang yang sama. Namun, keduanya sama kompak berbohong pada orang tua mereka dengan mengatakan sudah tidur di kamar terpisah. Tentu saja semua itu terjadi karna rengekan Elia hingga Aditya tidak kuasa menolak permintaan adiknya yang penakut itu.
Totalnya perjalanan dari resort di Bali sampai ke rumah mereka, memakan waktu kurang lebih 3 jam. Kini mobil yang menjemput mereka sudah berhenti di halaman rumah megah Dave dengan luas bangunan lebih dari 3000 meter.
Supir dan 1 orang pekerja rumah membantu membawakan koper dan oleh-oleh yang di beli dua anak majikan mereka.
Elia berjalan cepat ke arah pintu masuk utama, pasalnya dia sudah melihat ada Davina dan Dave yang baru saja berdiri di sana.
Elia menghambur ke pelukan Mamanya, padahal hanya 4 hari tidak bertemu, tapi seperti habis berpisah berbulan-bulan. Mungkin karna sifatnya yang manja, jadi sudah terbiasa menghambur begitu saja untuk memeluk erat Mamanya.
"Bagaimana liburannya.? Seru.?" Tanya Davina. Dia ikut senang melihat kebahagiaan di wajah putrinya.
"Hum,," Elia mengangguk cepat.
"Sangat menyenangkan bermain di pantai, melihat sunset dan naik bananboat." Tuturnya dan kali ini beralih memeluk Dave sekilas.
"Tapi kamar yang aku pilih sepertinya ada hantunya." Elia bercerita dengan kedua bahu yang berdigik ngeri. Dia membayangkan saat malam-malam mendengar suara tidak jelas.
"Kenapa tidak tukar kamar dengan Kakakmu." Ujar Dave.
"Tapi aku jadi takut kalau tidur sendirian walaupun harus tukar kamar." Sahut Elia. Tanpa dia sadari, semua orang tertegun mendengar penuturan. Terlebih Aditya. Pria yang tengah berdiri di belakang adiknya itu sampai membulatkan matanya, geram karna Elia selalu keceplosan bicara.
"Kamu sebaiknya istirahat di kamar dulu. Minta bibi buatkan minum kalau mau." Ujar Davina pada Elia seraya mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Elia menurut, Dave dan Aditya juga ikut masuk ke dalam.
Saat Elia sudah menaiki tangga, Aditya juga seperti akan menuju tangga untuk pergi ke kamarnya sendiri. Namun suara teguran dari Davina membuat Aditya menghentikan langkah.
"Mama ingin bicara sama kamu." Ucap Davina. Dia lebih dulu berjalan ke ruang keluarga, di susul Dave dan Aditya.
Duduk bertiga di ruang keluarga. Aditya seperti akan di interogasi saat duduk di depan kedua orang tuanya, apalagi tatapannya sudah seperti meminta penjelasan.
"Aditya,, kamu tau sendiri kalau Elia bukan,," Davina menghentikan ucapannya, lagipula Aditya juga pasti sudah paham sambungan kata yang tidak Davina ucapkan.
"Kalau kalian masih tidur bersama seperti ini, Mama khawatir terjadi sesuatu." Lanjutnya panik.
"Tapi aku tidak pernah berbuat apapun pada adikku sendiri. Mama jangan khawatir." Jawab Aditya penuh ketegasan tanpa ada kebohongan dalam sorot matanya.
Davina menarik nafas dalam. Dia tau bagaimana pria dewasa yang sudah memiliki naf-su. Bagaimanapun, dia pernah muda dan tau seperti apa seorang pria.
Dia percaya Aditya tidak punya niat berbuat sesuatu pada Elia, tapi siapa yang bisa menjamin kalau Aditya bisa menahan naf-sunya kalau terus-terusan satu kamar dengan wanita tanpa ada ikatan darah.
"Sudah, sudah," Dave melerai karna tidak mau mendengar pembahasan seperti ini lagi.
"Kamu lain kali kamu harus tegas pada adikmu. Ini juga demi kebaikan kalian. Elia baru 20 tahun dan harus menyelesaikan kuliahnya." Ujarnya dan langsung di angguki paham oleh Aditya.
Untung Elia polos orangnya,gak cerdik,kalo cerdik dia yg akan meninggalkan kamu..