My Beloved Sister
"Aditya,,, jangan lari-lari nak,,,!" Teriakan Davina di halaman belakang sampai terdengar di balkon belakang lantai dua. Dave yang tengah menikmati secangkir teh sembari mengerjakan pekerjaannya, hanya bisa mengukir senyum tipis.
Sikap protektif Davina pada sang putra hampir setiap hari menghiasi hari-hari Dave. Apalagi putranya sangat aktif di usianya yang sudah menginjak 5 tahun.
Aditya tidak bisa diam, rasa penasaran dan keingintahuannya sangat besar. Dia menyentuh dan memainkan apapun yang ada di depan matanya.
Tapi meski begitu, Aditya sangat pintar. Dia bahkan sudah lancar membaca dan fasih bahasa Inggris.
Di sekolahnya, dia lebih unggul di banding anak-anak yang lain.
"Come on Mom,,," Seru Aditya yang semakin berlari kencang hingga Davina kesulitan untuk mengejarnya.
"Oh ya ampun Dave,,, ada apa dengan anakmu ini,," Keluh Davina yang memilih mendudukkan diri di kursi taman. Dia sudah tidak sanggup mengejar putranya lagi. Tenaganya terkuras habis hanya untuk menemani Aditya bermain selama 1 jam.
"Dia juga anakmu sayang,," Suara teduh Dave seakan menjadi penyelamatan bagi Davina. Wanita itu menoleh kebelakang, mendongak untuk menatap Dave yang berdiri di belakangnya.
Satu kecupan mendarat di pucuk kepala Davina dan beralih ke bibir dengan luma tan singkat. Sikap romantis Dave semakin menjadi saja seiring dengan bertambahnya usia.
Hampir menginjak kepala 4, Dave semakin lengket pada Davina. Terkadang bersikap manja layaknya Aditya.
"Tapi dia persis sepertimu," Jawab Davina begitu Dave melepaskan ciumannya.
"Pekerjaannya sudah selesai.?" Davina bertanya penuh kelembutan.
Berbeda dengan Dave yang semakin romantis dan manja, Davina justru semakin dewasa dan keibuan. Dia bukan lagi Davina 5 tahun lalu.
"Belum, kericuhan kalian berdua lebih menarik perhatianku." Jawab Dave dengan senyum tertahan.
"Aditya, kemari sayang,,,!" Panggil Dave dengan suara tegasnya. Dia melambaikan tangan pada Aditya.
Bocah 5 tahun itu langsung berlari mendekat.
"Papa,, kapan kita jalan-jalan.?" Tanya Aditya seraya menghambur kepelukan Dave.
"Kau dengar sayang, putramu bahkan rindu pergi jalan-jalan Papanya." Timpal Davina. Ada nada menyindir dalam ucapannya.
Belakangan ini Dave memang sangat sibuk sampai tidak punya waktu untuk pergi jalan-jalan bersama.
Bahkan di hari libur seperti ini, Dave masih berkutat dengan pekerjaannya sejak pagi.
"Maaf, belakangan ini Papa sibuk sampai mengabaikan kalian." Dave mengusap pucuk kepala Davina dan Aditya bergantian.
"Papa janji minggu depan akan ajak kalian pergi berlibur. Bagaimana kalau kita pergi ke Paris.?" Ajaknya.
Aditya dan Davina langsung mengangguk antusias.
"Yeayy,,, kita akan pergi jalan-jalan.!" Seru Aditya yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
"Sudah sore, ayo masuk. Kamu juga harus mandi sayang,," Ajak Davina pada putranya.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah, Davina menggandeng putranya, sementara itu Dave berjalan di samping Davina.
"Kita juga harus mandi." Bisiknya menggoda.
Seketika cubitan melayang ke pinggang Dave.
"Apa tadi pagi belum puas mandinya." Sahut Davina. Dia acuh saja bicara seperti itu di samping Aditya, lagipula Aditya juga tidak akan paham apa yang dia dengar.
"Ingat sayang, 3 kali sehari seperti minum obat." Jawab Dave seraya terkekeh. Davina mendelik, bisa-bisa dia terkapar tidak berdaya kalau Dave memintanya 3 kali sehari. Untung saja tidak berlangsung setiap hari.
"Ok,, tapi untuk hari ini saja." Davina akhirnya menyanggupi. Lagipula dia juga tak tega pada Dave karna sudah 1 minggu mereka tidak melakukannya akibat tamu bulanan.
...****...
Pagi itu Davina ikut mengantar Aditya ke sekolah, di antar oleh supir pribadi yang sudah bekerja selama 4 tahun dengannya.
"Bukannya istri kamu sedang hamil Jo.? Kenapa tidak kamu ajak tinggal disini saja.? Daripada sendirian di kampung," Seperti biasa Davina selalu memulai obrolan lebih dulu. Itu sebabnya semua pekerja di rumahnya betah bekerja dengannya karna sikapnya byang baik dan ramah.
"Iya Bu, kemarin baru di tes hasilnya positif."
"Sebenarnya hari ini mau minta ijin untuk pulang, saya mau antar istri periksa ke bidan." Tutur Jordi. Laki-laki berusia 25 tahun yang baru menikah 6 bulan itu tampak berbinar saat menceritakan kehamilan istrinya.
"Ya sudah, kamu boleh pulang setelah mengantar Aditya." Tanpa pikir panjang Davina langsung mengijinkan Jordi untuk pulang kampung. Dia memikirkan perasaan istri Jordi yang sudah pasti sedang membutuhkan suami di sampingnya.
"Makasih banyak Bu." Ucap Jordi.
"Jadi saya boleh bawa istri ke sini.?" Tanyanya memastikan.
"Istri saya memang ingin bekerja disini, tapi di rumah sudah banyak orang, jadi saya tidak berani minta pekerjaan." Tuturnya. Walaupun sudah seperti keluarga, tapi Jordi tidak berani meminta pekerjaan pada Davina untuk istrinya. Terlebih asisten rumah tangga di rumah Davina sudah banyak.
"Boleh Jo. Mau tinggal di sini terus juga tidak masalah." Jawab Davina.
"Nanti bantu-bantu di dapur saja, jangan pegang kerjaan yang berat-berat."
Jordi terlihat semakin bahagia saja. Tentu dia senang karna akhirnya bisa tinggal bersama dengan sang istri.
...*****...
"Mas,,," Davina masuk ke dalam ruang kerja Dave dengan membawa secangkir teh hangat dan dessert.
Dave pergi ke ruang kerjanya setelah makan malam, dan masih betah di dalam setelah 2 jam. berada di sana.
Davina bahkan sudah selesai menemani Aditya belajar dan mengerjakan tugas.
Senyum di bibir Dave mengembang begitu melihat kedatangan istrinya. Dia kemudian menepuk pahanya, meminta Davina untuk duduk di atas pangkuannya.
Davina menurut, setelah meletakkan nampan di atas meja, dia langsung duduk di pangkuan Dave.
"Jangan gila bekerja, kamu sudah punya segalanya sayang. Apa lagi yang kamu cari.?" Ucap Davina seraya mengecup singkat bibir Dave penuh cinta.
"Semua ini juga untuk kalian, terutama putra kita."
"Jadi saat sudah dewasa nanti, Aditya hanya perlu meneruskan perusahaan kita." Tutur Dave.
Cara berfikirnya memang berbeda dengan Davina. Dave ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya selama dia masih mampu dan memiliki tenaga untuk melakukannya. Agar nanti di usia tua dia tinggal menikmati hasilnya.
Dan yang pasti akan mewariskan semua harta miliknya untuk Aditya kelak. Jadi putranya tak perlu susah payah membangun perusahaan dari nol.
"Sayang,, bagaimana kalau kita program lagi.? Aku ingin Aditya memiliki adik." Raut wajah Davina seketika berubah serius.
Membahas tentang harta yang akan di wariskan semua pada Aditya, tiba-tiba membuat Davina teringat dengan keinginannya untuk bisa memiliki anak lagi.
"Davina, aku sudah sering mengatakannya padamu." Dave mengusap punggung istrinya dengan lembut. Tatapannya berubah sendu, dia tidak akan sanggup melihat kesedihan lagi di mata Davina setiap kali mengalami keguguran.
sejak memiliki Aditya hingga kini usia Aditya 5 tahun, sudah 3 kali Davina hamil. Tapi ketiganya hanya mampu bertahan kurang dari 7 minggu.
"Tidak apa kita hanya memiliki Aditya, dia sudah lebih dari cukup. Bahkan segala-galanya untuk kita."
"Aku tidak mau melihatmu sedih dan merasakan sakit saat di kuretase."
"Belum lagi butuh waktu untuk memulihkan kondisi kamu setelah itu."
Dave memeluk erat tubuh Davina.
"Tidak perlu program lagi, kalau memang Tuhan menghendaki kamu untuk hamil lagi, dia pasti akan hadir di dalam sini." Ucapnya seraya mengusap lembut perut Davina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Dave nikah lambat ya,Udah umur hampir kepala 4 ,Anaknya baru berumur 5 tahun??🤔🤔🤔
2024-08-21
0
Susana Sari Sari
mampir Thor...novel masa lalu belum up lagi 💪💪💪
2024-08-06
0
Cici Sri Yuniawati
hallo kak aku mampir kesini🤭😂
2023-07-01
3