Ryzel Dicky, seorang pria yang menyebrang ke dunia paralel dengan penyebab yang konyol.
Dunia paralel ini tidak berbeda sedikit pun dengan Bumi.
Disebabkan dirinya jenuh dengan pekerjaan, ia mendapatkan sebuah sistem yang mengharuskannya melakukan perjalanan menuju ke suatu tempat.
Namun, perjalanan yang ia lalui tidak semudah itu, banyak sekali cerita yang tidak terduga terjadi.
[Berhasil Masuk di Paris! Dapatkan 50% Saham Dureks dan + 9 cm Panjang Adik Kecil!]
[Berhasil Masuk di Tokyo! Dapatkan Afinitas Binatang!]
[Berhasil Masuk di Moskow! Dapatkan Istri Setia dan Cantik, 70% Saham Foksconn, dan Mansion Senilai 90 Triliun!]
Tanpa disadari dirinya telah menjadi orang terkaya dan tertampan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riizer13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Musem Konferensi di Bandung
“Ini akunnya?“ Rina menunjukkan ponselnya yang menampilkan akun Ryzel.
Melihat layar ponsel Rina, Ryzel menganggukkan kepalanya. “Pengikut masih sedikit.“
“Lumayan banyak, kok. Mengingat kamu baru aktif beberapa hari yang lalu, bahkan tidak seminggu.“ ucap Rina sambil tersenyum dan sedikit menyanggah ucapan Ryzel. “Jangan patah semangat, aku yakin kamu pasti menjadi streamer besar di masa depan nanti.“
Rani pun mengangguk sambil mengangkat ponselnya hendak mengambil foto.
Hati Ryzel terasa hangat dan ia tersenyum menatap Rina yang begitu baik. “Terima kasih atas kalimatnya.“
“Sama-sama.“ Rina balik tersenyum dengan pipi yang mulai memerah. “Kamu mau siaran, kan? Aku akan menjadi dengan Rani agar tidak mengganggumu bersiaran.“
“Tidak perlu, kamu boleh ikut aku bersiaran langsung jika kamu tak keberatan tampil di dalam siaran langsung.“
Wanita kembar ini saling melirik, kemudian mereka mengangguk satu sama lain.
“Boleh, tetapi jangan menampilkan wajah aku dan Rani, kami berdua tidak percaya diri,” Rina berkata dengan malu.
Alis Ryzel naik, ia terheran dengan perkataan Rina. “Wajah kalian berdua cantik, mengapa harus malu?“
“Umm … terima kasih pujiannya.“ Pipi Rina memerah setelah mendengar pujian Ryzel.
Hatinya terasa berbunga-bunga ketika dipuji cantik oleh Ryzel. Walaupun mereka berdua kerap dipuji oleh teman-teman di kampus, rasanya berbeda ketika dipuji Ryzel yang adalah seorang pria tampan.
Kampusnya di ITB ada yang tampan, tetapi tidak yang setampan seperti Ryzel, lebih lagi Ryzel memiliki keunggulan yang lain, yakni tingginya. Di kampusnya jarang ada pria yang memiliki tubuh tinggi.
Bukan cuma Rina yang merasa malu, Rani pun sama, ia berpura-pura sedang memotret foto-foto yang ada di dinding tembok dekat pintu masuk museum.
“Aku akan menyiarkan sekarang,” kata Ryzel kepada Rina.
“Baik.” Rina menyampingkan diri dari Ryzel, ia tidak mau wajahnya tersorot kamera Ryzel.
Melihat siaran langsung berhasil terhubung, Ryzel segera melakukan pembukaan singkat, sebab di sini ada banyak orang yang berkunjung, takut mengganggu orang-orang.
“Halo, Semuanya! Selamat siang, semoga kalian sudah mandi. Kali ini aku sedang berada di dalam Museum Konferensi Asia-Afrika yang ada di Bandung, bisa kalian lihat di belakangku terdapat foto-foto dari konferensi yang dilakukan oleh para petinggi dunia bersama petinggi Indonesia ….“
Ryzel menjelaskan sedikit tentang mengenai apa yang ada di dalam Gedung Museum Konferensi Asia-Afrika, Ryzel tidak tahu banyak tentang sejarah terjadinya peristiwa adanya konferensi terkenal ini lantaran dia di sekolah tidak terlalu jago dalam pelajaran sejarah walaupun dirinya murid jurusan IPS.
“Pada intinya, konferensi ini membantu negara-negara yang terkena dampak perang untuk bangkit dan merdeka dari himpitan blok barat dan blok timur, negara non-blok pun juga dibantu tentunya. Konferensi ini juga menghasilkan persetujuan hebat yang dikenal oleh kita dengan nama Dasasila Bandung.“
Ketika Ryzel menerangkan sedikit tentang museum ini, ia ditonton oleh Rina dan Rani. Mereka berdua terkejut dengan pengetahuan sejarah dari Ryzel, mereka saja tidak begitu ingat dengan sejarah dari Konferensi Asia-Afrika.
Mereka terkesan juga dengan cara bagaimana Ryzel berinteraksi di depan kamera, bukan hal yang mudah untuk bisa berbicara ketika kamera menyala.
Tepat ketika Ryzel memberi sedikit pengetahuan kepada para penontonnya, seorang pria berseragam hitam datang kepadanya.
“Halo, selamat siang, Pak.“
Mendengar ada yang menyapanya, Ryzel menoleh untuk melihat sosok yang memanggil.
“Eh, halo, Pak.“.
“Ada yang bisa aku bantu, Pak? Tampaknya Anda sedang berbicara dengan ponsel, seorang Yituber, kan? Aku bisa membantu Anda untuk memberi tahu tentang apa yang ada di museum ini. Tenang, aku adalah edukator dari musem ini,” Pria tersebut berkata dengan ramah dan menohok.
Edukator bisa juga dikatakan sebagi pemandu yang memiliki pengetahuan yang dalam tentang tempat ini.
“Boleh, apa aku harus membayar?“ Ryzel tidak masalah, ia malah merasa terbantu, tidak perlu dirinya menerangkan panjang lebar kepada para penggemarnya.
“Tidak.“ Pria ini melambaikan tangannya dengan cepat. “Gratis, tidak perlu membayar sama sekali.“
“Baiklah, mohon bantuannya.“ Ryzel mengangguk.
Sehabis itu, Ryzel berkenalan dengan pria ini yang bernama Faisal, Rina dan Rani pun berkenalan dengan edukator satu ini.
Kemudian mereka bertiga diarahkan oleh pemandu ke bagian tempat di mana terdapat patung yang menggambarkan tempat kursi para petinggi dunia duduk di dalam konferensi ini.
Terdapat banyak bendera dari berbagai negara di belakang tempat duduk yang berjejer ke samping, tidak jauh di depan tempat duduk tersebut terdapat patung presiden pertama kita, yaitu Bapak Presiden Ir. Soekarno yang berdiri tengah berpidato.
“Nama Ryzel, Rani, dan Rina sudah terdaftar, tetapi kelian belum dikonfirmasi, kebetulan sekali ternyata adalah orang-orang yang aku pandu selama ada di dalam museum ini. Kalian diharapkan ke konter di sana untuk mengonfirmasi kedatangan kalian bertiga.“
Usai memeriksa nama Ryzel dan wanita kembar, Faisal ternyata adalah pemandu atau edukator yang akan mengajak mereka bertiga berkeliling museum.
Sebelum ke sini, mereka harus melakukan registrasi terlebih dahulu tentang kapan mereka akan datang ke museum di situs resmi Museum Konferensi Asia-Afrika, bisa diakses lewat internet. Jadwal buka museum ini berbeda-beda, tidak sepenuhnya jam buka museum sama di setiap harinya.
Mereka bertiga mengikuti instruksi dari Faisal, mereka mengonfirmasikan kedatangannya di musem ini sesuai jadwal yang mereka buat dan tercantum di formulir registrasi.
Sesudahnya, Faisal membawa mereka bertiga untuk melihat beberapa foto-foto dokumenter dari berbagai peristiwa penting, yakni foto peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
Pafa penggemar Ryzel yang menyaksikan dan menyimak apa yang diterangkan oleh Faisal.
“Ini adalah foto dokumenter dari peristiwa Konferensi Bogor.“ Faisal menunjuk ke sebuah foto hitam-putih yang menampilkan 5 sosok pria yang sedang duduk di kursi yang megah. “Beliau-beliau ini adalah Perdana Menteri dari negara Ceylon atau Sri Lanka, Burma atau saat ini disebut Myanmar, India, Pakistan, Indonesia.
“Dalam konferensi ini ada banyak hal yang dibicarakan oleh petinggi-petinggi ini, yakni membicarakan persiapan pelaksanaan Ganefo dan Konferensi Asia-Afrika, membicarakan persiapan pembentukan Conefo, Komite Bersama, dan Gerakan Non-Blok.
“Pertemuan ini juga merumuskan jadwal atau agenda, negara-negara yang akan diundang, dan tujuan dari adanya Konferensi Asia-Afrika. Intinya, dengan adanya konferensi ini, Konferensi Asia-Afrika terwujud dan terlaksana dengan baik.“
Secara gamblang dan fasih Faisal menjelaskan sejarah dari foto tersebut.
Berlanjut lagi mereka ke bagian dari dalam museum, Faisal menunjukkan memorial, beberapa benda antik, seperti mesin tik, kamera, bahkan rekaman asli dari Presiden Ir. Soekarno berpidato dalam Konferensi Asia-Afrika.
Banyak sekali gambar serta foto yang mencerminkan peristiwa yang terjadi di zaman dahulu. Faisal menyebutkan bahwa bangunan ini dirawat dengan baik, tidak ada yang diubah, semuanya sama dengan penampilan bangunan museum saat digunakan untuk konferensi.
Bagian bangunan, contohnya lantai, tiang-tiang atau pilar, ruangan, perabotan, dan langit-langit dalam bangunan tidak ada yang diubah, sangat terawat.
Setelah mendengar rekaman pidato asli, mereka dibawa oleh Faisal ke ruang perpustakaan yang menyimpan banyak buku dan koleksi langka, ada ruang khusus yang menyimpan naskah-naskah dan berkas-berkas yang pernah dipakai di dalam konferensi saat itu.
Anak-anak boleh membaca di sini karena perpustakaan ini menyediakan buku untuk anak-anak membaca, orang dewasa pun disediakan juga bukunya untuk dibaca.
Sayangnya, mereka bertiga tidak bisa menyaksikan bagaimana konferensi berlangsung saat itu, sebab Ruang Audiovisual sedang ditutup dikarenakan waktu mereka datang terlalu siang,
Bahkan orang-orang sudah banyak yang pergi karena waktu sudah menunjukkan pukul di mana museum akan tutup.
“Musem ini awalnya bernama Societeit Concordia, tempatnya para tokoh kaya atau para elite eropa berkunjung khususnya dari warga Belanda, tempat ini dijadikan tempat hiburan pertunjukan musik, sandiwara, dansa, dan pesta.
“Kemudian bangunan ini direnovasi dan diperbaiki. Di zaman penjajahan Jepang namanya diganti menjadi 'Dai Toa Kaman' lalu berubah lagi namanya menjadi Gedung Merdeka.“
Ryzel senang mendengarkan penjelasan Faisal, sangat padat dan singkat, tetapi poinnya tetap kena. Meskipun demikian, Faisal terkadang menjelaskan ulang dengan penjelasan yang sangat komprehensif.
Dilihat-lihat, Rina dan Rani hanya menyimak sedikit, mereka lebih terfokus dengan benda 3 dimensi yang diperlihatkan oleh Faisal.
Sebelum kunjungan berakhir, Ryzel dan Wanita kembar ini berjalan ke sebuah lorong menuju Ruang VIP, di sisi kiri dan kanan lorong terdapat bendera dari berbagai negara, total ada 109 bendera banyak negara.
Dari situ mereka keluar dari museum dan mengakhiri perjalanan di Museum Konferensi Asia-Afrika yang sangat impresif, tidak lupa mereka berterima kasih kepada Faisal yang membantu mereka.
Ryzel pun mengakhiri video setelah keluar dari museum, sudah lebih dari 2 jam Ryzel mengajak 29.000 orang berkeliling museum.
“Anu, kamu mau ke mana habis ini?“ Rina bertanya sedikit menengadah ke atas.
“Tampaknya aku akan ke tempat makan, aku lupa belum makan siang,”Ryzel menjawab dan mengingat dirinya belum makan siang setelah keluar dari Stasiun Kiaracondong.
“Aku tahu tempat makan yang enak dekat daerah sini, mau aku antarkan?“ Rina menawarkan diri untuk mengantarkan Ryzel ke sebuah tempat makan.
“Boleh.“
“Ayo pergi! Ikuti aku!“
Rina menarik tangan Rani tanpa berbicara, kemudian ia berjalan menuju ke suatu arah, diikuti oleh Ryzel yang berjalan santai di belakangnya.