NovelToon NovelToon
Maafkan Aku Mendua

Maafkan Aku Mendua

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:351.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Mama Lana

Sudah lama menikah, tapi belum pernah merasakan malam pertama?
Mustahil!
Mungkin itu yang akan orang katakan.
Tapi, ini benar-benar terjadi pada Vania.
Saat memutuskan untuk menikah muda,Vani justru dihadapkan dengan kenyataan pahit. Suaminya tidak mau menyentuhnya sama sekali. Bahkan di malam pertama pernikahannya, Faisal meninggalkannya begitu saja.
Entah apa alasannya, Vani sendiri tak mengerti.
Tinggalkan jejaknya sayonk😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tetangga Baru

"Saya nggak di salami, Mbak?" protes Bagas pada wanita anggun di depannya.

Bu Ratna langsung menginjak lagi kaki Bagas hingga laki-laki itu memekik pelan untuk kedua kalinya.

"Ibuk, kenapa injak kaki aku?" tanya Bagas pada wanita paruh baya di sampingnya.

"Yang sopan kamu! Malu-maluin aja!" ucap Bu Ratna dengan mata yang melotot kearah Bagas.

"Iya, iya. Maaf." Bagas tersenyum malu-malu kearah Vani. Laki-laki berusia delapan belas tahun itu ternyata langsung terpikat oleh kecantikan Vani yang apa adanya.

"Maafin Bagas ya Mba Vani. Dia anaknya emang gitu. Mulutnya suka jahil."

Vani hanya mengulum senyum melihat tingkah konyol Bagas. Dasar, bocah! bisik Vani sembari menggeleng pelan.

"Nggak apa-apa, Bu. Namanya juga anak-anak, eh ...!" Vani langsung membekap mulutnya sendiri. Merasa sudah salah ucap hingga membuat laki-laki di depan sana mendengus dengan wajah tidak suka.

"Saya emang bocah, Mba. Tapi juga udah bisa bikin bocah."

Pletak!

Satu jitakan keras mendarat di kepala Bagas. Bu Ratna semakin melotot mendengar ucapan Bagas yang semakin lama tambah ngawur saja.

"Udah ah, lama-lama Mba Vani bisa jantungan kalau dengar kamu ngomong. Mba Vani, Ibu pulang dulu ya? Maaf sekali lagi sama anak Ibu yang satu ini." Menunjuk pada wajah Bagas.

Bu Ratna menarik tangan Bagas dan memaksa laki-laki muda tadi untuk mengikutinya.

"Iya, Bu. Nggak apa-apa. Sekali lagi makasih oleh-olehnya."

Bu Ratna dan anaknya sudah berlalu dari rumah Vani. Saatnya untuk wanita itu masuk dan bersih-bersih sebelum menyambut kepulangan Faisal.

Setelah selesai mandi, Vani beranjak ke dapur. Membuka kulkas dan memilih beberapa bahan masakan. Malam ini Vani ingin membuatkan nasi goreng untuk Faisal. Kebetulan ia juga belum makan sejak sore tadi.

Jam sudah menunjukkan angka sembilan. Nasi goreng lengkap pun sudah terhidang di atas meja makan. Tapi, orang yang Vani tunggu belum juga menampakan diri. Vani duduk menunggu kepulangan suaminya hingga bosan sendiri.

"Ke mana kamu, Mas? Apa kamu masih marah?" Vani berbisik sendiri mengingat pertengkarannya padi tadi dengan Faisal.

Jika di pikir, Vani lah yang seharusnya marah karena Faisal malah menuduhnya berbohong. Tapi, bagi Vani untuk apa memperpanjang masalah? Ia akan tetap berusaha menghormati laki-laki itu.

Hingga pukul sepuluh malam Faisal belum juga sampai di rumah. Vani lelah sendiri menunggunya. Nafsu makannya pun menghilang sudah. Vani melirik dua piring nasi goreng yang belum tersentuh sana sekali. Ia bangkit dan melangkah gontai meninggalkan meja makan menuju kamarnya.

.

.

.

Di Rumah Bu Widia.

"Ini enak, Mas. Beli di mana?" Luna makan dengan lahap hidangan yang tersaji di depannya. Tadi jam sembilan lebih Faisal pulang dari kantor langsung mampir ke rumah sang ibu dengan membawa berbagai macam makanan dari restoran siap saji.

"Istrimu suruh ke sini dulu, Nak. Biar bisa makan bareng," usul Pak Harjo pada anak lelakinya.

"Ngapain sih, Pak, pakai suruh Vani ke sini? Palingan dia udah makan duluan di rumah." Bu Widia terlihat tak suka dengan usulan suaminya. Bagus malahan jika Vani tidak ada di sini, pikirnya.

"Jangan seperti itu, Bu. Bagiamana pun Vani itu istrinya Faisal. Dan harusnya makanan ini langsung kamu bawa pulang, Nak, bukan malah di bawa ke sini." Pak Harjo menasehati putranya. Tapi, dua wanita di depan sana langsung mendengus tak suka. Entah apa yang terjadi dengan mereka hingga keduanya sangat membenci Vani.

"Udahlah, Pak. Ngapain sih mikirin Mba Vani. Dia udah gede, Pak. Kalau laper ya bisa masak sendiri." Luna ikutan sependapat dengan Bu Widia.

"Kamu juga, Lun, kenapa malah ikutan membela Ibu? Kasihan Mbak–mu itu lho di rumah sendiri. Mbok sana panggil dulu suruh ke sini."

"Ogah, Pak. Buat apa? Malah bagus makanan ini buat aku semua. Kalau ada Mba Vani ke sini, nanti aku nggak kenyang dong?" Masih mengunyah dengan mulut penuh makanan.

Pak Harjo menggeleng menyaksikannya kelakuan istri serta kedua anaknya. Tidak menyangka saja jika menantunya akan diperlakukan seperti itu oleh keluarganya sendiri.

"Nak, kamu tega biarin Vani makan sendiri di rumah?" Pak Harjo beralih pada Faisal lagi. Herannya Faisal terlihat santai sekali sambil tangannya sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Biarin ajalah, Pak. Aku lagi males," jawabnya kurang semangat.

"Tuh, kan. Faisal aja males, apalagi kita. Ya, kan Bu?" Luna menyambar lagi.

"Biarin ajalah, Pak. Buat apa sih Bapak pusing mikirin Vani. Kurang kerjaan amat!" Bu Widia melengos. Ketiganya nampak kompak sekali untuk mengabaikan Vani. Lain halnya dengan lelaki tua itu yang merasa prihatin dengan nasib Vani.

Maafkan Bapak ya, Van. Udah buat hidup kamu menderita seperti ini. Seandainya dulu Bapak nggak jodohin kamu sama Faisal. Mungkin hidup kamu nggak kayak gini. Pak Harjo membatin dengan penuh penyesalan. Niatnya ingin ikut menjaga Vani menggantikan almarhum ayahnya malah berakhir menyedihkan. Andai saja kedua orangtuanya Vani masih ada, pasti mereka akan sangat marah mengetahui putri semata wayangnya di perlakukan seperti ini.

"Tambah ini lagi, Lun, ini enak lho." Bu Widia mengambil udang goreng dan meletakkan di piring Luna.

"Aku juga mau, Bu." Kini gantian Faisal meminta pada sang ibu untuk mengambilkannya.

"Bapak mau ndak? Ini enak lho, Pak. Mumpung Faisal lagi ada duwit buat beliin." Bu Widia menatap pada suaminya yang sejak tadi diam dan tidak ikut menikmati makanan di depannya. "Ibu ambilkan ya?"

"Ndak usah, Bu. Bapak udah kenyang. Kalian habisin aja semua." Pak Harjo bangkit dari kursi makan dan melangkah pelan melewati pintu ruangan itu.

1
Elok Pratiwi
tidak menarik .... cerita ga jelas ... pdhal sdh bab 24 ini cerita ttg siapa yg diceritain siapa ... cerita melebar2 ... cerita ga jelas
Advan S5e
Kurang greget.
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚊𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚝𝚊𝚞 𝚔𝚒𝚜𝚊𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚐 𝚗𝚊𝚔𝚜𝚒𝚛 𝚟𝚊𝚗𝚒 ? 𝚜𝚙 𝚗𝚊𝚖𝚚𝚗𝚎 𝚕𝚞𝚙𝚊. 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚜 𝚊𝚙𝚊 𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜...𝙼𝚊𝚢𝚊 𝚘𝚛𝚐 𝚗𝚘𝚛𝚖𝚊𝚕 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚝𝚗𝚍𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚙𝚛𝚝𝚒 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚛𝚙𝚍 𝚍 𝚏𝚒𝚝𝚗𝚊𝚐 𝚖𝚊𝚗𝚍𝚞𝚕
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚍𝚒𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊𝚗𝚒 𝚗𝚒 𝚛𝚎𝚗𝚊𝚗 𝚜𝚖 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊2😃😃
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚔𝚕 𝚘𝚛𝚐 𝚒𝚖𝚙𝚘𝚝𝚎𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚎 𝚙𝚊𝚊 𝚜𝚒? 𝚊𝚙𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚎𝚖𝚎𝚜? 𝚠𝚕𝚙𝚗 𝚍𝚛𝚐𝚜𝚊𝚗𝚐
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚙𝚒𝚛𝚘 𝚓𝚝𝚑,𝚜𝚎𝚔𝚘 𝚊𝚗𝚔𝚖𝚞 𝚋𝚞 1500 𝚝𝚘𝚔 𝚝𝚙 𝚞 𝚖𝚞 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑2
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚝𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚐𝚘𝚋𝚕𝚘𝚔...𝚍 𝚓𝚘𝚗𝚐𝚔𝚘𝚗𝚐𝚔𝚎 𝚊𝚓𝚊 𝚜𝚔𝚊𝚕𝚒𝚗𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚝𝚞𝚊 𝚕𝚞𝚌𝚔𝚗𝚞𝚝 𝚔𝚢 𝚐𝚝..𝚌𝚙𝚔2 𝚔𝚛𝚓𝚊 𝚢𝚐 𝚗𝚔𝚖𝚝𝚒 𝚘𝚛𝚐 𝚖𝚕𝚜.. 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒 𝚔𝚛𝚓𝚊 𝚢𝚐 𝚍𝚗𝚏𝚔𝚊𝚑𝚒 𝚖𝚕𝚑 𝚒𝚋𝚞 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚊𝚍𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊..
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚊𝚖𝚒𝚝2 𝚟𝚊𝚗𝚒 𝚋𝚜2 𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚜𝚑 𝚋𝚛𝚝𝚑𝚗 𝚜𝚖 𝚔𝚕𝚠𝚛𝚐𝚊 𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚊𝚔𝚑𝚕𝚊𝚔...𝚕𝚐 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚔 𝚗𝚒 𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚖𝚗𝚌𝚛𝚒 𝚜𝚞𝚛𝚐𝚊 𝚍𝚐 𝚕𝚋𝚑 𝚙𝚝𝚑 𝚔𝚎 𝚒𝚋𝚞 𝚗𝚢𝚊, 𝚢𝚐 𝚙𝚕𝚐 𝚗𝚢𝚔𝚝𝚒𝚗 𝚒𝚜𝚝𝚛𝚒 𝚢 𝚋𝚐𝚒𝚗𝚒.𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒 𝚐 𝚋𝚜 𝚖𝚒𝚕𝚝𝚎𝚛 𝚜𝚕𝚕𝚞 𝚖𝚖𝚋𝚗𝚛𝚔𝚗 𝚗 𝚖𝚖𝚋𝚕𝚊 𝚒𝚋𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚊𝚖 𝚜𝚎𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚙𝚞𝚝𝚒𝚑 𝚗𝚖𝚗 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚒𝚝𝚊𝚖 𝚙𝚎𝚔𝚊𝚝
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚕𝚊𝚔𝚒 𝚘𝚘𝚗 𝚊𝚖𝚒𝚝2 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚐 𝚔𝚖 𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚛 𝚕𝚊𝚔𝚒2 𝚒𝚖𝚙𝚘𝚝𝚎𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚋𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚒𝚋𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚒𝚔𝚗𝚢?? 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚢 𝚞 𝚒𝚜𝚝𝚛𝚒 𝚔𝚕 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚛 𝚞 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊. 𝚕𝚑𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚒𝚓𝚒𝚔𝚊𝚗. 𝚜𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚢𝚊𝚗𝚒 𝚜𝚙 𝚢𝚐 𝚍𝚙𝚝 𝚍𝚞𝚒𝚝𝚎 𝚜𝚙
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚋𝚘𝚍𝚘𝚑 𝚅𝚊𝚗𝚒. 𝚔𝚕 𝚞𝚛𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚝𝚞𝚊 𝚗𝚐𝚊𝚙𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊. 𝚍𝚒𝚕𝚊𝚠𝚊𝚗 𝚊𝚓𝚊. 𝚕𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒 𝚓𝚐 𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚑𝚊𝚝 𝚐𝚝. 𝚔𝚕 𝚍 𝚌𝚛𝚝𝚊𝚒𝚗 𝚐 𝚙𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊 𝚢 𝚝𝚐𝚐𝚕 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒 𝚊𝚓𝚊
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
nah tho g adil
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
waduh trnyata blm dipake y pntas kapan hamidun nya kasian Vani..masa laki betah g hb jangan2 ada pelampiasan lain🤔
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
untungnya suamine bijksana memaklumi nengahi .. dan nenenagin istri. biasane rata2 anak laki2 lbh membela semua perrilaki ibunya
YK
gobloknya...
YK
pak heri ini ngapain sih, wong anak laki aja lho kok bingung suruh nikah lagi...
Nanik Lestyawati
keren
Mama Lana: Makasih Kakak🙏
total 1 replies
Memyr 67
kalau aq punya ibu mertua toxic juga, aq akan mengeraskan hatiq, untuk cerai. menikah itu untuk meraih kebahagiaan, bukan menahan derita, dijulidin mertua.
Memyr 67
hak, maya gigit jari, makanya may, jangan segitu ngebetnya, grusa grusu. dapat apa?
Memyr 67
luna nggak ngaca, bilang dia lebih segala galanya dari vani. lebih segala kebrengsekannya, dibandingkan vani?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!