"Umi, mau ngenalin kamu dengan anak teman Umi Zah.." . Jelas Umi dengan Lembut. Sungguh, bagai tertusuk peri di hatiku. Dari dulu Umi tak perna membicarakan soal perjodohan untukku. Dan begitu sedih hatiku karna Aku benar benar tak mampu menolak apapun keinginan Umi. Dan yang membuat aku dilema adalah aku sudah merimah sebuah ta'aruf dari santriwan juga di sini yang sudah bergelar seorang Ustadz.Meski aku belum menceritakan semua pada keluargaku.
Dan lebih mengejutkan lagi aku harus mau menerimah perjodohan ini, untuk menuntun calon suamiku yang Notabennya adalah anak Geng Motor. Lantas, dapatkah aku mencintainya..? dan menjadikan keluarga kecil kami sakinah mawaddah warrohmah..??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna Anisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Malam itu tiba
Al dan Azizah kini sudah masuk kembali ke kamar dan mengambil koper yang sudah di siapkan sore tadi.
Selesai Sholat Maqhrib Al dan Azizah berpamit untuk pulang, kepada Abi dan Umi.
Mobil mereka telah melaju meninggalkan rumah Abi dan Uminya.
Namun, arah mobil Al bukan untuk pulang. Tapi entahlah ini. Karena merasa bukan arah pulang Azizah pun bertanya.
"Mas, ini kan bukan arah untuk pulang kerumah Mama.? " ucapnya sedikit heran.
"Iya dik. Aku memang gak ngajak kamu pulang ke rumah. " jawab Al santai.
"Terus, kita mau kemana mas..? " Azizah merasa tambah heran dengan jawaban Al.
"Sudah dik. Nanti juga kamu tau kok. "
Karena tak kunjung mendapat jawaban. Azizah terdiam. Dan saat dalam diamnya, ia teringat paperbagnya tadi. Ia lupa menaruhnya dan tidak membawahnya.
"Mas.. "
"Iya, apa lagi.. " Al sambil menoleh ke arah Azizah.
"Aku tadi lupa gak bawah paperbag dari mas tadi.. Maafin aku ya mas. Aku benar-benar lupa. " Lirihnya .
"Sudah aku masukin ke koper tadi. Aku tadi lihat kalau belum di buka, jadi aku masukin ke koper. Takut tertinggal. " jelas Al, membuat Azizah merasa sungkan.
Azizah tak menjawab, ia hanya tersenyum.
Sekitar 1 jam lebih perjalanan, Akhirnya mobil Al memasuki sebuah bagunan tinggi menjulan.
"Hotel..? " Batin Azizah, tapi ia tak berani mengeluarkan suaranya.
Al menghentikan mobilnya kemudian turun dan cepat-cepat membukakan pintu mobil Azizah.
Ia mengambil kopernya dan menyeretnya masuk dan tangan satu menggandeng Gadisnya.
Setelah Cek in dia kemudian terus melangkahkan kakinya ke lift.
Azizah masih terdiam hanya mengikuti langka suaminya.
Sebenarnya hatinya saat ini sedang di penuh pertanyaan. Jantungnya terasa berdegup kencang. Aliran daranya berdesir hebat. Apakah malam ini, adalah malam yang setiap malam ia nantikan.
Tak dapat di pungkiri, dia adalah wanita normal. Sama halnya dengan wanita di luaran sana. Yang ingin merasakan kehangatan dari suaminya.
Lift sudah berhenti dan terbuka . Setelah sedikit berjalan tepat di kamar nomer 38 Al membuka kamarnya dengan 𝙝𝙤𝙩𝙚𝙡 𝙠𝙚𝙮 𝙘𝙖𝙧𝙙 nya.
Ia berlahan membukanya dan mengandeng tangan Azizah untuk masuk dengannya.
Betapa terkejut dan terbelalak mata Azizah. Saat melihat kamar yang di pesan Al, adalah kamar Honey Moon. Ia berjalan dengan kaki nya yang rasanya bergetar. Panas dingin rasanya .
Al terlihat mengunci pintu, dan membalik ke arah Gadisnya.
"Mas, ini..? " tanya pelan Azizah.
Al hanya tersenyum sembari membuka kopernya.
Dan mengeluarkan paperbagnya tadi, ia juga mengeluarkan mukenah dan sajadah.
Ia melihat ke arah Azizah, yang sedang terpaku di tempatnya.
"Dik, Ayo sholat isyak dulu. Sudah masuk waktu nya. "
"I-iya mas.. " Azizah terlihat gugup.
Selesai Sholat , saat Azizah merapikan mukenahnya. Al kemudian mendekat dan berbisik di telinga gadisnya.
"Habis ini. Baju yang di paperbag itu kamu pakai ya dik. " sembari tersenyum manis pada istrinya.
'Jedug.. " rasanya hati Azizah.
"Mas, ada perlu keluar sebentar. Saat Mas datang kamu sudah harus rapi ya dik. " Sambil beranjak.
Memerah semua wajah Azizah.
Cepat-cepat ia bangkit dan membuka paperbagnya saat Al keluar.
Ia terbelalak, saat ia mendapati baju yang hanya satu helai dan terlihat sangat tipis itu.
"Hah... aku harus pakai baju ini..? " Kebingungan melandanya. Jika tidak di pakai ia berarti menolak permintaan suaminya dan berarti ia berdosa. Akhirnya dengan malu-malu ia mulai memakainya di kamar mandi. Saat ia hendak keluar, ia melihat kondisi di luar. Sepi dan Al belum kembali.
Secepat kilat ia berlari ke tempat tidur dan menyelimuti dirinya. Karena ia sebenarnya merasa malu dan risih menggunakan pakaian itu.
Ia lihat dirinya tanpa kerudung, rasanya sangat tak nyaman. Tapi ini ia lakukan untuk mencari ridha suaminya.
Ia mengurai rambutnya yang sedikit basah, sehingga bisa menutupi leher jenjangnya yang terbuka.
"Ish.Baju apa sih ini.? " ia masih merasa heran dengan baju yang kurang kain ini.
Setelah cukup lama menunggu Al dengan jantung berdetak naik turun.
"Ceklek." Suara pintu terbuka.
Netra Azizah menatap ke arah pintu. Terlihat suaminya datang.
Al sebenarnya juga merasa gugup dengan malam ini.
Ia melihat Gadisnya yang duduk di ranjang dengan rambut tergerai dan berselimut dengan rapat membuatnya penasaran. Baru kali ini ia dengan jelas melihat gadisnya tanpa Hijab. Sungguh, sangat cantik sekali membuatnya terpaku.
"Dik.. " Kemudian ia duduk di samping Azizah.
Azizah terlihat menundukkan wajahnya.
Al mendongakkan wajah Gadisnya. Wajahnya terlihat sangat cantik. Tak perlu polesan, ia sudah terlihat menawan.
"Jangan gugup. Di bawah santai saja. " Ucap Al. Membuat Azizah semakin malu.
"Kok selimutnya serapat ini. " Ia terkekeh melihat tingkah Gadisnya.
Azizah di dalam selimut meremas jari-jarinya.
"Kalau kamu pakai selimut, bagaimana mas tau. Kau cocok gak pakai baju tadi. "
"Em.. Tapi.. " suaranya lirih.
Tangan Al berlahan menarik selimut Azizah. Berlahan-lahan pula tubuh Azizah yang hanya mengunakan lingeri tipisnya terlihat oleh netra Al.
Azizah semakin menunduk dan pipinya sudah memerah.
"Dik, kamu gak nyaman pakai bajunya. " Tanya Al sambil menghentikan tangannya membuka selimut Azizah, karena merasakan Azizah tak nyaman.
Azizah menggelengkan kepalanya.
"Gak mas. Kalau Mas suka, Azizah akan memakainya. " Berlahan-lahan ia sendiri yang membuka selimutnya dan membenarkan posisi duduknya.
Al pun saat memandang gadisnya terlihat gugup dan menelan salivanya.
Ia kemudian memegang kedua tangan gadisnya.
"Dik, apakah aku boleh mengatakan sesuatu. "
Azizah mengangguk, rasanya lidahnya keluh tak dapat berbicara.
"Sejak awal aku bertemu denganmu dik, Aku sudah jatuh cinta sama kamu dik." Ia berhenti dan menghela nafasnya.
Sedang Azizah rasanya tidak dapat berbicara apa-apa, ia hanya terdiam mendengarkan Al melanjutkan ucapannya.
"Tapi, aku dari kemarin belum berani mengutarakannya . Karena aku takut dik. Kalau seandainya kamu belum bisa menerimaku. " sambungnya.
"Tapi saat ini juga, detik ini juga. Aku ingin dik, kamu memberiku jawaban. Apakah kamu juga mencintaiku. Agar aku bisa memastikan pernikahan kita ini, tanpa adanya paksaan satu sama lain. " jelas Al.
Azizah mengangkat wajahnya dan memandang suaminya dalam-dalam.
"Mas, sejak Umi dan Mama telah sepakat menjodohkan Aku dengan Mas. Sejak itu pun aku sudah ikhlas menerima Mas menjadi suamiku. Dan sejak aku menjadi istri Mas, sejak itu lah aku belajar mencintai Mas. " Jawab Azizah.
"Jika memang kamu menerimaku lahir batin dik. Izinkan Aku malam ini menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami. " tutur Al dengan bibir bergetar.
Dag.. dig.. dug.. jantung Azizah.
Azizah tak bisa mengutarakan hasratnya. Ia hanya mengangguk dan tersenyum.
Al berlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke arah wajah Gadisnya. Mencium kening gadisnya dengan lembut.
Ia berbisik di telinga Gadisnya.
"Terima kasih dik, sudah hadir di hidupku. Aku janji akan selalu menjagamu. " Ia kemudian menciumi setiap inci di wajah gadisnya. "Jangan takut, aku akan pelan-pelan Sayang. " kembali ia membisikkan suara lembutnya untuk mengurangi rasa cemas Azizah.
Sedang Azizah hanyalah pasrah di tangan suaminya. Ia sudah menyerahkan seluruh jiwa raganya pada suaminya. Apapun yang akan Al lakukan, ia sudah menyiapkan dirinya.
***
semangat🥀
dukung terus karya saya ya kak
tunggu part selanjutnya🥰🥰🙏🙏