bijak dalam memilih bacaan!
"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.
Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."
*****
Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.
Kecuali satu hal, kini ia punya suami.
Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”
Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...
Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 :Surat Misterius
"Ada apa?" tanya Ares dingin dan singkat.
Pria di seberangnya terkekeh pelan."Tenang, kawan,tidak usah tegang begitu" sahut pria itu terlihat tenang sambil menyilangkan kakinya santai.
Ares mendengus kesal."Aku tidak punya banyak waktu, katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan."tegas Ares serius.
Lagi lagi pria itu terkekeh pelan."kamu masih sama saja,selalu tidak sabaran"ujar pria itu sambil menggeleng kan kepala pelan.
"cepatlah bicara atau aku pergi sekarang"ancam Ares tegas.
"oke oke,aku bicara sekarang"
Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, menurunkan volume suaranya,supaya tidak da seorang pun yang mendengarnya.
"Dia sudah kembali."
Ares diam sejenak, rahangnya mengeras. Tatapannya langsung menajam.
"Kenapa dia bisa kembali?"tanya ares penasaran.
"Dia berhasil kabur dari tempat persembunyiannya"
"bagaimana bisa?"Ares tampak tidak senang dengan berita itu.
Ditto—pria yang saat ini sedang ditemui Ares menghela napas pelan."Dia berhasil mengecoh beberapa penjaga dan keluar dari pulau dengan menggunakan kapal milik tim penjaga."
Ares mengepalkan tangan di atas meja, rahangnya mengeras.
"Siapa yang bertanggung jawab atas pengamanannya?"
"Tim-nya Rey yang bertugas menjaga," jawab Ditto pelan. "Tapi aku curiga… ada seseorang dari dalam yang membantunya. Kita belum menemukan siapa pengkhianatnya."
"Sudah berapa lama dia lolos?"
"Empat hari. Tapi jejaknya baru ditemukan tadi malam."
"Sudah empat hari...tapi kamu baru memberitahuku sekarang?" Nada suara Ares mulai meninggi, tapi masih terkontrol.
Ditto menarik napas panjang. "Kami butuh konfirmasi dulu. Lagipula, kami tau kamu tidak suka informasi setengah setengah"ujar Ditto membela diri.
Ares bangkit berdiri, kedua tangannya bertumpu di meja. "Temukan dia secepatnya"perintah Ares tegas.
"Kami pasti akan menemukannya,tenang saja"ditto menenangkan Ares yang tampaknya sedikit emosi.
"Jangan biarkan dia mendekati Zeya," sahut Ares tajam. "Aku ingin beberapa orang dari timmu menjaga rumahku."
Ditto mengangguk cepat. "Aku juga sempat berpikir begitu. Aku akan mengirim orang malam ini juga."
Ares menatap lurus ke luar jendela, rahangnya mengeras. Suaranya dalam dan penuh amarah.
"Kalau dia berani menemui Zeya dan mengungkapkan semua yang terjadi di masa lalu… aku pastikan, dia tidak akan pernah bisa menghirup udara segar lagi."
Ditto menghela napas, lalu berkata pelan, "Bukankah istrimu yang dulu sudah mati? Kurasa kamu tidak perlu terlalu khawatir,Zeya yang saat ini bersamamu tidak akan mengenali pria itu"ujar Ditto cukup masuk akal.
Ares langsung menoleh, sorot matanya tajam. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada mengancam.
"Maksudku… Zeya yang dulu sudah meninggal. Zeya yang bersamamu sekarang adalah gadis yang kamu bawa sendiri dari tempat lain. Jadi, tidak perlu terlalu..."
Brak!
Sebelum kalimatnya selesai, Ares berdiri dan langsung meraih kerah baju Ditto, mendorong pria itu ke dinding hingga tercekik.
"Atas izin siapa kamu bicara seperti itu?" desis Ares marah. "Zeya adalah istriku. Dia tetap orang yang sama, tidak peduli dari mana dia berasal."tegaskan Ares pada status Zeya di hatinya.
"A-Ares… lepaskan aku…" suara Ditto tercekik, kedua tangannya mencoba melepaskan cengkeraman Ares yang kuat.
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun meragukan istriku!" bentak Ares, matanya membara.
Ditto mulai pucat. "B-baiklah… maafkan aku…"
Setelah beberapa detik yang mencekam, Ares akhirnya melepaskan cengkeramannya.
"Ugh… uhuk… uhuk…" Ditto terbatuk keras, memegangi lehernya yang memerah dan terasa nyeri.
Ia menatap sahabat lamanya dengan pandangan campur aduk antara takut dan bingung.
"Kamu hampir saja membunuhku… Ares. Dia… dia hanya seorang gadis dari tempat lain. Kenapa kamu begitu terobsesi memilikinya?"
Ares menoleh perlahan, suaranya dingin dan penuh keyakinan.
"Karena dia adalah istriku. Dia milikku. Dan siapa pun yang mencoba menyentuhnya… akan ku bakar habis sampai dia tidak bisa menemui istriku"ambisi Ares berapi api.
"dia sudah gila"batin Ditto heran.
Cinta membuat seseorang menjadi gila,Ares adalah contohnya, seorang pria yang rela mengeluarkan banyak uang untuk menjauhkan orang orang yang dekat dengan istrinya,bahkan sampai menyekap mereka agar seumur hidup Zeya hanya tau bahwa dia adalah istri seorang Ares Mahendra.
Dia sudah gila,batin Ditto heran.
*****
Untuk pertama kalinya, Zeya merasa sedikit tenang. Ia tidak tahu dari mana dirinya berasal, tidak mengingat keluarga, teman, atau masa lalunya. Tapi ada satu hal yang ia ketahui...Ares berada di sisinya saat ia membuka mata di pagi hari. Dan entah kenapa, kehadiran pria itu terasa menenangkan.
Dengan langkah pelan, Zeya berjalan menuju cermin.Saat ia menatap bayangannya di cermin, tiba-tiba terdengar ketukan lembut di pintu kamar. Ia segera berbalik dan berjalan menuju pintu.
"Bi Darmi?" ucap Zeya heran saat melihat sosok wanita paruh baya berdiri di ambang pintu.
"Maaf kalau saya mengganggu waktu istirahat, Nona," kata Bi Darmi sopan.
"Oh, tidak apa-apa. Aku juga belum tidur kok,"jawab Zeya ramah."ada apa bi?"lanjut zeya pelan.
"Ini, Nona. Ada paket atas nama Nona. Baru saja kurir mengantarkannya," ucap Bi Darmi sambil menyerahkan bungkusan kecil berwarna cokelat.
Zeya mengerutkan kening bingung."Dari siapa bi?"tanya Zeya penasaran.
Bi darmi segera menggeleng pelan."tidak tau nona,kurirnya tidak bilang apa pun tadi"jawab BI Darmi jujur.
"oh..Terima kasih ya, Bi," ucap Zeya sambil menerimanya.
"Sama sama nona,Kalau begitu, Bibi sekalian pamit pulang, ya."
"Iya. Hati-hati di jalan, Bi."
Setelah menutup pintu, Zeya kembali ke dalam dan duduk di depan cermin .Alisnya berkerut saat menatap paket yang tidak mencantumkan nama pengirim. Dengan hati-hati, ia membuka kertas pembungkusnya. Di dalamnya hanya ada selembar kertas tua,tidak ada stempel, logo atau tanda resmi dari paket.Hanya terdapat tulisan tangan yang samar seolah di tulis dengan tergesa gesa.
Zeya mencoba membacanya pelan.
'Jangan percaya apa pun yang dia katakan.Dia pria manipulatif.Dia hanya ingin membuatmu tetap bersamanya...selamanya’
Zeya menatap surat itu lama, mencoba mencerna setiap kalimat dengan benar.
“Siapa 'dia' yang dimaksud?” gumamnya pelan.
Jantungnya mulai berdegup lebih cepat. Tangan kirinya menggenggam ujung kertas itu erat, seolah takut kehilangan petunjuk penting.
“Mungkinkah… yang dimaksud itu Ares? Tapi… kenapa aku tidak boleh mempercayainya?” bisiknya, bingung dan bimbang.
*
Kalau kamu suka ceritanya, jangan lupa like,komen dan kasih bintang ya! Sampai ketemu di bab selanjutnya.👋