Kisah absurd pasutri, yang baru saja menikah. Bukan pernikahan berencana, melainkan pernikahan dadakan bagi Aleaa, sekretaris dari Angga Kusumo, yang harus menikah dengan bos nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auzuzah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 : abang keras kepala!
Badanku semuanya remuk, terasa sangat lelah hingga malas bangun dari atas kasur. Abang sudah masuk terlebih dahulu kedalam kamar mandi, sedangkan aku masih terbaring pasrah di atas ranjang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, sudah waktunya untuk aku menyapa keluarga.
Tapi mengingat hal yang sudah abang lakukan kepadaku sepanjang malam, membuatku ber malas-malasan. Enggan untuk turun lebih awal. Abang menyelesaikan mandinya terlebih dahulu, biar nanti aku, yang dibantu abang untuk mandi.
Sekitaran 15 menit aang baru saja keluar. Mataku langsung saja cerah seketika, melihatnya keluar dari dalam kamar mandi dengan celana jeans dan kaus hitam yang melekat pas di tubuhnya.
“Abaaaang.... ” kedua tanganku terbuka, memberikan instruksi kepadanya untuk segera mengangkat ku sekarang.
Entah darimana asalnya keinginan untuk bermanja-manja, dan ingin semali dimanja oleh abang datang. Padahal sedari dulu aku terbiasa hidup sendiri, tanpa pernah menerima kasih sayang selain dari ibuku.
Kulihat abang terkekeh geli, mungkin ia sedikit lucu menerima perilaku ku yang seperti bocah haus kasih sayang. Aku bangun dari posisi berbaringku, dengan segera duduk bersila di atas kasur.
Abang menghampiriku, ia menyelipkan tangannya di antara ketiak ku yang terbuka, karena setelah melakukan kewajibanku sebagai istri, aku langsung mengenakkan dress tidur tanpa lengan.
“Kenapa tadi kita tidak mandi bersama saja hmm. ” ujar abang sedikit kesal, aku terkekeh sejenak. omong-omong tubuhku sudah berada dalam gendongannya sekarang, kedua kakiku melingkar memeluk pinggangnya.
“Kalau mandi bersama, nanti makin lama abang. ” ujarku merajuk, tangaku memeluk lengannya, sedangkan wajahku, ku sembunyikan pada ceruk lehernya.
“Wangii.. ” pujiku tanpa sadar, saat mencium aroma sabunnya yang sangat maskulin dan laki.
Abang menarik sisi atas pundakku, pelukanku pada tubuhnya pun mengurai, aku mengerucutkan bibir sebal, “Jangan menggoda abang lagi Aleaa. sekarang cepat mandi yang benar, atau abang guyur kamu di dalam bak. ”
Abang menepuk bokongku pelan, setelah itu ia membawaku kedalam kamar mandi, saat setelah aku sudah masuk, ternyata bathtub itu sudah tersisi busa yang menutupi hingga sebagian.
“Abang mau turun duluan, papa sudah menunggu abang untuk membicarakan pekerjaan, mandinya jangan lama-lama Leaa. Abang akan membawamu pergi jalan-jalan. ”
Ucap abang sambil menurunkanku kedalam bathtub, moodku langsung melonjak drastis, refleks ku kecup pipinya senang. “Aye-aye abang!” balasku girang, ia balas mengecup keningku. Lalu setelah itu pintu kamar mandi kembali tertutup, bersamaan dengan keluarnya abang.
Aku menenggelamkan setengah tubuhku dalam air yang di dominasi oleh busa ber harum strawberry. Rasanya seperti mimpi untukku dapat membuat abang jatuh cinta padaku. Bahkan setelah ini, aku dapat merasakan banyak kebahagiaan yang akan masuk menghiasi hubunganku dengan abang.
...★★★...
Abang ternyata masih berbincang bersama Papa di ruang tamu. Aku tidak berani mengganggunya, hingga akhirnya aku memilih untuk ke dapur sejenak, memeriksa keadaan disana.
Ibu Kusumo, dan juga Nenek sudah berada disana. Mereka sedang mencincang daging. Namun yang membuatku gagal fokus adalah karena kehadiran perempuan yang sempat menimbulkan banyak pertanyaan, saat aku baru pertama kali tinggal disini.
Ingat tidak? salah satu maid muda, yang sangat akrab dengan abang. Aku lupa siapa namanya. Di antara banyaknya maid, hanya Layla saja yang aku tahu, karena dia yang pernah membantuku menyesuaikan pakaian waktu itu.
“Hai Ma.” aku tersenyum sambil mendekat ke arah Mama, Ibu Kusumo a.k.a Ibu Mertuaku balas tersenyum sambil menatapku.
“Aleaa, kamu bangun telat hari ini? Ada apa hayo... ” baru saja aku datang, dia sudah menggodaku lagi, Mama memang sangat ramah, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi juga.
“Mmhh. Hehehehe... ” aku menunduk malu, sambil cengengesan. Ku dengar sautan dari arah yang berlawanan, ternyata Nenek ikut berbicara juga.
“Angga ini sangat keras kepala ya. Masa istri baru saja pulang langsung di sekap lama di dalam kamar. ” ucap Nenek sambil tertawa keras, walau umurnya memang sudah menginjak kepala enam, tapi ia masih tetap bugar.
“Ah engga Nek.. Kemarin langsung tidur ko Leaa nya... ” sergahku mencoba menutup-nutupi, tanganku ingin meraih pisau, tapi mamah dengan cepat menghalangnya.
“Hari ini kau harus tetap istirahat Leaa... Jangan berada disini dulu, lebih baik kau berada di kamar saja. Agar tubuhmu kembali fit, Sayang.. ” ujar Mama, dengan nada membujuk.
Perasaanku menghangat mendengar kelembutan dari ucapannya, berbeda saat awal-awal aku ingin menjadi mempelai pengganti.
Aku ingin berucap, tapi ternyata suara lain kembali terdengar, “Aleaa.” jantungku berdegup begitu kencang, suaranya terdengar keras dan juga tegas.
Tanpa menatapnya pun, aku tahu itu suara siapa. Memangnya siapa lagi, selain sura abang, yang benar-benar khas. Semua yang berada di daput otomatis menoleh ke arahku, aku merasakkan colekkan ringan pada pundakku.
“Tuh suamimu udah kangen aja, padahal baru di tinggal sebentar. ”
Nenek lagi-lagi berucap, aku menggigit bibirku sambil tersenyum, aku menatap ibu mertuaku dulu, dan dia pun mengangguk sambil tersenyum penuh arti ke arahku. Sedangkan nenek, sudah memainkan alisnya, menggodaku.
Tanpa aku sadari, salah satu maid yang aku lupakan namanya tengah menatapku tajam. Raut wajahnya menekuk kesal, dengan kedua tangan yang mengepal.
“Angga. ” seruan itu datang dari Ibu Kusumo. Abang yang ingin berlalu lalang sambil menggandengku pun menjadi terhenti.
“Apa Ma?”
“Kalau mau pergi, berikan syall dulu pada Leaa. Lohat leher istrimu, penuh di tandai banyak stempel bibirmu. ”
Aku menegang di tempat, tanganku yang membalas genggaman abang pun menjadi kaku, aku menunduk berusaha melihat tanda itu. Ternyata yang dikatakan Mama memanglah benar, refleks aku menunduk malu. Benar-benar malu.
“Kenapa hanya Aleaa saja yang pakai syall ma? Mama tidak lihat leherku juga? Bahkan bukan di leherku saja Ma, di da-”
“Iiisshh abaaangg!”
Buru-buru ku sergah ucapan abang yang sangat vulgar. Semuanya langsung tertawa, aku mengembungkan pipi ku sebal, tanganku yang tadinya di genggam, sekarang beralih mencubit punggung tangan abang.
“Akh Lea! Kau sering sekali mencubit abang.” ringis abang kesakitan, walau sebenarnya aku tahu, ia hanya pura-pura mengeluh sakit.
Kudengar tawa mereka semakin nyaring saja, apalagi tawa Nenek Kusumo yang menggelegar. Selesai bergurau, abang kembali menarikku lagi.
Kali ini, ia menuntunku ke kamar terlebih dahulu, menggantikkan pakaian ku dengan turtle neck. Pakaian sampai leher. Tapi bukan hanya pakaian saja yang ia gantikan, abang memiliki banyak cara untuk berbuat modus padaku. Buktinya, hingga dua jam. Aku kembali menghabiskan pagi bersama abang, lagi. Di atas ranjang.
kan blm jelas suaminya beneran mau nikah lagi apa gak... tapi kaya woles aja gitu....