Sarah dipaksa orangtuanya menikahi tunangan adiknya Sally, hanya karena Sarah seorang anak angkat yang terikat balas budi.
Sally adiknya yang selalu dimanja membuat kesalahan besar, berselingkuh dengan mantan pacarnya yang telah menikah berujung lari dari rumah bersama selingkuhannya.
Sementara itu, untuk menutupi aib keluarga dan menjaga hubungan baik dengan partner bisnis sang ayah, Sarah harus bersedia menikahi tunangan adiknya bernama Raka, seorang laki-laki dingin yang bahkan tidak tertarik dengannya.
Kehidupan rumah tangga mereka yang tanpa dilandasi cinta itu tentu saja menuai banyak konflik. Sampai kemudian Sarah menyadari bahwa diam-diam dirinya mencintai Raka.
Masalah lain bertambah saat kemudian Sally muncul kembali dan berusaha merebut kembali Raka darinya.
Apakah Sarah bisa mempertahankan suaminya dan mendapatkan cinta dari Raka ataukah Sarah harus menyerah kepada pernikahan dan cintanya?
Semoga di sukai, ya...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25 SEBUAH PELUKAN DARI MIMPI
Usai makan malam, semua berkumpul di ruang keluarga, anggota keluarga yang sangat harmonis itu terlibat obrolan-obrolan ringan dan canda tawa.
Mama sudah lumayan sehat dan ikut berkumpul di ruangan itu meskipun sambil tiduran di sebuah sofa bed yang ada di ruangan keluarga yang besar itu
Edgar dan Lila juga bermalam di rumah orangtuanya, malam ini. Mereka masih mencemaskan kesehatan mamanya, meskipun sebenarnya dokter juga sudah mengatakan bahwa mama tidak apa-apa, hanya badannya tidak boleh terlalu capek.
Bahkan kalau melihat perkembangan mama sebenarnya sudah sangat baik, dari beberapa hari kemarin mama sudah busa berjalan perlahan dengan kakinya tanpa bantuan kursi roda lagi.
Di ruang keluarga yang besar dan luas itu, memiliki karakteristik modern elegan, interior rumah tersebut dirancang dengan mengedepankan konsep modern serta pemilihan warna yang luwes.
Area ruang keluarga ini memiliki langit-langit yang tinggi dengan lampu gantung model modern minimalis.
Sebuah televisi dengan model canggih memiliki prosesor terbaru, yakni X1 Ultimate, yang dapat secara pintar meningkatkan akurasi dan detail gambar secara menakjubkan menempel di dinding ruangan.
Edgar, Raka dan Papa tampaknya mempunyai topik berbeda, tidak jauh sari urusan kantor dan bisnis, mereka duduk di kursi menghadap meja sambil menikmati kopi dan cemilan.
Si ceriwis Deasy asyik menonton Youtube lewat layar TV di ruang keluarga, di temani pengasuhnya mbak Ninis.
Dia tidak bisa di ganggu kalau sedang menonton chanell kesukaannya yang menampilkan video-video Hello Kitty, kartun favoritnya.
Lila dan Sarah duduk di kursi sofa besar, dekat dengan sofa bed mama.
Lila menceritakan suka duka kehamilannya melewati trimester pertama dan kedua yang menurutnya cukup berat.
Kebanyakan ibu hamil mengalami morning sickness pada trimester pertama kehamilan. tapi Lila mengalami kondisi ini sampai dengan awal trimester ke dua.
Mual dan muntah yang dirasakan benar-benar menganggu, apalagi jika suhu panas dan bertemu dengan makanan yang pedas dan beraroma. Semua hal yang berbau menyengat bisa membuatnya menjadi lemas karena mual.
Lucunya, Lila sangat menyukai bau badan suaminya yang alami tanpa parfum, bahkan dia merasa seperti mencium aroma relaksasi jika berada dalam pelukan suaminya itu.
Mama tampak menikmati cerita pengalaman kehamilan Lila. Berbeda dengan Sarah yang sebentar-sebentar matanya mencuri pandang kepada Raka. Setiap dia mengingat momen di dapur sore tadi, wajahnya akan bersemu merah seperti asoka yang sedang mekar.
Sejak kejadian di dapur sore tadi yang memalukan itu, Sarah berusaha menghindari Raka. Bahkan saat makan malam, dia mengambil tempat duduk diantara Lila dan Deasy. Supaya tidak terlalu dekat dengan Raka, sementara Raka bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Tiba-tiba Raka mengumumkan tentang rencana kepergiannya ke Leiden untuk melanjutkan pendidikan, berita ini nampaknya membuat mama sangat terkejut.
"Bulan depan sudah harus berangkat ke Leiden, Dea sudah mengurus semuanya" kata Raka.
"Kok mendadak begitu?"protes mama, sepertinya tidak setuju dengan apa yang di dengarnya.
"Kan rencananya sudah lama ma, sebelum Raka menikah sudah berencana melanjutkan S2 ke Leiden"
"Mama kira kamu membatalkan rencana itu setelah menikah"
"Raka merasa ini waktu yang tepat ma, untuk menambah wawasan dan pengalaman Raka untuk membantu papa dan Edgar dalam urusan bisnis. Mengurus urusan hukum dalam bisnis, setidaknya Raka tahu bagaimana menanganinya jika sudah lulus nanti" Raka beralasan panjang dan lebar.
"Lagian tidak lama ma, nanti Raka bisa pulang-pulang juga kalau ada waktu luang, Belanda-Indonesia tidak sampai 20 jam juga" tambah Raka
"Sarah ikut ke Leiden?" mama berpaling kepada Sarah.
"Sarah tidak ikut ma" jawab Sarah gelagapan, Raka ini memberitahukan hal yang begitu penting begini sama sekali tidak bicara dulu dengannya, Sarah tidak siap harus menjawab apa jika di konfirmasi.
"Kok tidak ikut?" Lila menaikkan alisnya heran.
"Sarah masih banyak pekerjaan yang belum selesai" sahut Sarah, matanya melirik kepada Raka berharap laki-laki itu membantunya menjawab.
"Kalian kan pengantin baru, belum sampai dua bulan menikah...masa langsung LDR?" cecar Lila.
"Ya, kalian baru saja menikah, soal sekolah kan bisa di tunda"
Raut wajah mama lebih tidak setuju lagi.
"Tenang saja ma, Sarah nanti bakal menyusul kalau dia sudah tidak sibuk." Sahut Raka.
"Papa dan Edgar sudah tahu soal rencana Ini" tambahnya.
Papa dan Edgar hanya saling pandang, tanpa komentar.
"Berarti cuma mama yang belum tahu?" wajah mama merengut.
"Iya, ma...biasanya mama paling cerewet kakau Raka mau pergi-pergi" Raka mendekati mamanya yang bersandar di bahu sofa bed.
"Tapi mama kan harus tahu!"
"Ya, ini kan sudah di kasih tahu..." Raka memeluk mamanya dengan sayang.
"Terus Sarah setuju saja?" mama mendelik kepada Sarah.
Sarah cuma mengangguk kepalanya, bingung harus menjawab apa.
"Lalu kapan mama bisa dapat cucu cepat-cepat, kalau kalian pisah-pisah begitu?"
"Itu, Kak Lila sama Ed mau kasih cucu baru lagi..." Raka menunjuk ke perut Lila.
"Maksud mama, kamu juga sama Sarah wajib kasih mama cucu juga" mama merajuk dalam pelukan Raka.
"Iya, ma...nanti Sarah akan kasih cucu yang banyak untuk mama. Mama mau berapa?" goda Raka. Disambut tawa mama sambil memukul bahu anaknya itu dengan sayang.
Wajah Sarah memerah mendengar kata-kata Raka. Ada rasa kasihan dalam relung hati Sarah terhadap orangtua yang begitu percaya dengan mereka itu. Rasanya mereka telah sangat keterlaluan memberi harapan kosong kepada orang-orang yang sangat menyayangi mereka.
Suasana yang sempat tegang mencair kembali setelah Raka berhasil membujuk mamanya untuk menyetujui keputusan Raka yang setengah memaksa itu.
Dengan alasan sangat mengantuk, Sarah pamit meninggalkan ruang keluarga sebelum jam 9.
Sarah tidak mau berbarengan dengan Raka naik ke atas, rasa sungkan dan malu masih kental di rasa oleh Sarah atas kejadian di dapur tadi
Sebelum Raka naik ke kamar, dia sudah menyusup di balik selimut.
Kalau dia bertemu muka dengan Raka, maka dadanya akan berdebar tidak karuan, rasanya laki-laki itu sedang mengejeknya atas apa yang telah terjadi.
Dengan susah payah Sarah menepis ingatan itu tapi kehangatan bibir Raka masih terasa sampai detik ini. momen itu seperti terus berulang di kepalanya seperti putaran pita film. Saat mengingatnya, wajah Sarah akan terasa panas.
Sarah berusaha memejamkan matanya, sayangnya wajah Raka yang begitu dekat dengan wajahnya seperti terus membayangi Sarah, bahkan desah nafas laki-laki itu seolah masih hangat menerpa kulit wajahnya.
Sarah tertidur dalam mimpi yang aneh, mimpi tentang Raka yang memeluk pinggangnya dengan erat bahkan begitu nyata. Sesaat Sarah menikmatinya, tetapi kemudian Sarah tersadar, itu hanya mimpi.
Sarah menggeliat berusaha melepas diri, tapi pelukan itu terasa semakin erat. Sarah membuka matanya, berusaha keluar dari mimpinya. Saat dia membuka matanya, ternyata pelukan itu bukan mimpi.
Seseorang sedang memeluknya begitu erat. Dan ketika di menoleh ke sebelahnya, ada wajah yang sangat di kenalnya sedang meletakkan jari telunjuk di bibirnya, seolah memberi isyarat, Sarah tidak boleh berteriak.
masih ingat aku.