Aku pernah merasakan rindu pada seseorang dengan hanya mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagiku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyeon Gee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Story 24
“Kau benar tidak kedinginan di sini? Kita masuk, ya?”
Ada rasa khawatir setelah Jun Su menyelimuti pundak Seol Hee dengan selimut tambahan.
“Kalau duduk di dalam, perutku makin sakit. Kau tahu aku suka udara dingin, kan?”
Senyum Seol Hee yang tampak manis malam itu, membuat Jun Su menggeser duduknya dan merangkul Sang Istri di bawah cahaya bulan purnama yang bulat sempurna.
“Kalau ada bulan seperti ini di jaman dulu di percaya kalau para Gumiho akan keluar mengambil jantung manusia untuk kehidupan mereka.”
Celoteh Seol Hee membuat Jun Su tersenyum geli.
“Kau benar-benar menyukai Gumiho.”
“Gumiho itu lucu. Aku tahu ceritanya mereka makhluk yang kejam namun, mereka yang berusaha ingin menjadi manusia dengan misi yang sulit membuatku jadi iba. Mereka seperti monster sesaat tetapi, di detik berikutnya mereka hanya tampak seperti makhluk biasa yang Tuhan ciptakan. Makhluk yang memiliki mimpi dan harapan untuk hidup.”
Diam, Jun Su seakan merasa bersalah dan merangkul Seol Hee lebih erat. Dia menyandarkan kepala Seol Hee ke pundaknya.
“Kalau aku terlahir kembali, apa kau akan tetap mencintaiku?” tanya Seol Hee.
“Kalau aku terlahir kembali, apa kau tetap akan memilihku?”
Mendengar pertanyaannya, Seol Hee pun mengangkat kepala, dan menatap Jun Su yang tersenyum tipis lalu kembali menyandarkan kepalanya ke pundak.
“Kenapa bertanya seperti itu?” tanya Seol Hee kesal.
“Apa sulit?” tanya Jun Su menahan sambil menahan senyum geli.
“Kau ingin aku jujur atau bohong?”
“Jujur.”
“Iya. Sulit. Karena setiap kali mengingat Chang Yi, aku goyah.”
“Sudah hampir 21 tahun Chang Yi tidak lagi berada di dunia tapi, kau masih begitu menyayanginya. Aku rasa ikatan kalian lebih kuat dibanding kita berdua.”
“Kau cemburu?”
“Sangat. Kau tidak berharap sedikit saja bisa bertemu denganku lagi di kehidupan kedua?”
“Jika boleh memberikan dalam persen, aku lebih memilih 65% hidupku ingin bertemu lagi dengan Ho Jun Su.”
“Bagaimana kalau kalian berdua bertemu lebih dulu sama seperti cerita sebelumnya?”
“Kalau begitu hanya Tuhan yang memiliki jawaban pastinya. Tapi, untuk sekarang, aku berharap kita bersama lagi nanti.”
“Aku minta maaf karena tidak jujur sejak awal.”
“Kau selalu meminta maaf untuk sesuatu yang tidak kau lakukan. Apa ini kebiasaan?” omel Seol Hee.
“Tidak. Hanya mungkin aku lebih merasa berdosa pada diri sendri, dan mengucap maaf padamu menjadi satu-satunya obatku.”
“Hei, kalau aku boleh jujur, kau lebih tampan dari Chang Yi.”
Ada senyum geli yang Jun Su tunjukkan dan membuat Seol Hee memeluk pinggangnya.
“Hangat,” ujar Seol Hee yang kemudian memejam.
“Iya. Aku suka saat kau memelukku seperti ini. Jadi, jangan lemah dan peluk aku lebih lama.”
“Memang kita punya waktu lebih lama?”
“Iya. Pasti. Aku yakin. Dan aku ingin kau berjanji satu hal.”
“Apa?”
“Jika nanti datang masa di mana kita telah menghabiskan batas waktu di dunia. Berjanjilah untuk menemuiku lebih dulu di Pantai Haeundae di musim semi pertama. Jangan temui Chang Yi yang letaknya di musim dingin.”
“Aku berjanji akan menemui Ho Jun Su di kehidupan kedua. Menunggunya di Pantai Haeundae di musim semi pertama.”
Dan untuk seluruh batas waktu yang kita miliki, ini ciuman terakhirku untukmu. Untukmu yang selalu mengingat Chang Yi sebagai orang terbaikmu dan mengingatku sebagai orang yang kau sayang. Pelukan hangat ini akan selalu kurindukan. Tunggu aku di cerita pada Bulan April selanjutnya…