Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila
"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."
Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.
Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap Basah
Satu bulan kemudian. Elsa masih setia menjalankan tugasnya—menyelidiki Jeevan. Meski belum ada perkembangan yang berarti, tetapi dia terus berupaya.
Hari ini, dia kembali melaporkan kepergian Jeevan yang hampir setengah hari. Menurut jadwal, Jeevan pergi bersama investor baru. Mereka meninjau lokasi pemasaran yang letaknya cukup jauh dari kantor Victory.
"Gimana, Ren, udah ketemu sama Pak Jeevan?" tanya Elsa ketika menelepon sahabatnya.
"Udah, El. Tapi, dia memang kerja. Barusan banget dia pergi makan bareng investor itu, nggak ada orang lain," jawab Mauren dari seberang sana.
Elsa mengulum senyum, lalu bertanya tentang keputusan Mauren untuk selanjutnya.
"Udahan aja, El. Sepertinya, Mas Jeevan memang nggak nyeleweng. Kamu benar, dia memang sibuk dengan kerjaan. Sedangkan untuk posesifnya yang nggak kayak dulu, mungkin sedang berusaha ngertiin karierku. Dulu, aku juga sih yang nyuruh dia untuk selalu mengerti."
Elsa bernapas lega setelah mendengar jawaban Mauren, memang keputusan seperti itu yang sangat dia nantikan.
"Yakin nggak lanjut lagi?" Elsa berbasa-basi.
"Nggak usah. Cukup segini aja aku udah yakin sama Mas Jeevan. Sebagai ucapan terima kasih, minggu depan aku ajak jalan-jalan. Nanti kutraktir belanja dan juga makan-makan. Oke?"
"Siap, Bos." Elsa turut tertawa ketika Mauren tertawa renyah. Namun, jauh di dalam hatinya ada sekelumit rasa sesak yang amat mengganjal.
Setelah sambungan telepon berakhir, Elsa mengusap wajahnya dengan kasar. Lantas, menggeleng-geleng sambil meyakinkan diri bahwa cintanya tidak salah.
"Tenang, harus tenang. Masalah udah aman, aku nggak boleh mikir yang macem-macem. Ini juga bukan mauku, dia pasti bisa ngerti," batin Elsa.
Pada waktu yang sama di tempat yang berbeda, Mauren menimang-nimang ponselnya sambil mondar-mandir ke sana kemari.
"Untuk pertama kalinya aku ragu dengan ucapan Elsa," gumam Mauren.
Setelah cukup lama berpikir keras, Mauren menyalakan kembali ponselnya. Dia menghubungi Siska—staf pemasaran di Kantor Victory. Dulu, wanita itu pernah menjadi asistennya selama seminggu. Harapan Mauren, semoga Siska masih mau berpihak padanya.
"Bisa kita bertemu, ada hal penting yang ingin saya bicarakan!" ujar Mauren ketika Siska sudah menerima panggilannya.
"Saya masih bekerja, Bu. Bagaimana kalau nanti sore saja?" jawab Siska.
"Baik."
_____
Tepat pukul 04.00 sore, Mauren bertemu dengan Siska di restoran yang tak jauh dari Kantor Victory. Mereka datang hampir bersamaan, jadi tidak perlu menunggu lama.
"Maaf, Bu, saya baru datang. Belum sempat memesankan minuman untuk Anda," ucap Siska ketika Mauren sudah duduk di kursi.
"Tidak apa-apa, kita bisa pesan sekarang."
Usai memesan minuman, Siska menanyakan perihal maksud pertemuan mereka. Namun, Mauren tak segera menjawab. Dia malah melayangkan pertanyaan untuk Siska.
"Kamu bisa menemui saya sekarang, apa tidak lembur?" tanya Mauren.
"Tidak, Bu. Saya jarang lembur, paling hanya sekali-dua kali dalam sebulan."
Mauren mengernyit, "Apa kantor tidak sibuk?"
"Sibuk, Bu, tapi tidak sampai lembur. Masih bisa kami atasi dengan jam kerja normal," jawab Mauren.
"Apakah seluruh staf tidak ada yang lembur?" Mauren terus bertanya.
"Setahu saya jarang, Bu. Hanya satu-dua saja dan itu tidak setiap hari. Kalau boleh tahu, ada apa ya, Bu?"
"Suami saya sering lembur sampai larut, katanya kantor sangat sibuk. Saya ada tugas untuk kamu, selidiki suami saya dan cari tahu wanita mana yang dekat dengannya," ujar Mauren langsung pada intinya.
Siska gelagapan, bahkan raut wajahnya mendadak pucat.
"Maaf, Bu, kalau soal itu saya tidak berani. Saya tidak mau dipecat karena mengusik ranah pribadinya Pak Jeevan," ucapnya.
"Dipecat? Kamu tidak tahu itu kantor siapa?" Suara Mauren mulai meninggi. Dia makin yakin jika Jeevan menyembunyikan sesuatu darinya.
"Saya tahu kantor itu punya Ibu, tapi___"
"Melihat kegugupanmu, saya tebak kamu tahu apa yang disembunyikan suami saya. Jadi, cepat beri tahu saya informasi apa pun yang kamu punya," pungkas Mauren dengan cepat.
"Maaf, Bu, saya tidak berani." Siska beranjak. "Jika hanya ini yang akan Ibu bahas, maaf saya tidak bisa. Saya permisi, Bu," sambungnya.
Mauren geram, lantas dia berteriak ketika Siska baru saja melangkahkan kakinya.
"Tiga persen saham Victory!"
Siska langsung menghentikan langkah dan menatap Mauren dengan cepat.
Mauren tersenyum miring saat melihat Siska mulai tertarik dengan tawarannya.
"Jika kamu mau memberi tahu saya, maka tiga persen saham Victory akan menjadi milikmu."
Siska gemetaran. Dengan susah payah dia kembali duduk dan mengatur detak jantung yang sempat berantakan. Tiga persen saham Victory adalah sesuatu yang tak pernah dibayangkan. Ah, jangankan tiga, satu saja dia tak berani bermimpi untuk memiliki. Setelah sedikit tenang, Siska mulai bicara dengan terbata-bata.
"Saya tidak akan mengambil imbalan yang sebesar itu. Saya tahu, menutupi kesalahan bukanlah hal baik. Tapi, mau bagaimana lagi, saya hanya orang biasa yang butuh pekerjaan. Bu, untuk mengatakan kebenaran, saya masih tidak bisa. Tapi, saya akan memberikan petunjuk agar Anda bisa melihat sendiri kebenarannya. Nanti malam, silakan Ibu datang ke kantor. Dari yang pernah saya tahu, juga dari yang pernah teman-teman tahu, Pak Jeevan sering menghabiskan waktu di lantai atas. Coba Ibu datang, siapa tahu beruntung dan menemukan jawabannya," terang Siska.
"Kantor? Apa wanita itu juga karyawan kantor?" Mauren tersentak hingga memelotot tajam.
Siska mengangguk, "Setahu saya begitu, Bu."
Mauren mengerjap cepat. Dia tak habis pikir dengan informasi yang baru saja didapat. Secara logika, jika wanita itu karyawan kantor, maka seharusnya Elsa sangat paham. Namun kenyataannya, Elsa sedikit pun tidak tahu.
"Apa dia sudah kompromi sama Mas Jeevan, atau jangan-jangan ... ah, ucapan wanita itu. Tidak mungkin benar, kan?" batin Mauren.
_______
Di atas dinginnya lantai marmer, Mauren berjalan tanpa alas kaki. Dia sengaja melepasnya agar tidak menimbulkan suara ketukan. Dia ingin memergoki suaminya yang masih berada di kantor, terbukti dari mobil yang terparkir di tempatnya.
"Aku sudah kehilangan uang lima juta, aku nggak boleh gagal," batin Mauren sambil terus berjalan.
Beberapa menit lalu, dia menyuap satpam agar tidak memberitahukan kedatangannya kepada Jeevan. Sama seperti Siska, satpam itu juga gelagapan dan tidak mau memberitahukan siapa selingkuhan Jeevan. Entah ancaman seperti apa yang sudah Jeevan lontarkan, hingga seluruh karyawan pro padanya.
"Aku sangat memercayaimu, tapi kamu malah berulah, Mas. Kamu tidak lupa, kan, kalau kantor ini milikku?" batin Mauren dengan penuh emosi.
Tak lama kemudian, Mauren tiba di ruangan Jeevan. Namun, tidak ada siapa pun di sana. Lantas, Mauren langsung menuju lantai atas, seperti petunjuk Siska.
Setibanya di sana, Mauren belum menemukan tanda-tanda keberadaan seseorang. Suasana sangat hening, bahkan sekadar bisik-bisik pun tidak ada. Namun, Mauren tak menyerah, dia terus mencari ke seluruh penjuru. Sampai akhirnya, dia tiba di ruangan yang paling ujung, ruangan yang dulu menjadi tempat favorit orang tuanya, ruangan yang konon katanya sering dijadikan tempat dinner romantis oleh mereka.
Mauren berjalan makin pelan ketika mendekati ruangan itu, pintunya sedikit terbuka dan itu membuat dada Mauren makin bergemuruh.
Dengan jantung yang makin berdetak cepat, Mauren mendorong pintu dengan sangat pelan, sehingga tak menimbulkan suara sedikit pun.
Bagaikan petir di antara terik matahari, pemandangan di depan sana membuat Mauren nyaris hilang kendali. Seorang lelaki yang dia yakini adalah Jeevan, sedang duduk sambil memeluk seorang wanita. Tangannya dengan luwes membelai lembut bahu wanita tersebut, seolah dialah sosok yang paling disayangi.
Hanya dalam hitungan detik, emosi Mauren tak bisa dibendung lagi. Dia mendekati Jeevan sambil berteriak keras.
"Mas Jeevan!"
Mendengar teriakan Mauren, dua orang itu bangkit dan menoleh dengan cepat. Mauren sangat terkejut saat mendapati sosok wanita yang sedang bersama suaminya.
"Elsa!"
Bersambung...
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂