NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.25 Terbongkarnya Penghianatan Tetua Yumeng

Ketika segel itu runtuh di bawah tekanan aura Xio Lun, suara gemuruh seperti petir suci mengguncang lembah. Rantai-rantai spiritual patah satu per satu, dan pilar-pilar cahaya menembus langit malam.

Namun, cahaya itu hanya berlangsung sekejap — karena seketika muncul aura-aura kuat, menandakan kedatangan para tetua klan.

Satu per satu, sosok berjubah abu-abu dan biru tua melangkah keluar dari bayangan.

Ada Tetua Liang Su, penjaga jalur utara lembah; Tetua Ming He, ahli formasi yang selama ini menjadi tangan kanan Yumeng; dan Tetua Bai An, pemimpin pasukan pedang roh.

Dan di antara mereka, berdiri seorang pria paruh baya dengan jubah hitam berornamen naga keperakan — Patriak Yumeng, sang penghianat.

Dengan senyum sinis, Yumeng menatap pemuda di depan gerbang .

“Jadi benar… kau masih hidup, bocah sialan,” ujarnya datar namun bergetar oleh tekanan aura.

“Xio Lun, pewaris keluarga yang seharusnya lenyap di dasar jurang iblis, kini berdiri di hadapanku.”

Xio Lun menggenggam serpihan pedang hitam di tangan kanannya, mata keemasannya bergetar menahan amarah.

“Yumeng…” katanya lirih namun penuh kebencian, “aku hanya ingin satu hal darimu — penjelasan.

Mengapa kau melakukan semua ini? Mengapa mengkhianati klanmu sendiri, menghancurkan keluargaku, dan menodai kehormatan klan kita”

Yumeng terkekeh kecil. Suaranya dingin, tapi matanya berkilat seperti binatang buas.

“Penjelasan?” katanya. “Hahaha… kau masih terlalu polos, bocah. Dunia ini tak diatur oleh kehormatan, tapi oleh kekuatan. Dan aku… aku hanya mengambil takdir yang seharusnya menjadi milikku.”

Ia menatap jauh ke langit, seolah mengenang masa lalu yang panjang.

“Dulu,” lanjutnya, “aku hanyalah tetua pertama di bawah patriak, Xio Tian.

Meski aku bekerja tanpa henti, melatih murid, menjaga lembah, dan mengorbankan segalanya untuk klan — tetap saja, Xio Tian menolak mengajariku Seni Naga Pedang, warisan tertinggi klan kita.

Padahal aku sudah memenuhi syarat segalanya. Tapi dia berkata—”

Yumeng menirukan suara tua penuh wibawa, “‘—kau tidak memiliki hati naga, dan kau tak kan mampu mempeljari jurus seni naga’”

Suara Yumeng bergetar menahan marah, lalu berubah getir.

“Sejak saat itu, aku bersumpah… jika klan tak mengakuiku, maka aku akan menciptakan takdirku sendiri!”

Aura hitam berdenyut keluar dari tubuh Yumeng. Langit di atas lembah bergetar.

Para tetua di belakangnya menunduk, menahan tekanan aura sang patriak.

Xio Lun menatapnya tajam.

“Lalu semua ini hanya karena ambisimu menjadi patriak? Kau mengorbankan ayahku, mengkhianati klan dan menyeret seluruh klan ke jurang kehancuran?”

“Ambisi?” Yumeng tersenyum getir. “Tidak, Xio Lun. Ini takdir.”

Ia menarik napas dalam, lalu mulai bercerita

“Malam itu… malam di mana segalanya berubah, aku tengah berkultivasi di ruang pribadi ketika merasakan aura asing yang kuat mendekat. Aura itu berbeda dari anggota klan lembah seribu pedang ,

Aku mengikuti aura itu… dan menemukan sosok berjubah biru langit, bersimbol bintang tujuh di dada.

Dia bukan manusia dari benua ini.,,

“Ketika aku menemukannya,” lanjut Yumeng, “dia mencoba menembus segel lembah suci. Namun segel itu menolak keberadaannya dan membalikan serangan. Tubuhnya terluka parah, hampir hancur. Aku mendekat, menolongnya, dan menanyakan siapa dia.”

Yumeng menundukkan kepala, menirukan suara dalam ingatannya.

“‘Aku Yualian, Tetua Kedua Klan Bintang Langit. Aku mencari sesuatu yang berharga di lembah suci ini— artefak dari masa perang dewa.’”

Nama itu membuat dada Xio Lun menegang. Ia pernah mendengar nama itu dari dewa perang sendiri.

Tetua Yualian… orang yang pernah dibunuh oleh kesadaran dewa perang lewat tubuhnya!

“Awalnya aku tidak percaya,” lanjut Yumeng, “tapi setelah dia menunjukkan kekuatan bintangnya, aku tahu dia bukan kultivator biasa.

Namun, daripada melawannya, aku memilih menegosiasikan takdirku.

Aku berkata padanya: aku bisa membantumu mendapatkan artefak yang kau cari, asal kau menjamin posisiku sebagai patriak, dan memberi akses pada ilmu dari Klan Bintang Langit.”

Yumeng tertawa pelan, getir.

“Dia marah, hampir membunuhku. Yumeng berkata lirih dalam getar,,

Hanya Klan Lembah Seribu Pedang yang memiliki kunci segelnya.

Tanpa kami, dia tidak bisa menemukan apapun.”

Para tetua di belakangnya saling berpandangan, terdiam ngeri.

Dan Yumeng melanjutkan kisahnya.

“Jadi kami membuat kesepakatan rahasia.

Dia akan memberikan jurus bintang untuk memperkuat kekuatanya,,,

Sebagai imbalannya, aku harus menemukan ‘penjaga artefak’ — dan jika menemukannya, aku bisa meminta apapun dari mereka.”

Wajah Xio Lun menegang.

“Penjaga artefak itu… Xin Shi?”

Yumeng terdiam sejenak, lalu tersenyum.

“Benar. Gadis klan Bunga Persik yang membawa Mutiara Teratai Ilahi di tubuhnya. Tapi sayang, sebelum aku sempat mendapatkannya, klan Tengkorak Merah lebih dulu menyerang.

Dan semua rencanaku berantakan.”

Aura membunuh memancar dari Xio Lun.

“Dan demi ambisimu, ayahku kau bunuh. Ibku kau tawan. Dan Kakekku kau hianati, kau buat konspirasi kematianya, karena gagal dalam proses kultifasi,

padahal kau telah menyegel kakeku dengan segel dari klan bintang,

Yumeng membalas dengan tatapan tajam, namun tersenyum angkuh.

“Jangan salahkan aku, bocah. Ayahmu Xio Wu terlalu keras kepala. Dia tahu rahasiaku dan berusaha menggagalkanya,. Aku tak punya pilihan.

Klan ini terlalu lemah untuk menghadapi kekuatan Benua Barat. Dengan caraku, aku hanya memastikan kita… bertahan.”dan menjadi kuat,..

“Bertahan dengan menjual kehormatan?” Xio Lun menggertakkan gigi. “Kau bukan patriak. Kau hanyalah anjing milik klan Bintang Langit!”

Tatapan Yumeng menggelap, tapi sebelum ia sempat bicara, tanah bergetar hebat.

Dari kedalaman lembah, segel cahaya suci muncul, dan samar-samar terlihat sosok lelaki tua bermeditasi di atas altar batu.

Rambutnya perak panjang, tubuhnya masih memancarkan tekanan ranah Langit jiwa ilahi, , meski sudah lama tertidur.

Cahaya naga spiritual mengitari tubuhnya — aura yang begitu agung,

“Tidak…” bisik salah satu tetua. “Itu—itu… Patriak … Xio Tian!”

Suara berat bergema, tua namun tegas.

“Yumeng… Aku sudah mendengarkan cukup lama.”

Sosok Xio Tian membuka matanya perlahan, dan seluruh lembah seakan menunduk oleh tekanannya.

Wajah Yumeng pucat, tubuhnya bergetar.

“Pa… patriak… kau—kau seharusnya—”

“Seharusnya mati?” Xio Tian tersenyum getir. “Itu memang harapanmu, Yumeng.”

Ia berdiri, tongkat pedangnya membentuk pusaran energi di bawah kaki.

“Namun, ia tak mampu menembus segel bintang,,

Yumeng mundur beberapa langkah, namun aura Xio Tian menekannya habis-habisan.

“Aku mempercayaimu, Yumeng. Aku menitipkan klan padamu. Tapi kau malah membawa kehancuran.

Ambisimu telah mencemari nama Lembah Seribu Pedang!”

Suara tua itu menggelegar bagai guntur, dan cahaya pedang spiritual keluar dari tanah lembah, menari-nari seperti roh-roh leluhur.

Xio Lun menatap kakeknya, air mata menetes di pipinya.

“Jadi… semua benar… kau masih hidup, Kakek…”

Xio Tian menoleh lembut. “Lun’er… darah klan ini mengalir dalam dirimu. Kini saatnya kebenaran ditegakkan.”

Xio lun menatap Yumeng dengan tatapan menusuk.

“Hari ini, pengkhianatanmu berakhir.”

Namun Yumeng berteriak gila, menarik keluar pedang roh suci dari punggungnya — artefak setengah dewa yang dahulu dimiliki Xio Wu, ayah xio lun

“Aku takkan mati di tanganmu, Xio Lun! Aku sudah melampaui batas klan ini! Aku akan menjadi dewa di bumi!”

Cahaya biru keperakan menyelimuti tubuhnya, dan aura bintang meluap ke langit.

Namun Xio Lun hanya mengangkat tangannya.

“Pedang kecil yang nerupakan pecahan pedang kegelapan,

Ribuan pedang di lembah bergetar, lalu melayang ke udara, membentuk formasi Pedang.

Xio Lun berdiri di pusatnya, tubuhnya diselimuti cahaya putih, dan suara guntur menggema di udara.

“Untuk darah yang ditumpahkan, untuk nama yang dicemarkan—

hari ini, keadilan turun dari langit.”

Ledakan energi memecah langit.

menimbulkan pusaran raksasa yang menelan lembah.

Xio Lun melihat kakeknya tersenyum ke arahnya — tenang, bangga, dan penuh kasih.

“Lun’er… lanjutkan takdirmu…”

1
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
Ibad Moulay
Altar
Ibad Moulay
Cahaya Putih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!