Sagala terkejut bukan main saat tetangga depan rumah datang menemuinya dan memintanya untuk menikah dengan putri mereka secepatnya. Permintaan itu bukan tanpa alasan.
Sagala mendadak pusing. Pasalnya, putri tetangga depan rumah adalah bocil manja yang baru lulus SMA. Gadis cerewet yang sering mengganggunya.
Ikuti kisah mereka ya. Ketika abang adek jadi suami istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F.A queen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyum Manis
Anisa segera masuk ke dalam dan mengunci pintunya. Dia tidak mau keluar rumah, malu.
Di kantor.
Sagala bertemu dengan Rania di lobi. Pria itu menyerahkan tumbler milik Rania. "Ini," katanya. "Makasih ya."
Rania menerimanya dengan senyum. "Sama-sama, Bang," jawabnya. "Nggak dibalikin juga nggak apa-apa kok."
Mereka jalan bersama menuju bagian.
"Bulan depan abang ada acara nggak?" Tanya Rania.
"Belum tau. Masih bulan depan kan." Sagala mengangkat bahu. Ia memang jarang merencanakan hal-hal jauh-jauh hari. Semua dijalani seiring waktu.
"Emm, Teman-teman mau touring, abang ikut nggak? Kalau nggak ada acara, ayok ikutlah," ajak Rania.
Sagala terdiam sejenak. Iya dia tahu tentang acara tahunan itu. Biasanya dia pasti ikut. Menginap satu malam di villa.
Tapi tahun ini, ada Annisa yang harus ia pikirkan. Nggak mungkin ninggalin Nisa sendirian di rumah.
Sesampainya di bagian. Ardi segera berkata dari tempat duduknya. "Pagi-pagi udah pacaran aja lu Bang."
Bang Indra segera menyahut. "Biarin, biarin biar bujang kita buruan nikah."
"Nanti aku jadi bridesmaidnya ya, Rania." Hanna teman dekat Rania menyahut.
"Tolong berhenti meledek, kita cuma temenan," jawab Rania lembut.
Sagala menyahut, "Kerja-kerja. Pagi-pagi udah pada semangat ngeledek."
Tawa kecil terdengar, namun setelah itu suasana kembali normal. Semua orang kembali ke meja masing-masing dan mulai fokus pada pekerjaan.
Sagala menyalakan komputernya. Ia menghela nafas dalam. Belum ada yang tahu tentang pernikahannya, tentang Annisa.
Bukan karena ia tak mau bercerita, tapi bagaimana bisa ia menjelaskan bahwa perempuan yang dinikahinya masih sangat muda, sementara dirinya terlalu tua untuk gadis itu. Pernikahan mereka juga belum diakui oleh negara. Semua itu masih rentan.
Sementara di sana, di rumah Sagala. Annisa asik scroll tik tok sambil makan roti yang semalam ia inginkan.
Dia baru selesai menjemur pakaian. Untung saja jemuran ada di belakang jadinya tidak perlu keluar rumah. Tapi, dia nggak nyuciin baju abang. Nggak tau ada di mana baju kotor abang.
Siang hari, Annisa mendengar tukang jualan bakso keliling. Rasanya pengen makan bakso.
Annisa berdiri dari duduknya lalu membuka tirai jendela untuk melihat suasana di luar. Mengintip diam-diam. Ada beberapa ibu-ibu yang tengah makan bersama di bawah pohon mangga milik tetangga sebelah.
Annisa beralih menatap tukang bakso keliling. Ada dua anak yang tengah mengantri. Bakso Cuanki, begitu tulisannya.
Annisa mengerutkan kening. "Apaan bakso cuanki? Bedanya apa sama bakso biasa," gumamnya. Dia penasaran dan ingin beli tapi takut untuk keluar rumah. Dia tidak kenal orang-orang sekitar. Dan lagi, dia takut ditanya-tanya.
Pelan, Annisa menutup gorden dengan manyun. Dia duduk di ruang tengah lalu nonton Pororo.
Drttt, ponselnya bergetar menerima pesan. Pesan dari Sagala.
"Mau makan siang apa? Abang pesenin."
Annisa tersenyum membaca pesan itu. Baca pesannya doang bikin senyum-senyum. Virus apakah ini.
Annisa segera membalas, tapi lalu menghapusnya lagi. Dia berpikir jika ada pengantar makanan datang, itu artinya dia harus keluar buat ngambil. Ah nggak mau. Takut ketemu tetangga. Dia malu.
"Aku masih kenyang, Bang. Dari pagi makan roti yang semalam. Lanjut ngemil jajanan, lanjut bikin roti panggang, lanjut minum susu, lanjut ngemil lagi, lanjut makan buah." Kirim.
Balasan Sagala datang, "Nanti kalau lapar, bilang ya."
"Siap, Bang."
Sore hari, ia mendapatkan panggilan video dari ibunya.
"Assalamualaikum, Ibu." Annisa segera menerima panggilan video dari ibunya.
"Wa'alaikum, Sayang. Bagaimana di sana."
"Umm ya begitulah."
"Begitu gimana? Kamu betah kan, ibu kepikiran kamu terus. Takut kamu enggak betah." Suara Bu Hanifah cemas, juga rindu.
"Betah, Bu. Alhamdulillah." Annisa tersenyum lebar. "Semalam habis diajak jalan-jalan sama Abang. Trus kita makan di tempat makan yang bagus. Trus kita ke Mall. Mallnya gede dan luas banget." Annisa begitu bersemangat menceritakan apa saja. Beli jajan apa saja. Ibunya senang mendengar ini. Sagala memang baik. Pilihannya tidak salah bukan.
"Sekarang Abang di mana?" Tanya Bu Hanifah.
"Abang belum pulang. Mungkin sebentar lagi. Kemarin magrib baru nyampe rumah. Macet katanya."
"Nak, Abang seharian kerja pasti capek. Nanti kalau Abang pulang, Nisa jangan lupa nyambut Abang dengan senyum manis ya. Pokoknya kalau Abang pulang kerja, kamu harus udah mandi, trus senyum manis. Terus bikinin Abang minum ya," nasehat Bu Hanifah.
Annisa mengangguk mengerti. "Baik, Bu," jawabnya. "Ya udah aku mau mandi dulu," lanjutnya.
"Iya, baik-baik di sana ya, Sayang. Ingat, harus patuh sama abang."
"Iya, Bu."
Panggilan berakhir setelah itu. Annisa segera mandi, dandan tipis-tipis lalu nunggu abang di ruang tamu.
Tak lama, terdengar suara mobil parkir di garasi.
Annisa buru-buru berdiri dan menata rambutnya agar rapi. Dia berjalan ke depan pintu menunggu Sagala. Benar-benar tepat di depan pintu.
Pelan, pintu terbuka.
"Astaghfirullah." Sagala melonjak kaget karena melihat Nisa yang berdiri tepat di depan pintu.
Annisa meletakkan kedua jari telunjuk di pipinya. Dia tersenyum. "Senyum maniiis. Selamat datang Abang."
Sagala terdiam sejenak sebelum tawanya pecah. Ada-ada saja kelakuan bocah satu ini. Sagala melangkah dan mengacak rambut Nisa.
"Abang mandi dulu," ucapnya sambil berlalu.
Annisa tersenyum mendapatkan usapan di rambutnya. Pelan, tangannya terangkat untuk mengusap rambutnya. Ah tangan Abang baru saja dari sini. Gadis itu segera membalik badan.
"Abang mau minu .... " Sudah tidak ada Sagala.
Annisa pergi ke dapur. Dia membuka lemari penyimpanan.
"Teh, kopi atau sirup? Abang suka yang mana ya kalau pulang kerja?"
Pada akhirnya Annisa tidak membuat apapun. Dia memutuskan untuk bertanya Sagala dulu. Menunggu abang di ruang santai.
Pintu kamar Sagala terbuka, pria itu keluar dengan handuk di pundak.
Annisa segera bertanya dari tempatnya. "Abang, mau sirup, es teh atau kopi? Aku buatin ya. Abang mau yang mana?"
Sagala menoleh, "Engga usah, nanti Abang bikin sendiri," tolaknya tanpa berniat menyinggung. Dia hanya tidak mau Annisa repot. Biarlah gadis kecil itu bersenang-senang di sini tanpa melakukan apapun.
"Tapi kan aku pengen buatin Abang minum," jawab Annisa, bibirnya manyun lucu.
"Nanti abang bikin sendiri aja."
"Tapi aku mau buatin minum buat Abang," sahut Annisa nggak mau kalah. Dia segera menambahkan, "tinggal pilih salah satu, apa susahnya sih, Bang." Dia makin cemberut.
"Ya, ok, ok." Akhirnya Sagala menyetujui.
"Jadi Abang mau yang mana? Es teh, es sirup atau kopi?"
"Es sirup."
"Ok, Abang. Aku buatin ya." Annisa beranjak lalu segera berlari ke dapur dengan semangat empat lima. Dia membuat es sirup manis buat Abang Sagala tersayang. Ah memang Nisa sayang Abang dari dulu.
Sementara Sagala segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
🌱🌱🌱
😁😁😁
tiati lho bang gala nanti kalo Nisa gak manja lagi ke Abang,Abang yg kelimpungan lho🤣