Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 Bagian II - BAB 19 Bagian I
BAB 18: Strategi Jembatan Dimensi dan Markas di Balik Ketidakpercayaan
Bagian II: Pengorbanan Niat dan Lorong Waktu
Sutan berdiri di ambang keputusan yang mustahil. Di hadapannya, Kristal Niat dari Permata Simbiosis berdenyut di reruntuhan kuil. Di tangannya, Permata Pak Leman terasa hangat, memancarkan kedamaian dari kenangan-kenangan masa lalu.
Bunian Pengkhianat itu menyeringai di kegelapan. "Cepat, Duta! Pilih! Utang kopi itu atau Keseimbangan Dimensi!"
Sutan memejamkan mata. Ia telah menerima penyesalan atas waktu yang hilang. Ia tahu bahwa niat murni yang sejati bukanlah untuk memiliki, tetapi untuk memberi.
"Utang terbesarku adalah pada Keseimbangan," bisik Sutan.
Sutan mengarahkan Permata Pak Leman ke Komponen Kristal Penuh Retakan. Ia tidak mencoba melindungi Permatanya. Ia membiarkan Niat Murni di dalamnya menjadi perisai bagi seluruh Dimensi Koral Hitam.
ZZZZZT!
Permata Pak Leman bergetar hebat. Ia menyerap semua energi keraguan dan retakan niat dari Komponen Kristal, melindunginya agar tidak meledak. Permata itu bersinar, lalu pecah menjadi debu halus.
Niat Murni Pak Leman telah melunasi Utang Keraguan di Dimensi Koral Hitam.
Bunian Pengkhianat itu berteriak terkejut. "Tidak! Niat Murni itu... hancur! Kau mengorbankannya!"
"Aku tidak mengorbankan," jawab Sutan, memungut Kristal Niat yang kini bersih dan bersinar. "Aku melunasi."
Bunian Pengkhianat itu, yang terkejut oleh kekuatan pengorbanan Sutan, tiba-tiba menghilang. Markas OPD telah pergi, meninggalkan jebakan yang hancur.
Namun, saat Sutan memegang Kristal Niat itu, dan Permata Pak Leman hancur, sebuah reaksi dimensi yang kuat terjadi. Energi waktu dan niat yang bertabrakan itu merobek Dimensi Koral Hitam.
Di hadapan Sutan, muncul pusaran cahaya yang bukan portal dimensi, melainkan Lorong Waktu yang bergetar.
BLUM!
Sebelum Sutan sempat bereaksi, Lorong Waktu itu menariknya. Sutan terlempar ke dalam pusaran warna dan energi yang memusingkan, sambil mencengkeram erat Kristal Niat dan Batu Putihnya.
Bab 19: Utang Waktu dan Inti Permasalahan
Bagian I: Kembali ke Bunian, Ratusan Tahun Lalu
Sutan jatuh di atas tanah yang lembap, terengah-engah. Ketika ia bangkit, ia tahu ia tidak lagi berada di Dimensi Koral Hitam.
Ia berada di sebuah hutan yang familiar—Hutan Beringin Larangan.
Namun, hutan itu tampak berbeda. Pohon-pohonnya jauh lebih tinggi dan lebih muda, udaranya jauh lebih murni, dan ia bisa mendengar suara energi Keseimbangan yang menderu, tidak teredam seperti di zamannya.
Sutan memeriksa Batu Putihnya. Batu itu bergetar hebat.
"Sial," bisik Sutan. "Aku tidak hanya pindah dimensi. Aku pindah waktu."
Sutan menggunakan scanner Batu Putihnya. Hasilnya mengejutkan: Waktu: 480 Tahun yang lalu.
Sutan telah terlempar ke masa di mana Kerajaan Bunian masih sangat muda dan permusuhan dengan Gaib Laut baru dimulai.
Saat ia berjalan keluar dari hutan, ia melihat Kerajaan Bunian. Itu bukan Kerajaan kristal yang ia kenal. Itu adalah Kota Batu Purba yang megah, tanpa kerusakan perang, dan bersinar dengan energi yang liar dan belum matang.
Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki. Sutan bersembunyi di balik semak.
Dua sosok Bunian berjalan melewatinya. Salah satunya adalah Ratu Puspa Sari, tetapi ia terlihat jauh lebih muda, energik, dan mengenakan pakaian perang.
Di sampingnya, berjalan seorang Bunian yang tampak serius, membawa naskah kuno.
"Ratu Puspa Sari?" gumam Sutan, tidak percaya.
Ratu Puspa Sari Muda (RPS Muda) itu berkata, "Kita harus menemukan cara menyatukan kembali Permata Simbiosis itu, Pangeran! Jika tidak, perang dengan Gaib Laut akan menghancurkan Kerajaan ini!"
Pangeran Senja Muda! Sosok di sampingnya adalah versi muda dari Pangeran Senja, yang tampak penuh harapan dan semangat.
Sutan menyadari. Ia berada di waktu ketika Permata Simbiosis yang ia pegang (Kristal Niat) adalah kunci untuk mencegah perang besar.
Sutan tahu bahaya dari mengganggu masa lalu. Tetapi ia juga tahu bahwa OPD pasti melacak Permata itu dan pasti memiliki agen di masa lalu.
Ancaman di Masa Lalu
Sutan mencengkeram Batu Putihnya. Ia tidak bisa menunjukkan dirinya. Ia harus mencari agen OPD di masa lalu ini.
Ia merasakan energi OPD. Energi itu tidak digital, tetapi berupa aura manipulasi yang halus.
Sutan menyelinap ke Kota Batu. Ia segera menuju Balairung Agung. Di sana, ia melihat sebuah pertemuan darurat.
Di meja pertemuan, Sutan melihat Raja Pualam Muda, yang masih sangat muda dan tampak naif, berdebat dengan sosok Bunian tua yang terlihat bijaksana namun licik.
"Raja Pualam, kita harus memutuskan hubungan dengan Gaib Laut! Mereka tidak bisa dipercaya! Kita harus fokus pada kekuatan kita sendiri!" desis Bunian Tua itu.
Sutan segera mengenali aura manipulatif itu. Bunian Tua itu adalah Agen OPD di masa lalu.
OPD tidak menggunakan teknologi, mereka menggunakan propaganda niat kotor untuk memicu perang dan menciptakan Chaos dari awal.
Sutan juga menyadari sesuatu yang lebih mengerikan. Jika perang itu terjadi, permata simbiosis itu akan pecah dan menciptakan utang waktu yang melanggengkan konflik hingga ke masa depannya.
Sutan harus bertindak. Ia adalah Duta Keseimbangan. Utang waktu ini harus dilunasi sekarang, di masa lalu.
Ia menoleh ke arah alun-alun. Ia harus menemukan Karang Jati Diri, bagian Permata Simbiosis yang hilang lainnya.
Sutan menarik napas. Petualangan utang kopi kini telah membawanya untuk melunasi utang sejarah. Dan ia harus melakukannya tanpa mengubah masa depan—kecuali menghapus perang dimensi.
Lanjutan Bab 20 akan membawa Sutan menyusup ke Gaib Laut masa lalu, mencari Karang Jati Diri, dan menyatukan Permata Simbiosis di hadapan Raja Pualam dan Ratu Puspa Sari Muda!