Hazella Season 2

"A-aku tidak tahu. Aku mencintai Mas David begitupun sebaliknya"

Kalimat itu rossa yang membisikkannya di telinga hazel.

"Kamu yakin David mencintaimu?" sambar Rio.

"Apa maksud dokter berkata seperti itu?"

Lagi-lagi hazel mengikuti arahan rossa.

"Lihat suamimu yang katanya mencintaimu itu. Dia lebih memilih tidur daripada menemani istrinya yang sedang hamil saat ini. Ada kamu dan anak-anaknya disini tapi dia lebih memilih dunianya sendiri. Dia suami yang tidak bertanggung jawab baik dulu maupun sekarang. Setiap hari kamu menumpahkan tangis untuknya tapi tetap saja dia tidak membuka matanya dan menghapus lelehan air matamu"

"Aku bisa menggantikan posisinya!. Aku sangat tidak suka melihatmu menangis, rasanya dadaku sangat sesak. Hatiku benar-benar sakit saat melihatmu terus menumpahkan air mata. David tidak pantas disebut seorang suami, dia menelantarkan istri dan anak-anaknya. Bukankah kamu sudah tahu dia pria seperti itu, mengapa masih memilih kembali bersamanya? Kalau hanya karena anak-anakmu yang butuh sosok ayah, aku bisa menjadi ayah mereka"

Rio sepertinya mulai menghayati perannya. Jangan ditanya bagaimana nasibnya saat David sadar nanti. Jika pria itu mendengar segala ucapan Rio saat ini maka sudah dapatkan dipastikan Rio benar-benar tamat.

"Kamu tidak mungkin terus menunggu David yang seperti ini kan? Kamu masih muda, masa depanmu masih panjang. Ada juga anak-anakmu yang membutuhkan sosok ayah. Kuharap kamu tidak menyia-nyiakan masa mudamu untuk menunggu David yang begitu betah dalam tidurnya".

Ketiganya melirik pada brankar David. Masih belum ada tanda-tanda pria itu akan sadar.

Rossa menghela napas berat, mengangkat tangan tanda menyerah.

Rossa memeluk hazel kemudian mengucapkan kalimat penyemangat untuk sang ipar. Menguatkan hazel yang pasti tidak baik-baik saja, sama seperti dirinya yang sangat mengharapkan sang kakak membuka matanya.

"Kamu yang sabar ya, aku yakin kak David pasti akan bangun. Kamu harus kuat, demi twins dan juga demi bayi yang berada dalam kandunganmu. Ingat untuk selalu menjaga kesehatan, kamu tidak sendiri sekarang, ada calon keponakanku yang harus kamu jaga. Jangan patah semangat"

Hazel menganggukkan kepalanya. Sejujurnya hazel masih merasa sedikit canggung berdekatan dengan rossa.

Wanita itu masih bingung dengan perubahan adik suaminya. Sikap rossa saat ini sangat berbeda drastis dengan rossa yang dulu. karena bagaimana pun perubahan rossa ini sangat mendadak, yang tiba-tiba baik kepadanya.

"Terima kasih, rossa" ucap hazel.

***

"M-Mas..."

Hazel yang baru saja keluar dari kamar mandi terhenyak ketika melihat suaminya sudah sadar.

Tangan David bahkan bergerak berusaha menggapai meja samping tempat tidur. Apa hazel tidak salah lihat?

Suaminya yang terbaring tak berdaya selama sepuluh hari itu, kini telah membuka mata. Tatapan mata elangnya kembali menghunjam, menatap hazel dengan lekat.

Kaki hazel sontak berjalan mendekat, hatinya berdebar kencang. Kebahagiaan, kekhawatiran, dan lega bercampur menjadi satu di dadanya.

"Mas, sudah sadar?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca, hatinya berdebar kencang.

Grep!

Hazel tak tahan lagi, segera melonjak ke dalam pelukan suaminya, menumpahkan air matanya

"Mas jahat!" pekik hazel sambil memukul pelan dada suaminya.

"Huaaa..., Mas benar-benar jahat. Bagaimana bisa Mas tertidur begitu lama, meninggalkan aku menghadapi semuanya sendirian?" ucapnya dengan suara parau dan gemetar.

Air mata David yang tadinya hendak turun naik kembali. Pria itu mengulum senyum, gemas mendengar tangisan istrinya yang menyerupai vina.

Sejak kapan sang istri menunjukkan sikap manjanya yang seperti ini?

Hazel yang dia kenal sebelum tragedi pen*sukan itu tidak seperti ini.

Apa David harus mensyukuri apa yang terjadi padanya?

Benarkah yang berada dalam pelukannya ini hazelnya? Rasanya David tidak dapat mempercayai ini.

"Ma-maaf, Maafkan aku" ujar David dengan suara yang sangat lirih.

David membiarkan hazel menumpahkan tangis di dadanya.

Tangannya dengan lemah bergerak mengusap punggung istrinya.

"Aku... aku takut, Mas," bisik hazel lirih.

Tangannya mencengkram kuat baju rumah sakit yang dikenakan oleh suaminya. Mencoba menahan isak tangis yang sudah tak terkendali.

"Aku sangat ketakutan saat melihat pis*u itu menancap di perut Mas. Tubuh Mas penuh darah... Dan... detak jantung Mas juga sangat lemah. Kenapa Mas melakukannya? Seharusnya aku yang..."

"Ssttt..." David langsung menghentikan ucapan istrinya. Tangannya kemudian menangkup wajah wanita yang sangat dicintainya itu.

Bisa pria itu lihat netra istrinya memancarkan perasaan takut, marah, dan juga haru.

"Aku tidak apa-apa. Berhenti menangis, sayang. Aku sudah baik-baik saja dan bersamamu di sini"

Hazel masih terisak dan kembali membenamkan wajahnya di dada sang suami yang telah berkorban nyawa untuknya.

"Aku mohon berhenti menangis sayang. Kamu tidak akan menghadapi semuanya sendirian lagi, sekarang sudah ada aku. Aku justru akan mengutuk diriku sendiri bila tidak melakukan apa pun saat itu. Aku ada disampingmu, tidak mungkin aku membiarkan kamu terluka. Aku tidak mungkin berdiam diri kala melihat wanita yang kucintai berada dalam bahaya. Kamu dan anak-anak segalanya untukku" ucap David pelan.

Sungguh demi apa pun David sangat mencintai wanita ini hingga rela berkorban apa pun. David tidak pernah tahu cinta akan membuat dirinya seperti ini. Namun tidak ada kesedihan dan penyesalan sedikitpun, David bahagia mendapati istrinya baik-baik saja.

"Bisakah aku meminta tolong sayang?"

Tidak ada cara lain untuk menghentikan tangisan istrinya. David tidak ingin hazel terus larut dalam kesedihannya. Hatinya sakit mendengar wanitanya tak kunjung berhenti terisak.

"Mas butuh sesuatu?" tanya hazel seketika melepaskan pelukannya. Wajahnya tampak panik.

"Aku tidak apa-apa" ujar David menenangkan.

"Aku hanya merasa haus. Tolong ambilkan minum untukku" pinta David.

"Tunggu sebentar" Hazel dengan sigap mengambil minum yang ada diatas nakas kemudian membantu suaminya untuk minum. Tak lupa mengingatkan David agar minum dengan perlahan.

"Sudah"

Mendengar itu Hazel langsung menjauhkan gelas yang berada di tangannya.

"Terima kasih sayang"

Cup!

Bukan David pelakunya, pria itu bahkan sangat terkejut mendapatkan kecupan tiba-tiba itu.

Hazelnya benar-benar berubah, David harus menyiapkan dirinya untuk segala tindakan mengejutkan dari sang istri.

"Aku mencintai Mas" ucap hazel tanpa keraguan sedikitpun.

"A-apa?" tanya David tergagap.

Baru saja David mengingatkan dirinya untuk menyiapkan diri tapi sungguh pernyataan cinta itu tak pernah diduga olehnya.

Meski hazel hanya menipu, David tetap akan senang mendengarnya.

Jangan ditanya bagaimana kondisi jantungnya, organ pemompa darah milik David itu berdebar sangat kencang seolah ingin melompat keluar dari rongga dadanya.

Tapi apakah pendengaran David tidak bermasalah?

"Apa yang baru saja kamu katakan, sayang? Apa aku tidak salah dengar?"

Hazel menggelengkan kepalanya.

"Aku bilang aku mencintai, Mas" ulang Hazel dengan degup jantung yang berdebar tak kalah gila layaknya suaminya.