Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan di Kampus
Tanpa pikir panjang Jessica melayangkan pukulan tepat di wajah Troy.
"Argh!" Troy merintih kesakitan kala mendapat pukulan di hidungnya tiba-tiba. Sontak keributan membuat para mahasiswa yang sedang lalu lalang lantas memusatkan perhatian ke arah mereka seketika.
"Troy, hidungmu berdarah," sahut temannya di samping, mulai tampak panik dengan pupil mata melebar.
Troy belum sadar dan melihat tangannya berlumuran darah sekarang. Troy mencoba menahan darah yang keluar dengan menyentuh hidungnya. Namun, malah rasa sakit yang dia dapatkan.
"Argh, sial hidungku! Kau apakan hidungku hah?!" Troy geram karena pangkal hidungnya ternyata bergeser.
"Kalian cepat pegang tangannya, kita harus memberi wanita ini pelajaran!" seru Troy lagi, tapi justru membuat
Jessica menyeringai tajam.
Kedua teman Troy serempak mengangguk.
"Ayo majulah kalian satu-satu!" Bukannya takut, Jessica malah menantang balik. Dia segera memasang kuda-kuda.
Detik itu pula kedua teman Troy mencoba menyerang Jessica. Namun, Jessica berhasil mengelak kemudian melompat tinggi dan melayangkan pukulan pada wajah serta dada kedua teman Troy dengan sangat cepat.
"Argh! Sial!" Keduanya langsung tersungkur ke tanah sambil merintih kesakitan.
"Haha rasakan itu!" balas Jessica sambil melipat tangan di dada sekarang.
Melihat kejadian di depan mata saat ini, semua orang hanya bisa terperangah. Mereka tak mengira Jessica ternyata pandai bela diri.
Troy yang sejak tadi sibuk menahan darah agar tak keluar, tampak sangat terkejut. Tanpa perhitungan Troy kembali mengangkat tangan ke udara. Akan tetapi untuk kesekian kalinya, Troy gagal. Jessica terlebih dahulu membaca gerakan, dengan sigap melayangkan pukulan lagi ke hidung dan dada Troy berulang kali, hingga lelaki itu ikut tersungkur berakhir pingsan.
"Berani kau denganku ya!" Jessica merapikan sedikit kemeja putihnya sambil tersenyum angkuh.
"Yei! Go Jessica!"
"Wah Jessica keren, sejak kapan dia bisa bela diri ya!"
Para mahasiswa bersorak sorai mengagumi Jessica. Mia yang melihat Jessica dari kejauhan malah memandang sinis kakak tirinya itu.
"Nona, ada apa ini?" Saat mendengar teriakan di area parkir, Felix pun bergegas keluar. Dia tampak terkejut dan panik kala melihat dua orang pria merintih kesakitan sementara Troy pingsan di tempat sekarang.
Jessica langsung menoleh ke samping. "Aku sedang memberi ketiga pria ini pelajaran," sahutnya dengan senyum angkuh mengembang.
"Jessica Maverick ke ruangan Bapak sekarang!"
Felix tak sempat menanggapi kala Benjamin, dosen Jessica tiba-tiba menghampiri mereka dengan muka menahan marah. Benjamin juga langsung menyuruh beberapa mahasiswa mengangkat Troy dan kedua temannya ke ruang perawatan.
"Oke!" Bukannya takut Jessica malah mengulum senyum. Berbeda dengan Felix tampak sangat panik.
Setelah itu Benjamin memutar badan dan berjalan menuju pintu masuk kampus.
"Ayo Felix, aku harus menambah daftar masalahku," kata Jessica dengan muka tak berdosa.
"Apa Nona lupa dengan janji Nona dengan Tuan Aiden?" Felix berusaha mengingatkan Jessica.
"Oh tidak." Wajah Jessica mendadak muram. Sebab dia sudah berjanji pada Aiden agar tak membuat masalah lagi, tapi perlu diingat Jessica hanya berusaha membela diri tadi.
"Tapi kan bukan aku yang memulai, mereka yang terlebih dahulu mencari gara-gara denganku!" seru Jessica tidak terima.
"Jessica! Ayo cepat masuk kau!"
Felix tak jadi lagi menanggapi saat dari kejauhan Benjamin kembali berteriak dari kejauhan.
***
Tepat pukul tiga sore, Jessica sudah berada di mansion dan saat ini menatap punggung Aiden yang membelakanginya sejak tadi.
Sudah lima menit, Aiden tak membuka suara. Insiden di kampus membuat Aiden dihubungi pihak kampus.
Jessica menarik napas panjang, sudah siap akan dimarahi Aiden. Dia sesekali melirik ke sudut ruangan, melihat Felix sedang memperhatikan dia dan Aiden sekarang.
"Pa, aku minta maaf, percayalah aku tidak mau menyerang mereka tadi, kalau mereka tidak menyerangku duluan,"kata Jessica berusaha menyampaikan kebenaran sebenarnya.
"Kalau Papa tidak percaya ya sudah tidak apa-apa, kurangi saja uang jajanku ya," sambung Jessica lagi dengan kepala tertunduk.
Aiden tiba-tiba memutar badan. Dengan wajah datar menghampiri Jessica.
"Papa percaya dan Papa bangga padamu," sahut Aiden sambil memegang kedua pundak Jessica seketika.
Jessica langsung menatap ke depan dengan ekspresi melongo sekarang. "Hah? Bangga? Apa maksud Papa?"
Jessica jadi mulai terheran-heran, dengan sikap Aiden yang tak memarahinya.
"Ya, Papa bangga denganmu, lelaki seperti itu memang harus diberi pelajaran!" kata Aiden kali ini wajahnya terlihat menahan kesal. Aiden sudah terlebih dahulu mengetahui penyebab Jessica memukul Troy dari Felix.
Jessica masih terperangah. Masih belum terbiasa dengan perubahan papanya. Meskipun begitu dia sangat bahagia.
"Kau tenang saja, uang jajanmu tidak akan dikurangi, Papa senang kau bisa membela diri tapi lain kali jangan sampai membuat hidung seseorang sampai patah," ucap Aiden mengulum senyum.
Jessica kini menyengir. "Hehe, oke deh Pa, lain kali tangannya yang aku patahkan."
Aiden sontak terbelalak tapi kemudian menggeleng pelan, kala melihat Jessica tersenyum jahil.
"Oke, kalau begitu Papa harus kembali lagi ke kantor, istirahatlah di rumah," ungkap Aiden kemudian.
"Oke!" Jessica mengangguk riang.
Aiden pun bergegas melenggang pergi dari ruangan. Meninggalkan Jessica mulai mendekati Felix. Yang saat ini mengedarkan pandangan di sekitar ruangan. Felix tengah melihat beberapa lukisan yang berjejer rapi di dinding.
"Kau lihat apa?" tanya Jessica.
"Siapa yang melukis ini Nona? Indah sekali, apa di dalam lukisan ini adalah Nona?" Felix masih memperhatikan lukisan, nampak sangat memanjakan matanya.
Jessica tak segera menjawab, malah mengikuti arah mata Felix. Melihat beberapa lukisan yang sebenarnya membuat pikirannya jadi sedikit terusik juga sekarang.
"Entahlah, aku tidak tahu, mengapa kau beranggapan ini aku, jelas-jelas warna rambutku cokelat,"ucap Jessica mendelik sejenak. Namun, penasaran pula dengan pertanyaan Felix barusan.
Ruangan yang dia injak sekarang adalah ruangan khusus pertemuannya dan papanya jika dia membuat onar. Jessica pun baru menyadari lukisan di dinding rata-rata seorang wanita yang wajahnya tidak terlihat.
Andai saja Jessica tahu bila Aiden lah yang melukis lukisan tersebut. Dan Brenda yang menjadi muse dalam lukisan. Sangking cinta dan rindunya, Aiden mengabadikan Brenda dalam bentuk lukisan.
Sejak berbaikan, Jessica tak meminta lagi foto Brenda pada Aiden. Dia tak mau terlalu memaksa papanya sekarang, dan berharap Aiden suatu hari nanti akan memberikan foto mamanya tanpa diminta.
"Hanya penasaran ...." Pandangan Felix seketika teralihkan dengan sebuah ponsel di atas meja.
"Nona sepertinya Tuan Aiden meninggalkan ponselnya!" sahut Felix sambil menunjuk ke arah meja.
Jessica langsung mengalihkan pandangan dan bergerak cepat menuju meja, kemudian menyambar ponsel tersebut.
"Kau benar ini ponsel Papa, waduh pasti banyak orang penting menelepon Papa nanti, ayo kita ke kantor Papaku saja sekarang, aku juga bosan di sini."
Felix pun langsung menyetujui ajakan Jessica.
Beberapa menit kemudian, Jessica dan Felix telah tiba di perusahaan. Dengan langkah tergesa-gesa Jessica berjalan menuju pintu masuk.
"Awh!" Jessica terkejut tatkala seseorang tanpa sengaja menabrak pundaknya.
"Hei kau ...." Pria itu juga tampak terkejut. Dengan cepat menoleh ke samping. Tadinya rahangnya terlihat nengetat, tapi saat melihat siapa sosok yang ditabraknya, wajahnya langsung berseri-seri.
Berbeda dengan Felix. Dia langsung mengepalkan tangan ketika melihat Mike berdiri di dekat Jessica sekarang.
siapa pulak itu yang datang