NovelToon NovelToon
Aku, Kamu Dan Akta Nikah

Aku, Kamu Dan Akta Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Pernikahan Kilat / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Nara Anjani Sukma berada di situasi harus menikah dengan adik angkat pria yang akan melamarnya. Sakti Pradana tidak menduga ia akan bertukar jodoh dengan kakak angkatnya. Dua karakter bertolak belakang, pertemuan tak terduga dan pernikahan mendadak seperti tahu bulat, drama rumah tangga apa yang akan mereka jalani.

===

“Sudah siap ya, sekarang aku suamimu. Bersiaplah aku buat kamu bahagia jiwa dan raga.” Sakti Pradana.

“Aku penasaran, apa milikmu bisa sesakti namamu.” Nara Anjani Sukma

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Perkara Baju

Bab 1

 

 

“Hah.”

Nara menghela nafas lalu menyandarkan kepala yang mulai terasa berat. Sepertinya dia salah mengambil minuman. Padahal sudah hati-hati dan memastikan tidak mengambil alkohol karena tubuhnya intoleran terhadap minuman tersebut. Saat ini ia sedang menghadiri undangan dari kolega, mewakili tempatnya bekerja. Bukan sendiri, ada dua orang rekan lainnya.

“Minuman apa tadi, perasaan nggak pahit tapi bikin kepala spaneng.” Nara menatap gelas yang sudah kosong, warna cairan bening dan agak kuning. Rasanya pun manis dan sedikit asam, agak hangat saat melewati tenggorokan. “Aku butuh air mineral,” gumam Nara lalu beranjak. Jalannya mulai terhuyung. Pandangannya mulai tidak fokus, alarm tubuhnya seakan berbunyi kalau dia memasuki tahapan mabuk.

Shittt. Bibirnya mengumpat pelan, meratapi kebod0hannya.

“Ra, ke bawah yuk, gue nggak tahan pengen goyang,” ajak rekan Nara menunjuk area dansa.

“Nggak, kepala gue udah ….” Nara memutar telunjuknya.

“Hah, biasa minum bajigur sih. Nggak asyik loh.”

Nara beranjak dari sana, dengan langkah terhuyung. Hanya bisa menggeleng saat rekannya menanyakan kemana ia akan pergi. Suara dentuman musik begitu menganggu. Seakan speaker berada tepat di telinganya.

Belum sampai pintu keluar, ponselnya bergetar.

“Iya,” ujar Nara agak berteriak tanpa memperhatikan siapa yang menghubungi.

“Di mana kamu?” tanya seseorang di ujung sana.

“Yang jelas bukan di neraka apalagi surga, aku masih hidup,” sahut Nara lalu terkekeh.

“KAmu mabuk? Dasar gadis nakal.”

Nara menarik nafasnya. Ternyata Opa Jimmy yang menghubungi. Panggilan spesial untuk dirinya, Opa selalu menyebutnya dengan kata gadis. Gadis malas, gadis nakal, gadis bodoh atau gadis lucu.

“Cepat pulang, ingat sebentar lagi kamu menikah. Jaga sikapmu dan belajarlah menjadi istri yang baik.”

Nara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tidak mau, aku tidak mau menikah karena perjodohan,” seru Nara.

“Kalau begitu bawa calonmu ke sini, temui Opa dan aku akan nikahkan kalian. Ingat dengan umur kamu, juga aturan keluarga ini. Tidak ada warisan kalau kamu belum menikah dan punya keturunan.”

“Aku tidak butuh warisan, aku hanya ingin Opa hidup selamanya sampai aku menikah dan punya banyak anak,” rengek Nara tidak menyadari di mana ia berada.

Dalam hati Nara merutuk kenapa juga dia dilahirkan di tengah keluarga itu. Dengan segala aturan yang kolot dan kuno. Padahal usianya baru dua puluh delapan dan masih sendiri, mendadak keluarganya berperan seperti Tuhan yang mengatur jodoh untuknya.

Masih terdengar suara Opa di ujung sana dengan segala macam nasehat.

“Halo, opa, suaranya tidak jelas. Opa,” tutur Nara lalu tergelak dan mengakhiri komunikasi.

Tubuhnya semakin tidak nyaman, pengaruh minuman tadi semakin menyiksa. Kepalanya semakin berat dan ingin sekali memejamkan mata, belum lagi perutnya terasa seperti diaduk.

Bergegas meninggalkan tempat itu, bahkan sempat menabrak seseorang saat menuju pintu keluar. Acara diadakan di ballroom sebuah hotel. Dengan langkah terhuyung mengeluarkan ponsel menghubungi asistennya, tapi tidak aktif. Supirnya pun sama dan entah di mana mobilnya di parkir.

Pandangannya perlahan redup, ia hampir hilang kesadaran dan …

“Woi, jalan yang bener.”

Tidak sanggup membalas ucapan itu, Nara hanya menunjukan jari tengahnya lalu tidak sadar. Sayup-sayup dia mendengar suara lagi.

“Heh, lo tidur apa pingsan. Ngerepotin aja.”

 ***

“Iya,” gumam Nara lalu mengeratkan selimut. Rasa dingin semakin menusuk ke kulit. Rasanya masih nyaman bergelut dengan di ranjang, mengabaikan dering ponsel yang sejak tadi berbunyi. Beruntung deringan itu pun tidak terdengar lagi.

Tidak lama kembali berdering. Mulut Nara sempat bergumam tidak jelas bahkan menarik bantal untuk menutupi telinganya.

“Astaga, berisik!”

“Iya, berisik banget sih,” sahut Nara. Tidak lama ia membuka mata dan sepenuhnya terjaga. “Itu suara siapa,” ujarnya lirih

Teringat ucapan si mbok, kalau rumah opa agak horror. Bahkan ada kamar dimana sering terjadi gangguan.

“KAmu setan ya?” tanya Nara belum berani berbalik dari posisi tidurnya.

Tidak ada sahutan hanya terdengar dengkuran halus. Nara menelan saliva, ia menatap ke depan dan merasa itu bukan kamarnya. Berusaha mengingat di mana dia sekarang berada dan apa yang terjadi sebelum ini.

“Astaga, gue mabuk,” pekik Nara beranjak duduk sambil menepuk dahinya. “Lalu siapa ….” Nara menoleh dan terbelalak mendapati seorang pria berbaring di sampingnya. Dengan posisi membelakangi dengan punggung terbuka tanpa pakaian.

Kepalanya masih berat karena mabuk, dia menduga sudah terjadi sesuatu dengan mereka. Tidak sadar dan terbangun dalam ranjang yang sama bahkan dalam keadaan tidak memakai pakaian. Nara lebih terkejut lagi karena ia hanya menggunakan pakaian dalam, menarik lagi selimutnya untuk menutupi tubuh.

“Woi, lo siapa?” Sambil berteriak kaki Nara menendang pria yang masih terbuai mimpi.

Tendangan Nara cukup bertenaga, membuat pria itu terjatuh dan mengaduh kesakitan.

“Lo siapa, kenapa ada di kamar gue?’” cecar Nara berteriak sambil mengeratkan selimut menutup tubuhnya, menggeser posisi duduk dan terpojok bersandar pada headboard.

Pria itu mengusap pantatnya lalu berdiri. Hanya mengenakan boxer, berdecak menatap Nara. Pandangan Nara tertuju pada tonj0lan di tengah boxer, entah bagaimana bentuk di balik kain itu. Dari luar saja terlihat kekar.

“Kamar lo? Lihat baik-baik ini kamar lo atau bukan?”

Pertanyaan itu menyadarkan lamunan Nara yang segera menggeleng pelan mengenyahkan pikiran me-sum yang baru saja lewat. Apa karena sudah usia matang, refleks pikirannya mulai mengarah ke hal dewasa.

Nara menatap sekeliling dan yakin kalau dia bukan berada di kamarnya. Baik itu kamar apartemen atau kamar di kediaman opa.

“Ini kamar gue,” cetus pria itu. “Gue yang bayar.”

“Jangan dekat!” sentak Nara saat pria itu menaiki ranjang. “Dasar set4n, lo apain gue!”

“Astaga, ini cewek. Makannya apaan sih, gacor banget. Teriakannya bikin kuping sakit.”  Pria itu menjauh dari ranjang, tidak ingin mendapatkan lengkingan nada tinggi dari wanita yang memanggilnya setan.

“Lo merasa gue apain?”

“Kita, kenapa bisa di sini?”

“Tidurlah, ngapain lagi,” sahut pria itu.

“Lo ngapain gue dan kemana pakaian gue?” tanya Nara masih dengan suara berteriak.

“justru gue yang harusnya tanya, semalam lo minum apa sampai nggak sadar. Mana kebluk banget, pake jackpot segala. Pakaian kita lagi di laundry, kena muntah lo.”

Nara sedikit lega mendengar itu.

“Tidak ada yang terjadi semalam,” batin Nara. Mencoba merasakan lagi tubuhnya, tidak ada rasa tidak biasa. Baik itu sakit di bawah sana atau remuk redam, seperti pengalaman kehilangan keper4wanan di novel yang sering dibaca.

“Syukurlah.” Nara kembali bernafas lega.

“Harusnya lo terima kasih udah gue tolongin. Coba kalau gue biarin aja, mana tahu lo udah berakhir di ranjang pria c4bul.” Pria itu menuju toilet dan kembali sudah mengenakan bathrobe lalu mengambil ponsel di atas nakas dan terlihat fokus

Ada yang salah menurut Nara, tapi apa dia masih bingung. Masih memegang selimut agar tidak merosot turun.

“Kapan baju gue selesai?”

“Ini mau gue telpon.”

Tunggu, kalau pakaiannya di laundry, siapa yang melepaskan dari tubuhnya. Berharap pria ini memanggil petugas wanita untuk melakukan hal itu.

“Siapa yang melepas baju gue?” tanya Nara.

Pria itu menggaruk kepala lalu melirik dan kembali fokus dengan ponsel.

“Hei, lo dengar ‘kan?”

“Dengarlah, telinga gue masih berfungsi dengan baik. Karena tidak ada orang lain, jadi ya gue yang buka pakaian lo,” tutur pria itu tanpa rasa bersalah.

“Hah!!!”

 

1
hiro_yoshi74
gemes kan gayanya aja yg judes abis tapi cemburunya keliatan wk wk wk 🤣🤣🤣🤣🤣 gengsi di gedeein yo ra 🤭
Quinza Azalea
buktikan🤣
mmh nengmuti
kera sakti di lwan🤣🤣
Shee
tersakti-sakti tar bisa salto, jumpalitan, dan terbang g ya sak😂😂😂
ada aja bahasa lo sak, kalau kata nara mah lebay tapi dia demen mesam mesem sendiri😂😂
Shee
ini harus syukuran kayanya dah dpt ciuman ya sak😂😂😂
Shee
si Samir ini minta di semir kali biar otaknya glowing😂😂
heran orang ko ribet banget ya biarin aja toh mereka ini yang nikah. situ kalau iri ya tinggal nikah nih sellir nganggur 😂😂
Hani
bagusssss
hiro_yoshi74
harus di cie cieeee in ini ma .......🤣🤣🤣🤣
gayanya ngentol abis ra ehhhhhh demen juga kan di sekop sekop kerasakti🤭🤣🤣🤣🤣
Quinza Azalea
next
mmh nengmuti
nara mulai mode pasrshhh
mmh nengmuti
siap2 kejet kejet ra
hiro_yoshi74
siap mureng muring ra
mery harwati
😄😄 Nara siap² hatimu terbakar tiap detik karena fans Sakti makin sakti & anti badai 🤣
hiro_yoshi74
heleh gayamu ra ngak jadi model di kerubutin uget" aje km dah bete gimana tar kalo dah terkenal 🤭🤣🤣🤣🤣🤣
Siti Nur Rohmah
lahh kukira yg bakal gantiin JD model Nara,ternyata si suami"kera sakti" 🤭
bakal gimana itu keseruannya???
Iccha Risa: bener kak bukan Nara tapi mas Sakti, serunya pasti bikin cemburu Nara...
total 1 replies
Siti Dede
Kera Sakti jadi model dadakan👍
aroem
bagus
hiro_yoshi74
serli . rosa . rina boleh juga tu rekrut jadi trio uget uget ra ...... 🤣🤣🤣🤣
Quinza Azalea
next
mmh nengmuti
nah kan apa sy bilang pasti s rosa pegang dada sambil ku menangisssss membayangkan,,,,,,,🤣🤣🤪🤪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!