Hulya Millicent harus terjebak dalam obsesi cinta seorang bos mafia. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya telah dinikahi oleh sang mafia semenjak usianya baru 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Amukan Marchel
...•••Selamat Membaca•••...
Marchel tengah melakukan misi ke Norwegia, misi penting yang cukup membahayakan. Setidaknya, selama Marchel tidak ada, Hulya bisa bebas dengan hidupnya sendiri.
Di butik, dia dihampiri oleh Dexter, pria yang beberapa hari lalu menyatakan cinta padanya.
"Sibuk sekali, apa kau tidak ingin istirahat sebentar saja?" Hulya tersenyum lalu menghentikan kegiatannya.
"Aku pesankan minuman ya, kau mau minum apa?"
"Apa saja, asal jangan racun." Hulya terkekeh, dia memesan beberapa cemilan dan minuman.
Mereka duduk di sofa sambil bicara ringan, membahas sesuatu yang membuat suasana menghangat. Hulya tertawa ketika Dexter mengeluarkan lawakan yang menurutnya memang seru.
"Besok weekend, apa kamu masih sibuk?" tanya Dexter.
"Tidak, aku besok libur."
"Bagaimana kalau besok kita jalan-jalan?"
"Ke mana?"
"Ke mana saja, hitung-hitung melepas rasa bosanmu selama ini."
"Hm menarik, oke aku mau."
"Besok aku akan menjemputmu."
"Jangan, kita bertemu di luar saja, aku hanya tidak mau ada yang mengadukan hal ini pada Marchel, kau kan tahu sendiri kalau aku selalu dimata-matai olehnya." Dexter mengangguk setuju, karena memang selama ini dia menemui Hulya secara diam-diam.
Dexter bukan takut pada Marchel, melainkan dia menghargai keputusan Hulya untuk bertemu diam-diam agar Hulya tidak mendapatkan masalah.
"Oke, aku akan menemuimu di cafe Worthi."
"Siap."
Karena sudah ada Dexter di sana, mereka memutuskan untuk menonton film kesukaan Hulya yang saat ini sedang tayang di bioskop.
"Aku siap-siap dulu ya," ujar Hulya, setelah siap, mereka pergi berdua ke bioskop sambil berpegangan tangan.
Hulya mengganti pakaian terlebih dahulu lalu mengenakan masker tentunya, agar tidak ada yang akan mengadukan dia pada Marchel.
Di dalam bioskop, mereka duduk di bangku paling belakang agar nyaman berduaan. Hulya membuka masker dan topinya, Dexter tidak melepaskan genggaman tangannya pada Hulya.
"Ini, minumlah, katanya haus," kata Hulya sembari menyodorkan minuman pada Dexter, pria itu meminumnya.
"Ternyata begini lebih nyaman ya." Hulya mengerutkan keningnya menatap Dexter.
"Maksud kamu apa?"
"Baru kali ini aku jalan dengan wanita untuk menonton film romantis," aku Dexter pada Hulya.
"Hah? Apa selama ini kau tidak pernah pacaran?"
"Tidak, dari dulu aku hanya disibukkan dengan dunia bisnis, jika aku ingin wanita, ya... akan aku pesan untuk hubungan semalam. One night stand." Hulya tertawa mendengarnya, sangat berbeda dengan Marchel yang tidak pernah bermain wanita dan hanya Hulya satu-satunya wanita yang dia sentuh.
Film dimulai, Hulya menonton dengan fokus sedangkan Dexter sibuk memperhatikan wajah Hulya yang sangat cantik di matanya. Hulya tidak menyadari hal itu sama sekali, Dexter menyandarkan kepalanya di bahu Hulya lalu dengan refleks, Hulya mengusap pelan pipi Dexter dan menyandarkan kepalanya juga.
Mereka menikmati popcorn bersama sambil menonton, hampir tiga jam berlalu, film selesai dan Hulya hendak berdiri dari kursinya tapi ditahan oleh Dexter.
"Biarkan yang lain keluar dulu, kenapa harus buru-buru," ujar Dexter, Hulya kembali duduk.
"Terima kasih Dexter, setidaknya hari ini aku merasa lebih baik." Dexter meraih wajah Hulya dan mencium pipi wanita itu, seketika Hulya merasa kaku karena dia tidak biasa dicium pria lain selain Marchel.
"Aku mencintaimu Hulya, kau sangat istimewa bagiku," ungkap Dexter, tatapan mereka saling bertemu, Hulya tersipu, pipinya langsung merah semu.
"Jangan memaksaku untuk menerima cintamu, kalau kau masih ingin bertemu denganku, Dexter." Pria itu tertawa mendengar candaan Hulya.
"Aku tidak akan memaksa, suatu saat hatimu ini yang akan menerimaku."
"Ya ya, aku rasa kemungkinan ada itu sangat besar." Dexter membulatkan matanya, dia seakan mendapat harapan dari Hulya.
"Kau serius."
"Kita lihat saja nanti." Dexter kembali mencium pipi Hulya lalu mereka keluar dari bioskop, Dexter mengantarkan Hulya ke butik dan pergi dari sana.
Hulya merasakan getaran hebat di hatinya, rasa yang pernah dia rasakan pada Marchel dulu, perlakuan Dexter yang baik dan lembut, sikapnya yang manis serta pengertiannya yang luar biasa membuat Hulya terbuai.
...***...
Dexter membawa Hulya bermain ke pantai, di sana Hulya merasa begitu bahagia karena cukup lama dia tidak keluar tanpa beban.
Hulya berlari ke arah ombak yang cukup baik saat ini, didukung dengan cuaca yang bagus. Melihat Hulya tertawa bahagia, Dexter tersenyum senang, dia menyusul Hulya dan mereka bermain ombak bersama.
Dexter menggendong Hulya dari belakang dan memutarnya hingga Hulya tertawa lepas dalam gendongan Dexter. Puas bermain ombak, mereka memilih untuk berselancar bersama. Hulya cukup handal dalam hal ini, mereka berdua menikmati permainan menyenangkan tersebut.
Berbagai wahana air mereka coba dan Dexter benar-benar memperlakukan Hulya dengan baik dan lembut. Tanpa terasa, sore datang, mereka menyaksikan sunset dengan jelas.
Dexter mengusap lembut pipi Hulya, dengan rasa yang tak bisa diungkapkan, Hulya memeluk erat Dexter, entah ini rasa terima kasih atau cinta, Hulya pun tidak tahu. Dia membenamkan wajahnya di dada bidang Dexter, tentunya dengan hangat disambut oleh Dexter.
"Apa kau bahagia?" tanya Dexter, dia merasakan Hulya mengangguk.
"Terima kasih, sudah lama aku tidak tertawa begini dan sudah lama juga rasanya hatiku tidak selepas ini, Dexter," ucap Hulya lalu menatap wajah tampan Dexter yang begitu dekat dengannya, Dexter mendekatkan wajahnya pada Hulya, menghapus jarak di antara mereka dan cup! Mencium bibir ranum Hulya dengan lembut.
Ciuman mesra mereka terjadi di latar belakangi oleh sunset yang begitu indah, angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka berdua, untuk beberapa menit, ciuman itu berubah menjadi lumatan mesra, lidah yang saling membelit dan saliva yang saling bertukar.
Hulya dan Dexter kini saling pandang, kening mereka disatukan, detik berikutnya Hulya kembali memeluk erat Dexter dengan mesra.
Di Norwegia, Marchel menerima video rekaman di mana Hulya menghabiskan liburan dengan Dexter di pantai, di video itu jelas terlihat kebahagiaan Hulya serta kemesraan mereka berdua.
Marchel langsung membanting ponsel yang dia pegang saat ini, dengan penuh amarah dia memecahkan semua barang yang ada di sekitarnya. Marchel terduduk di lantai sambil meremas kuat rambutnya, ciuman antara Hulya dan Dexter tadi benar-benar membuat dia gila, anak buah Marchel yang berada di sana sampai tidak ada yang berani bicara.
"BRENGSEEKKK!!!" Teriak Marchel, dia meraih kunci mobil lalu melesat ke tempat di mana Alessandro dan Louis menyekap musuh mereka.
Louis dan Alessandro kaget dengan kedatangan Marchel yang tiba-tiba, mereka langsung berdiri.
"Marchel, kau mau ke mana?" tanya Alessandro saat melihat Marchel penuh amarah menuju ruangan tempat musuh mereka disekap.
Mereka berdua mengikuti Marchel, baru saja ruangan terbuka, Marchel langsung menembakkan semua peluru yang ada di dalam senjata apinya ke kepala tiga orang pria hingga semuanya mati.
"Kau gila Marchel, kau mengundang perang dengan klan lawan," bentak Louis pada Marchel.
"Persetan, hari ini juga aku akan menghabisi mereka semua, bajingan," balas Marchel yang sedang diliputi oleh amarah.
Louis dan Alessandro menghalangi Marchel, Alessandro berteriak pada Marchel yang tidak bisa dikendalikan saat ini. "Jangan bodoh kau Marchel, bisa mati konyol kita di negara ini, kau ini kenapa, hah? Kalau kau mau mati, jangan bawa-bawa kami. Menyerang klan lawan sekarang, sama saja kau membunuh kita semua brengsek."
Marchel terdiam, dia langsung membuang pistol di tangannya dan duduk di lantai, pikirannya masih tertuju pada Hulya yang telah berpaling darinya.
"Aku tidak ingin kehilangan cintanya, aku sangat mencintai dia, aku tidak ingin dia berpaling dariku," raung Marchel dengan tangan meremas kuat rambutnya.
Alessandro dan Louis saling pandang, perubahan emosi Marchel begitu drastis dan mereka tahu siapa yang bisa menyebabkan Marchel seperti ini.
...•••BERSAMBUNG•••...