NovelToon NovelToon
SUGARBABY

SUGARBABY

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:30.7k
Nilai: 5
Nama Author: julies

Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.

Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.

"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasrat

Semenjak pernyataan cinta juga ungkapan ingin menikahi Maira, hubungan Bara dan Maira semakin intens. Bara tak lagi menampik bahwa Maira tak hanya sekedar teman tidur untuknya. Gadis ranum itu lebih dari sekedar itu.

Sofia maupun Dimas menyambut hangat kabar itu. Mereka juga semangat mengurus rencana pernikahan Bara dan Maira yang tinggal beberapa hari. Sampai pada suatu sore, ketika Bara sedang fokus melihat foto Maira yang berdiri manis di atas meja kerja, sebuah panggilan telepon membuat ia kembali gamang dengan keputusannya.

Bara bahkan baru mengangkat panggilan itu setelah tiga kali menjadi panggilan tidak terjawab.

"Yes, Mama?" sapa Bara mengurai rasa gugup.

"Bara, apa yang kau lakukan sampai mengabaikan telepon Mama?" Suara anggun perempuan yang ternyata ibunya membuat kepala Bara seketika pening.

Bara memang tidak pernah lagi menghubungi ibunya sebab satu hal yang ia hindari sejak tujuh tahun yang lalu. Selain karena memang ia dan wanita itu memang tidak terlalu dekat.

"Sorry, Mom. Aku sedang sibuk sekali sampai lupa menghidupkan dering ponsel," jawab Bara beralasan.

"Dasar anak nakal. Kalau Mama di Indonesia, akan Mama jewer telingamu itu!" omel Mama.

Bara tertawa mendengarnya. Mama memang cerewet, bahkan di usia Bara yang sudah tiga puluh enam tahun itu, mama masih saja memperlakukan Bara istimewa.

"Jadi apa maksud Mama meneleponku sekarang?" tanya Bara langsung. Malas basa basi lebih lama.

"Hey, apa Mama harus punya alasan atau keperluan dulu baru boleh menelepon mu? Mama hanya rindu padamu, Nak." Suara Mama terdengar lesu di ujung telepon sana.

"Oke, Ma, maafkan aku. Aku juga sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu, Ma?" tanya Bara akhirnya.

"Lebih baik daripada tujuh tahun yang lalu, Bara. Kamu tahu, Sayang, berat sekali rasanya Mama menjalani kehidupan ini setelah kejadian itu. Untung kita keluarga konglomerat, sehingga media mudah saja di bungkam dengan uang. Kalau tidak berita tentang kalian kemarin pasti sudah dimuat di berbagai majalah juga media televisi. Bara, kamu baik-baik saja kan sekarang?" Mama berbicara tanpa jeda. Mengingatkan Bara akan kenangan kelam tujuh tahun yang lalu yang sempat memporak-porandakan hidupnya. Kepala Bara tiba-tiba pening lagi, mengingat bayangan kejadian masa silam berlarian di dalam otaknya.

"Mama, please jangan bahas itu. Aku bisa vertigo!" sentak Bara tiba-tiba. Terdengar Mama menghela nafas di seberang.

"Bara, ini memang berat tapi Mama mohon sekali ini pertimbangkan keinginan Mama enam tahun yang lalu," ujar Mama dengan suara lebih halus dan tertata.

"No!" singkat Bara lalu mematikan sambungan teleponnya.

Bara menghubungi Sofia, entah mengapa ia ingin segera secepatnya menikahi Maira. Kalau perlu besok mereka sudah benar-benar menikah.

"Sofia, urus pernikahanku dengan Maira secepatnya. Tidak perlu menunggu tiga hari lagi. Malam ini juga aku akan terbang ke Surabaya bersama Mairaku," ujar Bara mantap. Sofia segera mengiyakan dengan patuh perintah itu.

Bee, kau sudah pulang kuliah?

Bara menekan menu send.

Belum, Mas, masih ada dua mata kuliah lagi.

Balasan dari Maira.

Bersiaplah, Sayang, Mas akan menjemputmu sebentar lagi.

Tidak ada balasan dari Maira. Bara keluar dari ruangannya, Ia membuka jas, menyisakan kemeja putih yang telah digulung lengannya hingga ke siku.

Pemandangan yang bisa membuat para wanita menelan saliva mereka. Melihat betapa tubuh gagah itu melangkah dengan penuh pesona dan wibawa. Para staff perempuan terdiam, seolah terbius oleh pesona tuan Bara.

"Dimas, kita ke kampus. Aku ingin menjemput istriku," ujar Bara pada asistennya. Kening Dimas tampak berkerut mendengar Bara menyebut Maira sebagai istrinya. Namun, detik berikutnya ia tersenyum.

"Tapi, Nona Maira masih ada perkuliahan, Tuan," ujar Dimas mengingatkan.

"Biarkan saja. Aku akan menjemputnya sampai ke dalam kelas. Besok aku akan segera menikahinya. Malam ini kita terbang ke Surabaya. Siapkan pesawat pribadi, telepon pilotnya jangan terlambat!" perintah tegas itu membuat Dimas langsung mengangguk patuh.

"Mari kita menjemput Nona Maira, Tuan." Dimas membuka pintu mobil, mempersilahkan tuan besar itu masuk.

Dalam perjalanan menuju kampus, Bara terkenang pembicaraannya dengan Mama beberapa saat yang lalu. Bara yakin kalau dia tidak memutus sambungan telepon lebih dulu, ia akan kembali mendengar permintaan mama sama seperti tujuh tahun yang lalu.

"Kau gelisah, Tuan," ujar Dimas dari balik cermin yang tergantung. Matanya melirik tuan Bara yang nampak lebih tampan dari biasanya.

"Mama meneleponku."

Satu kalimat singkat itu akhirnya menjawab rasa penasaran Dimas. Ia tahu alasan Bara mempercepat pernikahannya dengan Maira. Dan ia tidak ingin bertanya apa-apa lagi.

***

Semua mata terpanah ketika Bara melangkah dengan penuh wibawa, masuk ke dalam kelas lalu meminta izin kepada dosen yang sedang memberi materi untuk membawa Maira pulang.

Maira sendiri hanya merasa kebingungan menatap Bara yang sedang berbicara serius di depan dengan dosen.

"Bee, ayo pulang." Bara yang sudah di dekatnya pun membereskan buku Maira yang masih berada di atas meja. Maira masih terkesima, menatap Bara penuh tanda tanya.

Maira bahkan melihat pandangan para mahasiswi yang terlihat fokus menatap calon suaminya itu dengan pandangan serasa ingin menelanjangi. Maira kesal melihat mereka.

"Itu Tuan Bara bukan? Maira itu siapa?" bisik-bisik para perempuan mulai terdengar.

"Tidak mungkin adiknya. Maira pasti sama seperti Stevi," celetuk yang lain dengan bisik pula.

"Jangankan Maira, aku saja mau melempar tubuhku untuk lelaki segagah dia," bisik yang lain.

"Aku bahkan sudah berkhayal sedang bergulat dengannya di tempat tidur sekarang." Yang satu menimpali.

Maira melangkah pelan, berjalan meninggalkan kelas yang sudah gaduh sedari tadi. Apalagi sekarang Bara nampak menggandeng dan menggenggam tangannya.

Saat melewati fakultas kelas Rangga, terasa pemuda itu memandang kepergiannya pilu. Bara bahkan menatap tajam siapa saja lelaki yang berani melihat Maira lama.

"Bee, kita akan segera pulang ke Surabaya. Sofia sudah di sana, ia mengurus acara pernikahan kita besok," ujar Bara ketika mereka telah sampai di dalam mobil.

"Besok, Mas?!" tanya Maira terkejut.

"Iya, Sayang."

"Tapi ..."

Kalimat Maira terbungkam setelah Bara menarik lalu melumat bibirnya. Bara juga mulai membuka kancing kemeja ketat Maira, memperlihatkan Bra hitam dengan dua buah gundukan besar dibaliknya. Bara mengeluarkan keduanya, melumatnya secepat mungkin.

Tidak dipedulikannya Dimas yang sedang menyetir. Dimas juga tidak nampak terganggu. Ia fokus pada kegiatannya menyetir.

Maira melenguh saat dirasanya salah satu jari Bara telah berada di dalam kewanitaannya.

"Kau sudah basah, Bee." Bara menyeringai, lalu kembali sibuk dengan gunung kembar kenyal Maira.

"Dimas, cari kan hotel di sekitar sini!" Perintah Bara pada asistennya sambil terus bergerilya dengan tubuh gadis yang ia cintai.

"Baik, Tuan." Dimas mengangguk tanpa menoleh.

Ada hasrat yang harus segera Bara tuntaskan pada gadisnya itu. Dan ketika mereka telah tiba di hotel, Bara bahkan tidak sempat untuk check in. Mereka hanya sampai di parkiran basement.

"Keluarlah, Dimas!" perintahnya lagi. Dimas lagi-lagi mengangguk patuh.

Ia mengisyaratkan kepada security yang akan mendekat untuk tidak menganggu kegiatan tuan besarnya di dalam mobil yang sudah bergoyang itu.

1
lyani
kelamaan bs nanti terlambat lohh
lyani
dihhhhh minta noh sama kakek kandungnya serafina kenapa jd nadah k bara
lyani
kek sinetron yh
lyani
Merry?
Daplun Kiwil
luar biasa
lyani
bakar aja mai
lyani
betul
lyani
ibu kandung bara
lyani
Jan sampai wkt melahirkan bayi maira ditukar sama olip nih
lyani
olip yg melenyapkan evan dan ibu kandung bara nampaknya
partini
ko cuma di siram sih,,kurang extrim
Mak lampir sukses ga yah ,, pingin lihat dia di patahin kaki ma tangannya deh Thor
partini
no good
lyani
ibu suri yg jahat
lyani
keserakahan akan menghancurkan Mak olip
partini
lanjut thor 👍👍👍👍👍
partini
ini nanti yg selangkah di depan siapa yah bara atau Mak lampir
partini
lah yg mafia malah Mak lampir busehhhh pantas saja enteng Banggt bilang penggal kepala
partini
good story 👍👍👍👍👍
partini
wah Sofia keren,,bisa ga Thor yg sadis,kejam buat mereka yg jahat
july: kakak akan tahu seberapa sadis seorang lotus dari selatan itu nanti🤭
july: kakak akan tahu seberapa sadis seorang lotus dari selatan itu nanti🤭
total 4 replies
partini
semangat Thor semoga tuhan selalu bersama mu
ko kaya di novel cerita hidup mu Thor
pilih yg terbaik untuk mu
july: syukurnya engga kak, ud cek. masih selamat aku
partini: betul Thor memang real,,tapi ga kena penyakit kelamin kan ,, sodaraku ada yg kaya gitu anak saudara sepupu suka selingkuh 2 orang ,,yg satu meninggal karena penyakit kelamin yg satu di tambrak mobil mati di tempat,,ngeri ngeri
total 8 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!