Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 25 Satu kamar
Aira pergi ke kamar Yusuf mengambil gaun yang tadi Yusuf beli untuk dirinya. Aira meraih kotak berhias pita yang terletak di atas ranjang. ia buru-buru ingin pergi dari kamar Yusuf.
"Tunggu" Yusuf meraih lengan Aira menahan langkah istrinya.
"Mas?" Aira terkejut ia menatap wajah Yusuf dengan pandangan tidak nyaman karena Yusuf menyentuh lengannya. meski kulit mereka tidak bersentuhan tetap saja hal itu membuat Aira yang tidak pernah tersentuh yang bukan muhrim nervous.
Keduanya sempat saling beradu pandangan. untuk pertama kalinya Yusuf benar-benar menatap wajah Aira dari jarak dekat. biasanya ia acuh menghindari memandang wajah Aira yang menurutnya tidak menarik.
"Bersihkan kamar ku" kata Yusuf.
Aira meletakkan kembali kotak yang ia pegang di atas meja rias. Aira merapikan kamar Yusuf sesuai perintah suaminya itu. sementara Yusuf dia duduk tenang di sofa sembari membaca buku diam-diam ia mengamati Aira yang sedang berbenah.
Wajah Aira nampak jutek, tidak ramah apalagi tersenyum. Yusuf sampai kesal di buatnya. sebelumnya tidak ada perempuan yang berani memasang wajah jutek padanya.
"Aira! ini sebelah sini masih berantakan!" kata Yusuf menunjuk pinggiran ranjang yang sebenarnya sudah rapi.
Aira melihat arah yang di tunjuk oleh Yusuf tanpa bicara ia segera merapikannya agar cepat beres dan bisa pergi dari kamar Yusuf.
"Sudah mas, aku ke kamar dulu"
"Aira!"
Aira kembali menghentikan langkahnya.
"Kenapa kau tidak pernah membuka hijab mu di depanku? aku sudah sah jika melihat penampilanmu tanpa hijab sekalipun?"
Wajah Aira memerah, ia tidak hanya terkejut dengan pertanyaan Yusuf tapi lebih tepatnya takut.
"Ayolah kita suami istri, kau tidak perlu canggung padaku. jika kau ingin membuka hijab dan mengenakan pakaian yang lebih santai tidak masalah"
Aira hanya terdiam mencerna setiap perkataan Yusuf yang baginya sedikit tidak sopan. memang benar Yusuf berhak melihat penampilan Aira sekalipun tanpa hijab, tapi itu jika pernikahan mereka dilandasi cinta atau setidaknya saling menghargai. tapi pernikahan yang di jalani Aira dan Yusuf berbeda, mereka hanya bersandiwara.
"Maaf mas aku lebih nyaman pakai hijab di rumah"
"Oh ya? kenapa? apa rambut mu keriting? pendek? tipis? aku tidak mempermasalahkannya" Yusuf tersenyum samar. di balik ucapannya itu ia sebenarnya juga penasaran dengan penampilan istrinya.
"Kalau sudah, aku mau ke kamar ku mas" Aira meraih kotak baju yang tergeletak di atas meja rias.
"Tunggu! mulai malam ini kau tidur dengan ku satu kamar!"
Aira menoleh menengadah menatap wajah Yusuf.
Satu kamar?! apa mas Yusuf tidak salah?
"Maaf mas kalau harus tidur di lantai lagi aku tidak mau" kata Aira tegas.
"Kenapa harus di lantai? kau bisa tidur di ranjang bersamaku"
"Apa?" Aira tidak mengerti ada apa dengan Yusuf. apa suaminya itu salah minum obat atau Diandra mencampakkannya hingga membuatnya gila. Aira sampai bingung menghadapi perangai Yusuf. lebih baik ia menghadapi Yusuf yang dingin dan ketus di bandingkan yang sekarang. Yusuf yang tiba-tiba berubah membuat Aira jadi takut.
"Tapi mas pernikahan kita hanya sandiwara, mas sendiri yang bilang! jadi untuk apa kita tidur satu ranjang? itu tidak akan baik mas"
"Mau sandiwara atau apapun alasanmu kau dan aku tetap menikah secara sah Aira! aku berhak atas dirimu seutuhnya!"
Aira terdiam kehabisan kata-kata. memang dari segi agama Yusuf telah berhak atas dirinya. Yusuf juga memberi nafkah pada Aira meski bukan nafkah batin tapi pria itu mencukupi segala kebutuhan Aira dan keluarga Aira serta pesantren Abi.
Apa Aira pikir aku akan menyentuhnya dan berbuat yang tidak-tidak padanya? kenapa wajahnya jadi pucat begitu?
"Kau tidak perlu cemas Aira, aku tidak akan menyentuh mu aku hanya meminta kau tidur bersamaku, jika ternyata nanti aku tidak nyaman kau bisa kembali ke kamarmu lagi"
Mas Yusuf pikir aku tidak punya perasaan sehingga ia bisa memainkan perasaanku seenaknya. meminta ku tidur dengannya tapi jika ia tidak suka aku akan di campakkan.
"Maaf mas, aku tidak mau"
"Baiklah jika kau bandel padaku, aku akan menelpon kyai Umar ayah mertuaku agar putrinya yang memberontak ini bisa di nasehati oleh ayahnya sendiri" Yusuf meraih ponselnya dan hampir menekan nomor kontak ayah mertuanya yaitu kyai Umar.
"Mas!" Aira menahan tangan Yusuf. ia tidak sengaja menyentuh dan menggenggam telapak tangan Yusuf.
Yusuf menatap tangannya yang sedang di sentuh Aira sembari tersenyum licik.
Aku menang Aira, kau tidak akan bisa melawan ku...sandiwara ini harus berjalan sesuai rencana ku!
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong