Mikayla, wanita pekerja keras yang telah mengorbankan segalanya demi keluarga, justru terbaring sendiri di rumah sakit karena sakit lambung kronis akibat kelelahan bertahun-tahun. Di saat ia membutuhkan dukungan, keluarganya justru sibuk menghadiri pernikahan Elsa, anak angkat yang mereka adopsi lima tahun lalu. Ironisnya, Elsa menikah dengan Kevin, tunangan Mikayla sendiri.
Saat Elsa datang menjenguk, bukan empati yang ia bawa, melainkan cemooh dan tawa kemenangan. Ia dengan bangga mengklaim semua yang pernah Mikayla miliki—keluarga, cinta, bahkan pengakuan atas prestasi. Sakit hati dan tubuh yang tak lagi kuat membuat Mikayla muntah darah di hadapan Elsa, sementara gadis itu tertawa puas. Tapi akankah ini akhir cerita Mikayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rela Demi Anak Angkat
Mikayla sangat suka dengan raut wajah Papa nya yang sedikit ketakutan.
“Ya. Susan. Anak dari Om Brian, kolega Papa yang paling kuat dalam bisnis. Papa tahu, kan? Apa Papa yakin mau ambil tas yang sudah aku jual secara tak langsung pada putrinya? Apa Papa yakin… mau berurusan dengan keluarga Handoko hanya karena keinginan satu anak baru di rumah ini?”
Mata Julio melebar.
“Susan?” gumamnya dalam hati.
Anak satu-satunya dari keluarga Handoko? Anak paling manja… yang kalau tidak dituruti bisa membuat satu perusahaan bangkrut dalam semalam?
“Kau bilang… Susan?” ulang Julio, nyaris tidak percaya.
Mikayla mengangguk pelan. “Ya.”
Julio tak menjawab. Wajahnya mulai pucat.
Mikayla melangkah mendekat, suara bicaranya rendah namun tajam.
“Papa tahu, kalau ada yang menyakiti Susan… Keluarga Handoko rela putus kontrak. Bahkan walau sudah bertahun-tahun jadi rekanan. Mereka cuma punya satu anak perempuan. Dan Susan itu... bukan tipe yang bisa dibantah.”
Bukan tanpa alasan Mikayla memilih Susan untuk membeli barangnya, selain Susan menyukai barang Mikayla, ya karena kedua orang tua Susan adalah orang kalangan atas, sangat jauh dengan perusahaan milik Julio.
Benar. Dalam benak Julio, nama Susan langsung membawa bayangan, gadis muda yang manja, keras kepala, namun disayang setengah mati oleh keluarganya. Brian bahkan pernah membatalkan akuisisi perusahaan besar hanya karena CEO-nya pernah berkata buruk soal anaknya.
Dan sekarang… puluhan tas mewah milik Mikayla sudah berada dalam Daftar milik Susan, anak tunggal dari kolega bisnis terkuat Papa Julio. Tak mungkin Papa akan mengambil kembali barang-barang itu hanya demi memuaskan permintaan impulsif Elsa. Bukan karena kasih pada Mikayla… tapi karena perusahaan Papa jauh lebih penting baginya.
Tapi ternyata… Mikayla keliru.
Julio masih mencoba.
“Kayla,” ujarnya pelan tapi memaksa, “mungkin kamu bisa… bicara dengan Susan. Setidaknya satu tas saja, untuk Elsa. Papa bayar dua kali lipat dari harga jual mu.”
Mikayla tertegun. Matanya menatap ayahnya penuh rasa tak percaya. “Papa… benar-benar rela melakukan itu demi anak yang bahkan belum sejam tinggal di rumah ini?” pikirnya.
Ia tertawa kecil, bukan karena lucu, tapi karena getir. “Papa serius?” tanyanya datar. “Dua kali lipat? Untuk tas, demi Elsa?”
Julio mengangguk tegas.
“Aku tak bisa, Pa. Tapi begini saja,” Mikayla menatap kedua orang tuanya satu-satu, lalu mengeluarkan ponselnya dan menggoyangkannya ringan. “Bagaimana kalau sekarang, aku telepon Susan. Dan Papa serta Mama sendiri yang bicara langsung padanya?”
Julio diam. Sekilas, wajahnya berkedut. Ia tahu siapa Susan. Anak perempuan keluarga Handoko itu, cepat naik darah, dan dikenal sangat posesif dengan barang yang sudah ia anggap miliknya. Bahkan para pengusaha senior pun memilih diam jika sudah menyangkut Susan.
“Mana mungkin aku bicara sendiri?” pikir Julio gusar.
Sementara itu, Elsa hanya menatap dari balik senyum palsunya. Matanya bersinar, namun bukan karena kagum, melainkan karena penuh perhitungan.
“Susan? siapa dia sebenarnya? Sampai om Julio pun kelihatan segan begitu? Sepertinya dia sangat penting. Kalau begitu, bukankah aku harus mendekatinya?”
Mikayla bisa membaca ekspresi gadis itu dari jauh. Ia tak heran. Sejak awal, Elsa selalu punya bakat untuk berpura-pura lugu sambil menyusun strategi dalam diam.
Julio akhirnya mendesah berat. “Elsa, maaf ya. Sepertinya tas itu memang sudah tidak bisa diambil lagi,”
Elsa mengangguk pelan, dengan wajah yang tampak bersedih namun tetap mencoba tersenyum. “Tidak apa-apa, Om. Kak Mikayla juga tidak tahu aku akan datang tiba-tiba ke rumah ini. Kalau aku datang lebih awal, mungkin Kak Mikayla pasti mau memberikannya padaku, bukan?”
Kata-katanya terdengar lembut, namun menusuk. Mikayla tak membalas. Ia hanya menoleh, menatap Elsa dengan senyum paling tipis yang bisa ia bentuk. “Sungguh… tak tahu malu.”
Mama Vivi tersenyum lebar mendengar ucapan manis dari gadis yang sebentar lagi akan masuk ke dalam Kartu Keluarga Wicaksono.
“Elsa memang anak yang sangat pengertian. Sopan, manis, dan tidak pernah menuntut berlebihan. Kami bersyukur kamu sekarang jadi bagian dari keluarga ini.”
Papa Julio mengangguk, ekspresinya bangga.
“Benar kata istriku. Yah, Mikayla pasti akan memberikannya kalau tahu. Tapi tak apa, nanti Om belikan yang baru buat kamu ya?”
Mikayla mendengus dalam hati. “Belikan? Barang-barangku semua limited edition, bahkan ada yang cuma rilis lima unit di dunia. Cari di mana? Hah. Sungguh orang tua yang sangat, sayang anak angkatnya.”
Mama Vivi melirik jam tangannya, lalu menepuk lembut tangan Elsa. “Ayo, kamu pasti capek, kan? Kamu perlu istirahat.”
“Iya, Tante.”
“Kok masih panggil Tante sih. Panggil Mama dong!”
“Ma....”
“Hmm, begitu dong.” Mama Vivi tersenyum puas.
“Sekarang, panggil Papa juga,” timpal Julio.
“Pa...” ujar Elsa dengan suara dibuat semanis mungkin.
“Anak baik.” Julio membalas dengan senyum bangga, seolah sedang mendengar anak kandungnya sendiri.
Mikayla memutar matanya malas.
Cepat sekali adaptasinya. Luar biasa.
Lalu suara Elsa terdengar lagi, manis dan datar.
“Kak Mikayla… boleh aku lihat kamarmu?”
Dalam hati Elsa “Kamar Mikayla pasti besar. Barangnya banyak, mahal-mahal. Apalagi tas yang tadi, pasti banyak barang bagus disana. Kalau bisa lihat, aku tahu cara memilikinya. Mereka harus jadi milikku. Semua.”
Sebelum Mikayla menjawab, Mama Vivi langsung menyahut.
“Ah, boleh kan, Kay? Elsa cuma ingin lihat-lihat saja.”
“Tidak,” jawab Mikayla cepat dan tegas.
Julio menaikkan alis. “Kenapa? Elsa cuma mau lihat, jangan pelit.”
Mikayla menoleh, senyum dingin di bibirnya. “Hanya lihat? Tasku yang cuma dilihat saja langsung diminta. Apalagi kalau dia masuk kamarku. Apa selanjutnya minta lemari, tempat tidur, atau seluruh koleksi barangku? Benar begitu, Elsa?”
Deg. Elsa menunduk seketika. Matanya membelalak kecil.
Dalam hati Elsa, “Bagaimana dia bisa tahu isi pikiranku…?”
“Ti-tidak, Kak. Aku hanya ingin lihat kok, beneran…” suara Elsa gemetar tapi masih mencoba terdengar lugu.
“Tapi, kalau tidak boleh gpp kok, Kak. Tidak perlu menuduhku begitu! Aku tidak apa-apa kok. Jangan salahkan kak Mikayla, Pa, Ma!” ucapnya sedih.
“Tuh, dengar sendiri. Elsa cuma ingin lihat saja, Kayla.” Julio membela.
“Tidak bisa. Kamarku sedang berantakan, dan aku sedang menunggu seseorang,” jawab Mikayla tenang.
“Siapa, Sayang?” tanya Mama Vivi.
Sebelum Mikayla sempat menjawab, terdengar suara dari luar.
“Mikaylaaa!!”
Teriakan lantang itu milik Dinda, sahabat Mikayla sejak kecil, gadis yang selalu blak-blakan dan tidak suka basa-basi. Pintu terbuka, dan Dinda masuk dengan langkah ringan, lalu berhenti ketika melihat ada wajah asing di sana.
“Halo, Tante Vivi… Om Julio… eh…” Matanya menyipit ke arah Elsa. “Ini siapa?”
Mama Vivi langsung menyahut sambil tersenyum.
“Ini, adik Mikayla. Namanya Elsa.”
“Hah?” Dinda mengerutkan kening. “Sejak kapan Mikayla punya adik sebesar ini?”
Mikayla tertawa pelan, sementara Elsa tersenyum canggung.
buktikan bahwa kamu bisa bahagia dan menjadi orang besar tanpa harus memakai embel embel nama keluarga tocix itu
pingin tak tabok pke sandal.swalloy itu si ratu drama terus tak lempari telur bosok
suwun thor udah bikin emosi qt turun naik 😀
pingin tak tabok pke sandal.swalloy itu si ratu drama terus tak lempari telur bosok
suwun thor udah bikin emosi qt turun naik 😀
Mikayla semangat 💪
bakal nyesel nanti keluarganya.