Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Tentang Alia
Beberapa hari kemudian, Devan sedang berada di club malam bersama teman-temannya. Mereka terlihat bersenang-senang dengan wine nya ditemani wanita-wanita cantik di sisi mereka masing-masing kecuali Devan.
"Hei Dev, kau tidak menikmati malam ini? Kenapa kau tidak menyewa wanita untuk menghiburmu?" tanya Beri.
"Devan sudah memiliki pawang Ber, tuh si Riska. Hanya Riska yang bisa menyentuh Devan, iya kan Dev?" Joe menimpali.
Devan hanya menatap Joe sejenak dengan senyum tipis di sudut bibirnya. Pikirannya bahkan sedang tak ada di tempat itu, melainkan di tempat lain. Perasaan Devan tak menentu, ia masih sangat penasaran akan Alia, bagaimana hubungan yang sebenarnya mantan kekasihnya itu bersama kakaknya?
Tiba-tiba saja Rio dan bodyguard Devan lain datang menghampirinya.
"Tuan Dev."
Mendengar suara itu Devan pun langsung meletakkan minumannya dan menatap Rio dengan serius.
"Katakan," perintahnya.
"Nona Alia saat ini berada di Mansion milik Tuan Sam Kawter. Berdasarkan informasi yang kami terima, nona Alia sudah satu minggu dikurung di dalam Mansion dan tidak pernah diizinkan keluar oleh Tuan Sam," tutur Rio.
"Jadi mereka tinggal bersama?" tanya Devan.
Matanya memancarkan kemarahan membara.
"Benar Tuan."
Hah! Tidak kusangka kau begitu murahan Alia!
"Sejak kapan?"
"Lebih dari satu bulan yang lalu Tuan," sahut Rio.
1 bulan? Itu kami benar-benar baru putus dan dia telah pergi bersama kakak ku?
"Brengsek!!" Devan melemparkan gelas nya begitu saja.
Mendengar itu, pikirannya menjadi kacau. Hatinya seketika membara, membayangkan Alia yang bahkan tak pernah ia sentuh, kini tinggal bersama dengan kakaknya. Bahkan hal itu telah berjalan lebih dari satu bulan.
Devan merasa terkhianati. Ia merasa Alia telah menipu di belakang dirinya. Entah mengapa ia merasa tak terima dengan kenyataan yang telah dijelaskan oleh Rio.
Teman-teman Devan pun berpandangan, merasa bingung dengan apa yang terjadi. Seingat mereka, Devan menjalin hubungan dengan Riska, wanita yang dicintainya dari lama dan telah membuang Alia. Tapi mengapa topik kali ini masih tentang Alia?
"Awasi terus kediaman Sam. Jika ada kesempatan, bawa Alia kepadaku. Aku ingin bertemu langsung dengannya!"
"Baik Tuan."
Rio dan Dery pun pergi dari ruang Devan.
"Brengsek!" kesal Devan memukul meja masih tidak terima atas apa yang terjadi.
"Dev, ada apa? Mengapa kau mencari Alia?" tanya Joe.
Masih ia ingat ketika Devan memintanya membuang darah Alia yang telah didonorkan kepadanya dan beberapa kejahatannya yang lain karena Devan sangat tidak menyukainya.
“ Alia kini bersama dengan kakak ku Joe, Sam Kawter!” sahut Devan dengan emosi yang berusaha ia tahan.
“Apa? Kok bisa? Bukankah kakak mu itu pengusaha besar dan orang yang berhati dingin?” tanya Joe lagi.
“Ya, aku juga tidak tahu mengapa Alia bisa bersama dengannya Joe. Aku melihat mereka datang ke acara launching perusahaan ayah dan Sam menciumnya di depanku.”
Mendengar itu, Beri dan Eko pun berpandangan.
“Kau cemburu?” tanya Eko.
Devan pun menatapnya. “Jawaban apa yang kau harapkan dariku?”
Eko pun terdiam. Ia juga tidak mengharapkan jawaban spesifik atas pertanyaannya itu.
“Dia dulu adalah milikku, Eko. Milikku! Aku bahkan belum pernah menyentuhnya. Tapi kemarin aku melihat kakakku mencium bibirnya di depan mataku!” Devan membentak, matanya penuh kemarahan.
“Dan kini, kau dengar sendiri kan tadi? Mereka telah tinggal bersama lebih dari satu bulan Ko. Itu artinya saat aku belum memutuskan Alia, dia telah mengenal Sam!” seru Devan seraya menunjuk udara dengan telunjuknya.
Devan seakan meluapkan emosi yang beberapa hari ini tertahan di hatinya mengenai Alia. Dadanya naik turun dengan nafas yang sedikit tersengal.
“Alia mengkhianati mu? Dan kau tidak terima karenanya?” tanya Beri hati-hati.
Devan hanya mengusap wajahnya kasar. Lalu ia mengambil botol vodka dan meminumnya seorang diri.
“Dari sekian banyak orang, Alia memilih bersama kakakku. Kakak yang selalu menjadi sainganku dalam segala hal. Apa kau tidak mengerti bagaimana rasanya melihat itu?”
Beri dan Eko terdiam. Sedangkan Joe, seolah mengerti apa yang dirasakan Devan. Ia mengambil botol vodka dari tangan Devan dan meletakkannya di atas meja.
"Hei, mengapa kau mengambil minumanku?” sentak Devan tak terima.
“Aku akan bantu membawa Alia kepadamu, seperti aku membawanya ke rumah sakit kala itu Dev. Jadi hentikan hal gila mu dengan meminum vodka sebanyak ini,” tutur Joe.
Diantara teman-teman Devan yag lain, memang Joe lah yang paling dekat dengannya. Sebab mereka telah bersahabat sejak duduk di bangku SMP, sehingga pertemanan mereka telah mendarah daging. Bahkan terkadang mereka dapat mengerti satu sama lain sebelum saling mengungkapkan apa yang ada di hatinya.
Mendengar itu, Devan pun terdiam. Hatinya seolah luluh dengan penuturan Joe kepadanya.
“Terserah apa yang ingin kau lakukan kepadanya nanti, kami tak akan bertanya apapun.”
Devan hanya menghela nafas berat. Ia pun menatap jendela ruang itu dengan pikiran yang tidak ada di tempatnya.
'Dari sekian banyak pria, mengapa kau memilih kakak ku, Alia?' batin Devan.
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat