"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Tidak Mengakui
Deheman Syam mengagetkan pasangan yang ada di belakangnya ini. Keduanya sama-sama beristighfar karena mereka masih dalam berihram.
Rani mengumpulkan lagi tenaganya dan melihat ke arah jendela di mana ia merasa dari tadi belum sampai tujuannya ke tenda Mina.
"Apakah tenda Mina masih jauh dari sini? Perasaan aku tadi sudah lihat tendanya dari kejauhan," tanya Rani.
"Kita ke rumah sakit sekarang. Kamu butuh perawatan. Dan kenapa kamu tidak mengenakkan cadarmu? Apakah kamu sedang cari perhatian pria lain?" geram Khalid.
"Hah...? Apa maksudmu mencari perhatian pria lain? Lagi pula kita sedang berihram dan dilarang wanita bercadar mengenakan cadar sampai tahalul saat sudah menyelesaikan lempar jumroh aqobah," jelas Rani.
"Ada dalilnya yang membolehkan wanita mengenakan cadar saat berihram. Kenakan lagi cadarmu sekarang biar wajahmu tidak terekspos ke mana-mana."
"Emangnya kamu siapanya aku sampai mengatur hidupku?" kilah Rani dengan wajah cemberut.
Mendengar ucapan Rani membuat Syam mengatupkan bibirnya menahan tawa karena tampang tuannya termangu.
"Dijawab tuan pertanyaannya nona Rani...!" ledek Syam.
Khalid menatapnya tajam karena ia tidak bisa marah pada Syam saat ini. Ia menarik nafas sambil memejamkan matanya.
"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Sebagai sahabat aku tidak ingin kamu menjadi pusat perhatian pria manapun," jawab Khalid.
"Terimakasih atas perhatiannya. Aku bisa urus diriku sendiri. Sebaiknya kita kembali ke tenda. Aku sudah lebih baik saat ini." Rani berharap kalau Khalid mengucapkan rasa cinta padanya bukan jawaban ambigu seperti tadi.
"Tidak. Aku harus memastikan kamu aman. Dan setelah pulang dari rumah sakit kita bisa langsung lempar jumroh bersama," ucap Khalid kekeh dengan pendiriannya.
Saat mendengar Khalid ingin menemaninya melempar jumroh, Rani merasa sangat senang. Ia merasa Khalid kembali lagi padanya. Iapun tidak membantah lagi ucapan pemuda tampan di depannya itu.
"Ya Allah. Aku serahkan semua urusanku kepadaMu termasuk jodohku," batin Khalid yang tidak bisa bersikap dingin lagi pada Rani yang sekarang menutupi lagi wajahnya dengan cadarnya.
Setelah memastikan kondisi kesehatan Rani yang memang sangat drop dan harus mendapatkan cairan infus untuk memulihkan lagi tenaganya.
Rani dan Khalid makan bersama di kamar rumah sakit kelas VVIP yang di desain bak kamar hotel. Rani bisa menebak bahwa Khalid bukan pria biasa. Dia juga tidak merasa asing dengan kemewahan yang terhampar di depannya karena dia sendiri bukan berasal dari kelas bawah.
Bisa dibilang secara kekayaan Rani dan Khalid hidup bergelimang harta. Hanya saja tidak datang dari tingkat sosial yang sama. Itu yang dipikirkan oleh Khalid yang merasa dirinya yang paling hebat daripada Rani.
"Kamu harus makan yang banyak karena kita akan membutuhkan tenaga lempar jumroh nanti." Khalid memberikan lagi beberapa lauk untuk Rani yang langsung menolaknya.
"Kamu mau badanku terlihat seperti balon udara? Aku tidak bisa menghabiskan semuanya. Orang asia tenggara makannya sedikit. Tolong jangan memaksaku untuk makan semuanya. Bisa-bisa nanti aku bisa bergerak karena kekenyangan," gerutu Rani.
"Tidak usah pedulikan badanmu karena aku yang akan meni...-" ucapan Khalid menggantung di udara membuat Rani penasaran.
"Apa yang baru saja kamu katakan tadi,hmm?" desak Rani.
"Tidak ada. Lupakan saja...!" sahut Khalid bingung dengan ucapannya sendiri.
"Aisshh....! kenapa dia jadi misterius seperti itu? Bukankah tadi dia mau bilang ingin menikahi ku? Oh .... jangan-jangan dia tidak mau meneruskan kalimatnya karena kami masih dalam berihram. Kan tidak boleh melamar seorang gadis dalam keadaan masih berihram," Rani menghibur dirinya sendiri dan berharap Khalid akan mengucapkannya lagi nanti.
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Khalid melihat mata Rani berbinar.
"Lagi mikirin hal yang menyenangkan hatiku," ucap Rani.
"Apakah itu seorang pria?"
"Mungkin."
"Kamu sedang berihram jadi jangan membayangkan sosok pria yang bisa melanggar larangan ihram," ucap Khalid yang sebenarnya cemburu dengan apa yang dipikirkan Rani.
"Aku tahu hal itu. Cairan infusnya sudah habis. Kita bisa pergi dari sini sekarang. Aku tidak sabar ingin merasakan suasana terowongan Mina," ucap Rani mencabut sendiri jarum infusnya dari punggung tangannya membuat Khalid terlihat ngilu.
"Apakah kamu tidak bisa sabar menunggu dokter, Rani?" geram Khalid.
"Aku juga seorang dokter. Ini hal kecil bagiku. Seorang dokter harus bisa menolong dirinya sendiri saat ia sakit," ucap Rani bersiap-siap untuk keluar dari kamar rawatnya.
Khalid segera menyusul Rani yang sudah di sambut Syam karena mereka harus melempar jumroh saat ini agar bisa terlepas dari ihram.
Beberapa jam kemudian, mereka sudah berada di terowongan Mina dengan jalur khusus mengunakan mobil pribadi. Rani merasakan keanehan dengan jalur khusus itu yang disinyalir kalau itu adalah jalur khusus untuk para keluarga raja Arab Saudi.
"Apakah aku telah berada di tengah orang-orang hebat. Ia melirik Khalid yang masih sibuk bertakbir menuju jumroh.
"Apakah aku harus menanyakannya sekarang atau nanti? Sebaiknya nanti aja. Atau aku tanyakan saja pada Syam. Sepertinya asistennya itu lebih jujur ketimbang manusia bunglon ini yang suka berubah-ubah mood nya," batin Rani lalu ikut bertakbir.
Sekitar 500 meter dari tempat lempar jumroh, mobil itu berhenti lalu Khalid mengajak Rani turun untuk melempar jumroh aqobah terlebih dahulu.
Ketiganya berjalan menuju tempat yang di maksud dan Khalid menuntun Rani untuk mulai melempar dengan menyebutkan Bismillahi Allahuakbar diikuti lempar an batu kerikil sebanyak 7 kali lemparan mengenai dinding.
Setelah itu keduanya berdoa menghadap kiblat. Rani membaca doa yang sudah ia pelajari. Begitu juga Khalid dan Syam. Tiba saatnya mereka harus tahalul.
Rani bingung siapa yang akan melakukan tahalul padanya karena ia tidak memiliki mahram atau perempuan lain di tempat itu.
Tidak lama kemudian muncul keluarga besar Khalid yang berjalan ke arah mereka. Diantaranya ada saudara perempuan Khalid yang menghampiri Khalid. Dan ada juga wanita cantik yang merupakan kerabat Khalid yang menatap ke arah Rani terlihat tidak suka.
"Kak Khalid. Kamu dari mana saja?" Tanya Aisyah sambil melirik Rani.
"Aku tadi mengantar temanku yang jatuh sakit. Ini orangnya. Rani kenalkan ini adik kandungku Aisyah dan Aisyah ini Rania. Dia seorang dokter kandungan berasal dari Turki," ucap Khalid membuat Rani kaget.
"Bagaimana bisa dia mengetahui asal-usul ayahku? Apakah ini cuma kebetulan saja?" batin Rani lalu menyambut uluran tangan Aisyah.
"Hai kak...! Aku harap kamu adalah pacar kak Khalid karena dia sedang mencari seorang istri," goda Aisyah.
"Tidak Aisyah. Rani hanya temanku saja," bantah Khalid.
"Tuh Aisyah. Khalid tidak akan berpindah hati secepatnya dariku bukan?" ucap Suha yang merupakan mantan pacar Khalid yang masih berharap Khalid kembali padanya.
Ucapan Khalid barusan mematahkan harapan Rania sekejap." Jadi aku ternyata bukan wanita yang dia inginkan...!" Rani menyembunyikan kecewanya dan ingin segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke tenda nya.
"Syam. Apakah kamu bisa mengantar aku pulang ke tendaku?" pinta Rani segera beranjak dari tempat itu.
"Aisyah, tolong gunting rambut Rani. Dia belum tahalul...!" pinta Khalid namun Rani sudah berlari menjauhi adik kakak itu.
"Kenapa dia kak?" tanya Aisyah bingung.
"Apa lagi kalau bukan dia cemburu melihat aku di sini bersama Khalid," ucap Suha percaya diri.
"Aku tidak pernah memikirkan mu lagi walaupun hanya sedetik Suha setelah pengkhianatan mu itu, kamu paham!" tegas Khalid segera menyusul Rani ke mobil yang sudah siap jalan.