Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.
Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.
Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.
Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enough
Talia menyeret Liora menuju kelas Damien. Sayangnya, cowok itu baru saja keluar lebih awal hari ini.
Tanpa basa-basi, Talia langsung berteriak keras, “Damien! Dasar brengsek! Keluar lo!”
Teriakan itu sukses menarik perhatian banyak siswa. Suasana koridor langsung riuh.
“Selina, cepat lihat deh! Talia bawa Liora nyamperin Damien!” seru Anna sambil berlari kecil.
“Serius? Ayo cepet!” sahut Gisel, ikut bergegas.
Mendengar itu, Selina langsung berdiri dan meninggalkan mejanya untuk melihat apa yang terjadi.
Sementara itu, Damien yang sedang berjalan ke arah kelas mengernyit saat mendengar suara Talia.
“Kenapa ribut-ribut?” tanyanya dingin.
“Lo nggak punya hati, Damien! Berani-beraninya nyakitin sahabat gue!” balas Talia lantang.
Liora yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkan, “Talia…”
“Tenang aja, gue ada di sini,” jawab Talia cepat, tak melepas tatapannya dari Damien.
“Mau apa kalian?” tanya Damien datar.
“Masih bisa nanya? Lo jangan pura-pura nggak tahu!” suara Talia meninggi.
Tanpa aba-aba, Talia melayangkan pukulan ke Damien. Siswa-siswa langsung terperangah melihat adegan itu.
Damien terdiam sejenak, wajahnya memerah menahan marah.
Di saat bersamaan, Selina muncul. Melihat Damien dipukul, ia langsung maju dan menampar Talia saat gadis itu lengah.
Kerumunan makin heboh—seolah sedang menonton drama langsung di depan mata.
“Selina!” bentak Talia marah.
“Kenapa? Kamu duluan yang mukul Damien!” balas Selina.
Talia tak tinggal diam, ia langsung menjambak rambut Selina, dan keduanya terlibat adu fisik.
“Dasar cewek murahan! Kamu tau Liora pacarnya Damien, tapi masih aja godain dia! Gak tahu malu banget!” teriak Talia, tak peduli semua orang menatap mereka.
Liora mengepalkan tangan. “Sudah cukup!” serunya.
Suara itu membuat Talia dan Selina menghentikan gerakannya.
Selina melirik Damien, lalu berbisik lembut, “Damien…” seolah mencari perlindungan.
“Tenanglah,” jawab Damien pelan sambil memeluk Selina.
Talia mendengus. “Lo bener-bener brengsek, Damien. Gue bodoh pernah percaya lo jagain Liora.”
Damien tak membalas ucapannya. Tatapannya hanya jatuh pada Liora.
“Liora, aku sudah bilang dari awal. Orang yang kucintai adalah adikmu, jadi tolong jangan cari masalah lagi dengannya,” ucap Damien datar.
Liora hanya menatapnya.
“Kak… m-maaf,” ucap Selina lirih, seolah menyesal.
Talia menghela napas kasar. “Selina, lo nggak capek pura-pura?” sindirnya.
“Talia, udah,” sahut Liora pelan.
Selina melirik sekeliling, entah apa yang dipikirkannya, tapi senyum kecil muncul di bibirnya.
Ia mendekati Liora dan menggenggam tangannya.
“Kak, maafkan aku... Aku sungguh mencintai Damien. Tapi kalau Kakak masih menyayangi nya, aku rela melepaskan nya,” ucapnya berpura-pura sedih.
“Selina, kamu bilang apa barusan! Orang yang kucintai cuma kamu,” ucapnya.
Ucapan itu langsung memicu bisik-bisik siswa yang menonton.
“Liora, Damien udah jelas nggak suka sama kamu,” sindir Anna.
“Bener, kayaknya kamu sengaja bikin drama ini,” tambah Gisel.
Selina yang mendengar keributan itu, hati nya merasa puas.
“Lepasin tanganku,” ucap Liora dingin.
“Selina, kemari,” panggil Damien.
Selina menggeleng. “Kalau Kakak belum maafin aku, aku nggak akan lepasin tangan ini.”
Liora menatapnya tanpa ekspresi, lalu perlahan membuka genggaman tangan gadis itu dari pergelangannya.
Selina membalas tatapan itu dengan senyum sinis—lalu tiba-tiba menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai seolah didorong.
Damien yang melihatnya langsung melangkah cepat, lalu mendorong Liora, tubuhnya sempat terhuyung ke belakang.
“Liora! Kamu nggak apa-apa kan?” tanya Talia dengan panik.
Liora mengangguk pelan. “Aku gapapa.”
Damien membantu Selina berdiri lalu menatap Liora tajam. “Dia adikmu, kenapa kamu tega mendorongnya?”
Selina menggenggam lengan Damien. “Aku gapapa… jangan salahin Kak Liora.”
Talia mengepalkan tangannya, rasanya ia benar-benar ingin menampar kedua orang itu sekaligus.
“Terserah kalian, aku sudah lelah dengan semua ini,” ucapnya Liora tenang.
Sorot matanya menunjukkan luka yang dalam. Untuk sesaat Ia menatap Damien dalam diam.
“Talia, ayo kita pergi."
“Semoga kalian dapet balasan yang pantas,” ucapnya sinis, lalu kembali menggandeng Liora pergi.
Damien menyapu pandangan ke sekeliling. “Apa liat-liat?” bentaknya, membuat semua siswa buru-buru kembali ke kelas.
“Maaf, Damien…” bisik Selina. Damien hanya menghela napas kasar.
......................
Di sisi lain.
Talia berusaha menenangkan Liora.
“Udah, jangan sedih. Cowok kayak Damien tuh nggak pantas buat kamu."
Liora tersenyum tipis. “Aku nggak ngerti… meskipun aku selalu ngalah, Selina tetep nyakitin aku. Aku nggak tahu salahku apa.”
Talia memeluk Liora erat.
Tiba-tiba suara ponselnya berdering. “Sebentar ya, aku angkat telepon dulu,” ucap Talia.
Liora mengangguk pelan.
“Halo, Ma?” jawabnya sambil menjauh.
Liora memperhatikan ekspresinya yang tiba-tiba berubah cemas.
“Ya, aku ngerti,” jawab Talia cepat sebelum menutup telepon.
“Talia, kenapa? Ada masalah?” tanya Liora.
“Aku harus pulang sekarang. Ada urusan di rumah. Maaf, aku nggak bisa nganterin kamu,” jawab Talia sedih.
Liora tersenyum tipis. “Aku bukan anak kecil. Lagian, kalaupun kamu nganterin, paling juga ninggalin aku di tengah jalan kayak kemarin.”
Talia terkekeh sambil menggaruk kepala. “Maaf, ya.”
ditunggu up nya lagi...😊