Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Belas kasih
"Aiden…" Anya menatap Aiden dengan panik. Ia benar-benar tidak ingin ikut dengan ayahnya. Anya tahu ayahnya sangat marah padanya sehingga ia tidak akan diperlakukan dengan baik jika kembali ke rumah Keluarga Tedjasukmana.
Mungkin ayahnya akan memukulnya seperti saat ia memukul Natali…
Mungkin Mona juga akan ikut memukulnya seperti saat ia datang ke rumah ayahnya…
Wajah tampan Aiden menegang mendengar kata-kata Deny. Dahinya berkerut, menunjukkan ketidaksukaannya pada pria di depannya. Namun, tangannya membelai punggung Anya dengan lembut, berusaha menenangkannya, "Tidak ada yang bisa memisahkanmu dariku!" katanya lembut.
Deny sangat, sangat kesal. Ia telah merendahkan harga dirinya dengan meminta maaf kepada Aiden secara langsung, meskipun pria itu lebih muda darinya. Tapi Aiden tidak mau memaafkannya.
"Aiden, Anya anakku. Kau tidak berhak ikut campur dalam urusanku dengan anakku." kata Deny dengan wajah menantang. Ia benar-benar bertekad untuk membawa Anya pergi dari tempat ini.
"Aku sudah dewasa! Aku bertanggung jawab atas tindakanku sendiri. Ayah bahkan tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai ayah. Ayah tidak berhak tiba-tiba datang dan ingin mengaturku!" teriak Anya. Ia tidak mau kembali dengan ayahnya. Cengkeramannya yang menggenggam tangan Aiden semakin kuat, menunjukkan keengganannya untuk pergi bersama ayahnya.
"Anya! Ibumu pasti akan malu melihatmu bersikap seperti ini. Bagaimana bisa kau tinggal di rumah pria yang tidak kau kenal!" Deny berteriak kesal sambil melangkah maju dan mengulurkan tangannya untuk meraih Anya, "Ikut denganku!"
Aiden menatap Deny tajam, membuat bulu kuduk Deny berdiri. Tapi Deny tidak peduli. Ia tetap bertekad membawa Anya pulang, meskipun dengan paksa. Mata Anya melebar saat tangan Deny terulur. Perasaan takut dan terkejut bercampur di hatinya, membuatnya segera bersembunyi di belakang tubuh Aiden.
Sementara itu, tangan Aiden segera menangkap tangan Deny yang terulur sebelum Deny berhasil meraih Anya. Deny sangat terkejut melihat itu.
'Bukankah dia buta?'
Aiden tidak hanya mencegah tangan Deny meraih Anya, ia langsung memutar tangan Deny, membuat tangan pria itu mengeluarkan bunyi aneh.
KRAK.. KRAK...
Aiden baru saja mematahkan tangan Deny.
"Ahhh! Sakit!!!" Deny merintih kesakitan. Matanya tampak perih menahan sakit di tangannya.
Natali mendengar jeritan Deny dari luar rumah. Ia hanya menutup telinganya, dan tidak mau ikut campur urusan Aiden lagi. Sekarang, ia telah belajar pelajaran berharga. Aiden kejam dan kekejamannya tidak pandang bulu. Pria itu tidak peduli siapa lawannya, pria atau wanita, muda atau tua. Ia memperlakukan mereka semua dengan kekejaman yang sama!
Setelah mematahkan tangannya, Aiden melempar tubuh Deny seperti sampah ke lantai. Tangannya segera meraih tubuh Anya dan memeluknya erat. Tatapan tajamnya masih tertuju pada Deny yang terjatuh di tanah.
"Anya kekasihku. Tak seorang pun bisa merebutnya dariku!"
Deny mengepalkan giginya dan menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit di tangannya yang patah. Wajahnya menjadi pucat karena rasa sakit yang dialaminya, tetapi ia masih berusaha melawan Aiden, "Aiden, aku tahu Anya kekasihmu. Tapi ia juga anakku. Anya belum lulus kuliah. Ia tidak bisa tinggal di rumah ini setiap hari!"
Aiden hanya menatap Deny dingin, "Anya kekasihku. Sudah sepantasnya ia tinggal bersamaku."
Mata Deny tertuju pada Anya dan melihat putrinya di pelukan Aiden. Aiden merawatnya dan melindunginya secara protektif. Ia tak perlu menebak apa hubungan antara keduanya. Hanya dengan satu pandangan, semua orang termasuk dirinya sudah akan tahu.
Ia tahu bahwa perasaan Aiden pada Anya bukan hanya sekadar cinta monyet.
"Aiden, aku menyadari bahwa aku belum benar-benar memperhatikan Anya. Ibunya orang yang keras sehingga setelah kami bercerai, aku tidak mendapat izin untuk menghubungi Anya. Sebagai ayahnya aku sangat sedih. Tidak ada orang tua yang ingin berpisah dengan anak-anaknya." kata Deny.
Melihat hubungan Aiden dan Anya, ia menyadari bahwa ia bisa memanfaatkan statusnya sebagai ayah untuk mendapatkan keuntungan. Ia harus menegaskan bahwa Anya adalah bagian dari keluarga Tedjasukmana.
"Aku benar-benar peduli pada anakku. Saat ini, ibunya sedang sakit. Jika aku tidak merawat dan menjaganya, siapa lagi yang bisa melakukannya?" kata Deny dengan sedih, memerankan citra seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya.
Memang, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Deny dan Natali memang benar-benar ayah dan anak yang sama. Kepura-puraan mereka, kedok mereka, akting mereka… sungguh luar biasa!
Aiden hanya mendengus mendengar kata-kata Deny yang penuh pertimbangan, "Lebih baik kau didik putrimu yang lain. Kau bahkan tidak pernah menjalankan kewajibanmu sebagai ayah sebelumnya, apa hakmu ikut campur dalam kehidupan Anya sekarang? Anya sudah dewasa dan bisa membuat pilihannya sendiri. Keluar dari rumah ini, Pak Deny!"
Mendengar kata-kata Aiden, Deny merasa sangat marah. Ia merasa harga dirinya sebagai seorang ayah telah diinjak-injak. Anya adalah putrinya. Apa hak Aiden mengatur kehidupan putrinya?
"Anya, setidaknya jika kau ingin tinggal dengan Aiden, kau harus menikah dengannya!" Saat ini, dahi Deny sudah berkeringat deras menahan rasa sakit di tangannya. Rasa sakitnya begitu hebat hingga membuat wajahnya semakin pucat.
Mata Aiden tertuju pada Deny, memandang rendah, "Kau ingin membawanya pulang hanya untuk memanfaatkannya sebagai alat untuk mendapatkan lebih banyak uang. Anya benar-benar sial memiliki ayah sepertimu!"
"Tidak! Ayah benar-benar peduli padamu, Anya! Ayah tidak pernah memanfaatkanmu!" Deny mencoba menjelaskan setulus mungkin. Ia ingin membuat Anya luluh dan mempercayainya. Tapi Aiden seperti tembok besar yang menghalangi hubungannya dengan putrinya.
Aiden mengepalkan giginya, tampak tak sabar lagi menghadapi pria munafik ini, "Cepat singkirkan dia!" Aiden berteriak pada pengawalnya.
"Anya… Jika kau tidak mau pulang denganku hari ini, jangan menangis dan datanglah padaku suatu hari nanti. Aku tidak akan menerimamu meskipun kau memohon!" kata Deny untuk terakhir kalinya sambil menatap Anya dengan marah. Setelah itu, ia berbalik dan pergi. Ia tidak mau diseret paksa keluar dari rumah ini oleh pengawal Aiden. Harga dirinya terlalu tinggi untuk itu.
Setelah Deny meninggalkan rumah, wajah Aiden sedikit tenang. Tapi kebencian yang dirasakannya masih terpancar, membuat suasana di ruangan itu masih tegang.
Hana segera menghampiri Anya, berusaha menenangkannya, "Anya, kau baik-baik saja?" Anya hanya bisa mengangguk. Wajahnya tampak sedikit pucat karena ketakutan yang dirasakannya.
"Dia beruntung Tuan masih memaafkannya hari ini. Jika Tuan tidak iba padanya, tangannya tidak hanya patah!" Hana terus mengomel. Ia sangat heran dengan kejadian itu. Bagaimana bisa ada ayah seperti Deny di dunia ini?
Anya tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. Aiden memaafkan ayahnya sehingga ia hanya pulang dengan tangan patah. Semua itu karena Aiden masih berbelas kasihan?
Jika Aiden tidak berbelas kasihan, apa yang akan terjadi pada ayahnya dan Natali?