Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian kecil
25
Kembali Kalani mempertanyakan masalah keputusan Salma. Kembali Kalani bertanya apakah Salma yakin akan bercerai dari Rafa tanpa mau mencoba memiliki hubungan terlebih dahulu dengan Rafa.
Salma sekarang tengah berdiam diri di kamar. Ia kembali membungkus dirinya di kasur. Sambil menghangatkan dirinya, ia juga sedang menerka. Dua kali Kalani mempertanyakan hal yang sama tapi Salma masih tidak mampu menjawab hal itu dengan sebuah jawaban pasti.
Alih-alih tidur, perut Salma malah lapar. Ia kembali duduk di kasur dan berjalan keluar kamar. Ia ingin camilan tapi ia tidak tahu apakah Rafa membelikannya camilan atau justru Rafa fokus membeli bahan makanan.
Namun, saat akan membuka kulkas, Salma baru sadar ada sebuah notes kecil di kulkas tersebut.
“Kalau mau camilan buka aja di meja pintu memanjang disamping tempat cuci piring.”
“Minuman yang bisa hangatin kamu di laci bawah samping kulkas.”
“Pembalut ada di lemari kecil bawah wastapel kamar mandi.”
“Obat-obatan ada di kotan p3k dibawah nakas tempat tidur.”
Ada lima notes keci yang ternyata Rafa tulis sebelum ia pergi. Dan Salma baru menyadarinya sekarang. Di notes ke lima Rafa menyebutkan alamat apartement mereka serta ada satu notes lagi berisi alamat-alamat supermarket dan apotik terdekat.
Salma lalu mengecek satu persatu isi notes Rafa. Semua yang Rafa tulis benar-benar ada di tempatnya termasuk pembalut.
“Kapan kamu beli pembalut?” tanya Salma. Sembari menatap dua tipe pembalut utntuk Salma.
Lalu, Salma sekarang mengecek kotak P3K. Benar saja ketika dibuka, ada sebuah catatan yang berisi obat apa saja yang ada di dalam lengkap dengan kegunaannya.
Salma lalu menaruhnya kembali dan memilih untuk mengambil cemilan serta menyeduh teh hangat saja. Beberapa camilan yang ada merupakan cemilan kesukaan Salma meskipun beda pabrik.
Salma memilih untuk duduk di bean bag dan menonton film saja. Dan sialnya entah alam bawah sadar Salma yang menuntunya atau semesta yang menuntun tapi, saat ini Salma tiba-tiba saja sampai di film yang menceritakan tentang sahabat yang bisa menjadi cinta.
Salma sebenarnya tidak mau menoton film ini tapi entah mengapa ia malah meneruskannya dan film itu sampai selesai.
Dilema terjadi setelah Salma menyelesaikan film tersebut. Ucapan Kalani tadi tentang “apa salahnya mencoba” tiba-tiba saja menghatui pikirannya.
“Emang gak salah tapi gue gak mau!” kata Salma lalu ia sekarang memilih tidur.
Semenatara itu Rafa sekarang baru menyelesaikan pekerjaannya. Dan mulai melihat-lihat barang-barang di sebuah situs pembelian online. Rafa sempat memfoto skincare dan semua bentuk dan jenis perawatan Salma sebelum ia berangkat.
Dan sekarang diam-diam Rafa membeli segala kebutuhan Salma. Termasuk membeli jaket lagi untuk persiapan musim dingin yang lumayan panjang. Rafa hanya berharap sedikit demi sedikit perhatian kecilnya ini bisa masuk ke hati Salma hingga perempuan itu setidaknya mau mencoba menjalin hubungan dengannya.
“Aku hanya berharap keajaiban,” kata Rafa. “But Miracle without action, it’s bullshit.”
Salma terbangun pagi harinya. Nyaman rasanya tidur diluar meskipun diluar sana nampak begitu dingin. Salma menatap keluar jendela nampaknya musim dingin sudah menyelimuti Quebec.
Hari demi hari Salma lewati dengan rasa sepi yang terus membelenggunya. Rendra juga tiap harinya selalu mengirimkan pesan. Setiap pagi, siang, sore dan malam. Tidak banyak yang Rendra katakan hanya sekedar ucapan selamat pagi, siang malam dan selamat tidur saja.
Namun Salma nggan untuk membalas pesan tersebut.Untuk sekarang, Salma belum memiliki kepastian jadi memilih untuk diam sampai ia dan Rafa memutuskan untuk bercerai.
Tidak lama dari itu, Salma mendapatkan kabar dari Rafa jika ia mendapatkan paket dan harus ia ambil di lobby apartemennya. Rafa tadinya inginvmenelepon Salma tapi Salma nggan untuk mengangkat.
Padahal, Rafa merindukan suara Salma. Suara sinisnya yang nampak manis terdengar di telinga Rafa.
Salma turun dan ternyata paket yang datang cukup banyak. Untungnya Salma membawa sebuah tempat dari atas sana karena sebelumnya Rafa mengatakan untuk membawa sebuah dustbag untuk membawa paket tersebut.
Tidak lama Rafa menerika foto paket-pake itu sudah ada di apartement mereka. Salma tidak menuliskan apapun lagi kecuali memberikan foto itu.
Rafa kembali mencoba peruntungannya. Ia menelepon Salma lagi. Dua kali panggilan hingga akhirnya panggilan ke enam baru Salma mau nerima panggilan dari Rafa.
“Apasih?” suara tidak ramah Salma langsung terdengar di telinga Rafa.
“Paketnya buka aja. Itu semua aku beli buat kamu. Ada beberapa punya aku juga. Aku beli beberapa jaket sama baju minta tolong langsung di cuci aja biar nanti pas pulang aku langsung pake.”
Tidak ada ucapan apapun lagi namun setelah itu Salma menutup telepon dari Rafa. Tanpa basa basi apapun langsung di tutup secar sepihak. Tapi ada hal yang menarik, meskipun suara Salma ketus dan hanya mengatakan satu kata saja tapi itu sudah lebih dari mengobati rasa rindu Rafa terhadap Salma.
Suara ketus itu begitu ia tunggu selama ini. Satu kata yang membuat hari Rafa cukup menyenangkan. Lelaki itu menyeruput lagi kopinya sambil tersenyum.
Di apartement, sekarang Salma menatap paket-paket yang telah ia ambil itu. Perlahan ia buka paket itu dan isinya skincare, bodycare, haircare dan beberapa keperluan Salma. Tidak lupa, Rafa juga membeli syal, baju hangat dan jaket untuk Salma.
Salma tidak banyak berkomentar. Bahkan hatinya saat ini tidak banyak menggerutu. Karena ia bingung. Entah ni bentuk dari perhatian sahabat atau perhatian karena waktu itu Rafa mengatakan selama di Canada Salma adalah tanggung jawabnya.
Namun, Rafa tidak menjelaskan secara terperinci apa yant dimaksud dengan tanggung jawab itu. Apakah tanggung jawab karena Rafa membawa Salma ke sini. Tanggung jawab hanya sebagai sahabat atau tanggung jawab karena Salma adalah istrinya.
Salma mencoba jaket dan beberapa pakaian heatech lainnya yang Rafa beli. Ada sepatu boots khusus musim dingin juga. Banyak sekali yang Rafa beli termasuk penghangat tangan.
“Gue harus terkesan apa jangan nih?” tanya Salma.
Tidak lupa Rafa rupanya membelikan sebuah patch mentruasi. Karena Rafa tahu ketika sedang masuk periode Salma pasti kesakitan di bagian perut. Dan Salma selalu menggunakan patch yang bisa menghangatkan perutnya.
Perhatian kecil ini yang akan mulai Rafa lakukan pada Salma. Sesuatu yang nampak tidak berharga dan kecil akan tetapi Rafa harapkan bisa mengubah cara pandang Salma sedikit demi sedikit meskipun, Rafa diburu waktu.
Diburu waktu perceraian yang entah kapan akan datang. Rafa hanya berdoa, ibunya mampu bertahan setidaknya sampai Salma luluh. Sekurangnya satu tahun saja. Satu tahun saja ibunya harus bertahan melawan kankernya.
Rafa membeli berbagai barang tambahan untuk Salma. Agar perempuan itu tidak kedinginan ketika Rafa tinggal. Meskipun rumah cukup hangat tapi yang Rafa maksud hangat bukanlah hangat sebuah ruangan. Tapi hangatnya hati Salma oleh karena Rafa.
Salma sekarang sedang menatap semua barang-barang yang Rafa berikan kepadanya. Ia susun semua itu di kasur. Lalu ia mengambil foto dan mulai curhat kembali pada Kalani.
From Kalani: ini sih si Rafa udah cinta sama elo, Sal.
From Salma: gak mungkin sih. Si Rafa keknya takut aja gue minggat atau gue cerein makanya dia beli barang-barang perintilan sebanyak ini.
From Kalani: Sal, saran gue coba buka hati deh. Orang lama mungkin pemenang tapi siapa tau orang baru juga bisa mengejar si pemenang.
Bersambung
Jangan lupa tap love dan subscribe yah.