Cinta yang terhalang restu dan rasa cinta yang amat besar pada kekasihnya membuat Alea Queenara Pradipta mau menuruti ide gila dari sang kekasih, Xander Alvaro Bagaskara. Mereka sepakat untuk melakukan hubungan suami istri di luar nikah agar Alea hamil dan orangtua mereka mau merestui hubungan mereka.
Namun di saat Alea benar-benar hamil, tiba-tiba Xander menghilang begitu saja. Bertemu lagi lima tahun kemudian, tetapi Xander telah menikah.
Lalu bagaimana nasib Alea dan anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Alea Dengan David
Tiga hari sudah Axelio dirawat di rumah sakit. Dokter juga sudah mengizinkan anak itu untuk pulang. Selama Axelio dirawat Xander selalu datang, terakhir laki-laki itu datang membawa pesawat mainan untuk Axelio, yang tentunya memiliki harga fantastis. Hari itu Xander tidak datang karena ada perjalanan bisnis ke luar kota. Tentu sebelum keberangkatannya, Xander lebih dulu menghubungi mereka.
"Saya urus kepulangan tuan kecil dulu, Nona," izin Nino.
"Ya, pergilah!" balas Alea diikuti anggukkan kepalanya.
Setelah Nino pergi, hanya tinggal Alea, Bella, dan juga Axelio yang sedang bermain dengan pesawat yang diberikan oleh Xander. Kedua perempuan itu duduk di satu sofa, duduk dengan posisi miring saling berhadapan.
"Axel terlihat bahagia," ucap Bella sembari memperhatikan Axelio. Tangannya memegang potongan buah apel yang baru saja Alea berikan.
"Iya." Alea memasukan satu potongan apel ke mulutnya, tatapannya mengarah pada Axelio yang masih menikmati dunianya sendiri.
"Aku dengar Xander sudah kembali, tetapi menikah dengan wanita lain," ucap Bella ragu.
"Iya, namanya Dania," balas Alea. Nada bicaranya terdengar santai, tetapi tidak dengan perasannya.
"Kau baik-baik saja, bukan?" tanya Bella.
"Aku akan mencobanya, meskipun itu sulit," jawab Alea lantas menoleh ke arah Bella. "Aku tidak bisa membohongi perasaanku."
"Alea ..." Bella memeluk Alea, tangannya bergerak naik turun di punggung Alea, mencoba memberikan semangat pada sang sahabat.
"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Brian?" Bella menarik diri lebih dulu, memberikan jarak dengan Alea. "Kau akan menikah dengan dia?"
Alea merespon pertanyaan Bella dengan gelengan kepala. "Aku sudah mencoba untuk membuka hatiku untuknya, tetapi tetap tidak bisa, Bella."
"Are you sure?" tanya Bella disambut anggukkan oleh Alea. "Lalu bagaimana dengan dia?"
"Dia bilang tidak apa," jawab Alea. "Jujur aku benar-benar merasa tidak enak padanya."
Bella manggut-manggut untuk merespon perkataan Alea. "Dia laki-laki yang sangat baik, Alea."
"Hmmm, itu benar," imbuh Alea. "Dulu saat kami masih sekolah, di antara teman Xander hanya dia yang mau ngobrol sama aku."
"Kenapa dulu kau tidak suka sama dia?" Bella bicara dengan mulut penuh.
"Aku juga tidak tahu," jawab Alea. "Padahal dulu hampir setiap aku dan Xander bertengkar. Tapi justru Xander yang meluluhkan hatiku."
"Jadi ... kisah cinta kalian berawal dari rasa benci?" tanya Bella terkesan meledeknya.
"Mmm, mungkin. Sikapnya dingin padaku, tapi di balik itu dia begitu perhatian. Sampai suatu hari akhirnya kami menyerah dengan perasaan kami sendiri. Dia mengatakan cinta padaku. Awalnya aku tidak percaya, karena itu hal mustahil. Seorang Xander menyatakan cinta?" jelas Alea tersenyum sendiri mengingat saat Xander menyatakan cinta dengan cara yang tidak biasa.
Xander menghadang dirinya waktu ke kantin, lantas membisikan sesuatu. "I love you."
Bella memerhatikan Alea bercerita sambil menopang dagu, senyum membingkai di wajahnya melihat sahabatnya bercerita. Ada rasa bahagia bercampur rasa sedih.
"Apa kau langsung menerimanya?" tanya Bella dibalas gelengan oleh Alea.
"Aku takut dia hanya mempermainkan aku. Jadi ... aku meminta satu syarat darinya," jawab Alea.
"Apa syaratnya?" tanya Bella tidak sabar menunggu jawaban dari Alea.
"Aku memintanya untuk membawakan bunga mawar satu truk," jawab Alea.
"Dia melakukannya?" tanya Bella dibalas anggukkan oleh Alea.
"Hari itu juga Xander melakukan itu. Saat jam istirahat sebuah truk datang ke sekolah. Bak truk itu berisi penuh bunga mawar merah juga putih dan masih banyak lagi. Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Jadi ... saat itu aku langsung berlari dan memeluk Xander dan mengatakan i love you too."
"Kalian sweet sekali," ucap Bella.
"Tapi itu semua hanya masa lalu kami berdua, Bella. Dia sudah memiliki kehidupan baru bersama wanita lain," balas Alea.
"Aku tahu kau wanita kuat, Alea. Kau pasti bisa melewati ini." Bella kembali membawa Alea ke dalam pelukannya. "Aku berdoa suatu saat kau akan menemukan laki-laki lain yang lebih segalanya dari Xander."
TOK TOK TOK
Seseorang mengetuk pintu, mengalihkan pandangan mereka. Pelukan mereka berakhir saat seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Rupanya Nino yang datang.
"Kenapa cepat sekali?" tanya Alea.
"Ada seseorang yang lebih dulu mengurusnya, Nona," jawab Nino.
Kening Alea mengerut, menoleh ke arah Bella, bicara dengan bahasa isyarat. Bella merespon dengan gelengan kepala.
"Siapa?" tanya Alea. "Apa Xander?" sambung Alea.
"Bukan, Nona," jawab Nino. "Tapi ... David Bagaskara. Beliau juga menitipkan pesan untuk Anda." Nino memberikan selembar kertas yang diberikan oleh perawat padanya.
Alea lantas menerima pesan itu lantas membacanya. David mengatakan ingin bertemu dengannya dan Axelio di tempat yang sudah David tentukan. Setelah membaca pesan itu, Alea memasukkan pesan itu ke dalam tas. Ia beranjak dari tempat yang dudukki, mengayunkan langkah ke arah tempat tidur.
"Ayo, Axel kita pulang sekarang," ajak Alea disambut anggukkan oleh Axelio.
Alea membantu Axelio turun dari tempat tidur, keluar dari ruangan itu dengan menggandeng tangan Axelio, begitu pula dengan Bella, ia turut menggandeng tangan Axelio. Di belakang mereka ada Nino yang menyeret koper.
"Siapa David Bagaskara?" tanya Bella tanpa menghentikan langkah mereka.
"Ayahnya Xander," jawab Alea. "Dia memberikan pesan jika dia ingin bertemu dengan aku dan juga Axel."
"Kau akan datang?" tanya Bella menoleh sekilas ke arah Alea membuat pandangan mereka bertemu sesaat.
"I don't know," jawab Alea.
Obrolan terhenti saat mereka sampai di lobi. Ketiganya menunggu Nino yang sedang mengambil mobil. Pada saat yang bersamaan, dua orang datang menghampiri mereka, dua orang laki-laki dewasa. Dari penampilannya, mereka seperti seorang bodyguard. "Permisi, Nona Alea," sapa salah satu laki-laki itu.
Alea dan Bella sama-sama menoleh ke asal suara.
"Kalian siapa?" tanya Alea. Ekspresi wajahnya nampak cemas, takut laki-laki di hadapannya berniat buruk.
"Saya orang suruhan tuan David. Beliau meminta saya untuk menjemput Anda dan tuan kecil," jawabnya.
Sebelum Alea merespon perkataan mereka, Nino lebih dulu datang. "Ada apa, Nona. Siapa mereka?"
"Orang suruhan David Bagaskara. Dia memintaku menemui beliau bersama Axelio," jawab Alea.
"Jika Nona ingin menemui beliau, sebaiknya Nona lebih dulu menghubungi ayah Nona," saran Nino.
"Tidak perlu," tolak Alea. "Baiklah, aku akan menemui beliau. Kalian pergi lebih dulu. Aku akan mengikuti kalian dari belakang," ucap Alea pada orang-orang suruhan David.
"Baik, Nona," balas salah satu orang suruhan Bagaskara.
"Ayo, Nino," ajak Alea.
"Baik, Nona." Nino lantas kembali ke mobilnya melaju ke depan lobi. Setelah Alea, Bella, dan Axelio masuk, Nino kembali melajukan mobilnya mengikuti mobil mobil orang-orang suruhan David.
Sekitar dua puluh menit, mereka sampai di sebuah restoran mewah. Alea memandang sekilas ke arah pintu masuk restoran. Ada sedikit keraguan untuk masuk, tetapi dirinya juga merasa penasaran apa maksud David ingin menemui dirinya.
"Mau aku temani?" tawar Bella.
"Tidak, Bella," tolak Alea. "Kau dan Nino tetap di sini. Tolong jaga Axel. Jika dalam lima belas menit aku tidak kembali, kalian bawa Axel pergi dari sini," pesan Alea.
"Ck, Alea. Kau jangan membuat aku takut," resah Bella.
Alea menanggapi perkataan Bella dengan senyuman. Setelah itu keluar dari mobil.
"Alea," panggil Bella membuat Alea menunda untuk menutup pintu. "Hubungi kami jika terjadi sesuatu yang buruk."
"Aku akan mengingatnya, Bella," balas Alea lantas pergi bersama orang-orang suruhan David.
Ruangan VVIP restoran itu menjadi tempat pertemuan mereka. Alea duduk berseberangan langsung dengan David. Untuk pertama kalinya mereka bertemu secara langsung, menatap seolah mereka musuh bebuyutan.
"Langsung ke pointnya, Tuan Bagaskara!" ucap Alea, suaranya tidak menunjuk jika dirinya takut.
"Berikan anakmu padaku!" perintah David.
Alea tertawa sumbang mendengar perkataan David, lantas melihat ke arah David dengan senyum sinis. "Anda siapa meminta anak saya?"
astaga kapan dapat karma dia
penasaran dengan ortu Xander saat tau ada cucu nya
pasti seru