kawasan 18+, bijaklah dalam membaca.
Axel Brian pemuda miskin yang mepunyai cita - cita menjadi seorang milyarder
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
Brian berjalan dari lantai paling bawah hingga lantai teratas, dia mengecek semuanya dengan seksama.
Brian cukup puas dengan kinerja karyawannya yang melakukan pekerjaan dengan baik.
saat Brian sedang memandang ke dalam sebuah ruangan seorang office girls menegurnya dari belakang " mas cari siapa yah ?"
Brian membalikkan badan nya, dia memandang perempuan yang mengenakan seragam ofice girls, usianya mungkin sebaya dengan Brian, wajahnya imut, seperti bentuk tubuhnya yang mungil, tingginya hanya seleher Brian.
Brian kemudian menggaruk - garuk belakang telinganya yang tidak gatal " yah.. sebenarnya aku ingin pergi ke dapur mau bikin kopi ." Brian nyengir ,pura - pura bodoh.
gadis itu menghela napas " kan mas bisa nyuruh kita, mas tinggal tunjukan saja ruangan mana ,nanti saya antar kopinya ".
Brian mengulas sebuah senyum " ah.. makasih banget, tapi aku ingin buat sendiri , boleh antar aku ke dapur ?"
gadis itu mengangguk, Brian mengikuti gadis itu ke ruangan yang mirip dapur tersebut, di sana ada dua orang Office Boy yang sedang istirahat, karena dari pagi di suruh - suruh terus.
" kalau begini terus ,aku kayaknya gak kuat bekerja di sini, walaupun gajinya besar tetapi pekerjaannya sungguh berat !"
" kamu benar .. perusahaan sebesar ini masa cuma ada 10 orang OB, bisa mati berdiri kita kalau begini ,karena bolak - balik di suruh - suruh terus !"
" ahh.. beginilah nasib orang susah "
mereka berdua mengobrolkan keluh kesah mereka, Brian yang tidak sengaja mendengar itu semua tersenyum kecut.
" eh.. Karin , kamu sudah selesai mengerjakan tugas yang di kasih pak Broto ?" pria kurus yang tadi mengobrol deengan temannya ,bertanya pada Karin.
Karin menghela napas " hufft..baru saja selesai tadi Aldo , orang cuma nyuruh ngelap meja yang ketumpahan kopi doang "
pria berkacamata di samping Aldo bertanya pada Karin " siapa dia karin ?"
Karin berbalik arah melihat Brian " eh.. aku juga lupa belum bertanya namanya , nama mas siapa yah ?, aku Karin dan ini Aldo sama Widi "
Brian mengulurkan tangannya " Axel Brian.. , senang bertemu dengan kalian."
Brian sengaja menyebut nama lengkapnya, dia ingin tahu apakah karyawannya mengenal dirinya atau tidak .
" Axel Brian ?.., sepertinya nama itu tidak asing ." Aldo berusaha mengingat nama tersebut.
Widi yang tadi pagi sempat mendengar perseteruan antara Brian dan Dangton, terlonjak kaget, pasalnya dia mendengar nama Axel Brian Waktu Denis akan mengusir Dangton, walaupun dia tidak melihat orangnya ,tetapi dia masih mengingat namanya.
Widi kemudian berdiri dan membungkuk hormat " Tu.. Tuan Brian maaf kami tidak mengenali anda !"
Widi melirik Aldo dan Karin " apa yang kalian lakukan, beliau Bos besar kita !"
saat mendengar ucapan Widi mereka berdua langsung melakukan hal yang sama dengan Widi.
Brian tersenyum " sudahlah.. jangan begitu kaku, aku ke sini cuma ingin minum kopi , apa aku boleh duduk di sini ?" Brian berkata dengan sopan dengan mereka.
Karin langsung menjawab " si..silahkan Tuan Axel, biar saya yang buatkan anda kopi !"
" baiklah terima kasih Karin.., kalian berdua kemarilah ! " Brian melambaikan tangannya agar Aldo dan Widi duduk di depannya.
wajah aldo dan widi begitu tegang, mereka seperti melihat singa yang akan menerkam mereka, pasalnya mereka yakin jika Brian mendengar obrolan mereka.
Aldo dan Widi saling melirik kemudian dudu di depan Brian dengan kaku, mereka benar - benar melupakan caranya rilex, dalam pikiran mereka hanya ada kegelisahan.
Brian tersenyum kecut " apa wajahku semenakutkan itu ?, sehingga kalian begitu tegang ?"
" ti..tidak .. tidak tuan Axel kami tidak tegang !" widi berusaha setenang mungkin, tetapi expresinya berbeda dengan ucapannya.
Brian terkekeh " hahaha.. tenang saja aku tidak akan memecat kalian, aku cuma ingin dengar masalah perusahaan ini sekecil apapun itu !"
saat mendengar ucapan Brian Widi dan Aldo menghela napas lega, ketegangannya berangsur - angsur menghilang.
Karin tiba membawa secangkir kopi di nampan dan menaruh di depan Brian, Karin tidak berani duduk ,dia berdiri disamping brian dengan mengapit nampan di dadanya.
Brian melirik Karin " duduklah .. bersikap biasa saja seperti tadi !"
Karin menuruti perintah Brian ,tetapi dia tidak banyak bicara seperti awal bertemu dengan Brian, dia hanya menundukan kepala ,sekali - kali melirik ke arah Brian.
Brian menggelengkan kepalanya dan tersenyum " aku dengar tadi perusahaan kekurangan OB benarkah itu ?"
deggg..!!
Widi dan Aldo seperti di sambar petir, ternyata dugaan mereka benar ,jika atasannya telah mendengar obrolan mereka , Widi dan Aldo meneteskan keringat dingin di dahinya.
Brian yang melihat itu,kemudian melanjukan bicaranya " kalo benar bilang padaku, nanti aku tambah orang lagi untuk membantu kalian, menurut kalian perlu berapa orang lagi ?"
Widi memberanikan diri menjawab pertanyaan Brian " Tuan Axel kami di sini cuma sepuluh orang, sementara kantor ini ada 18 lantai , setidaknya menurut saya butuh sekitar 5 orang lagi biar kita bisa stand bye di semua lantai !" Widi berkata dengan jujur.
Brian mengulas sebuah senyum, dia mengangguk kemudian berbicara " baiklah... kalian masing - masing cari dua orang, ingat cari orang yang benar - benar kompeten dalam kerjaannya, saya tidak suka orang yang malas !"
Mereka bertiga saling memandang ,sebuah senyum muncul di wajah mereka, mereka tidak menyangka jika bos besarnya begitu baik dan sangat mudah dia ajak berbicara.
Widi kemudian menginterupsi " Tu..tuan Axel ,jika masing - masing dari kami mencari dua orang berati akan ada enam orang yang masuk, apa tidak terlalu banyak ?"
" kalau kamu tidak mau ya tidak usah saja, gampang kan ?, lagi pula jika menambah orang atau tidak yang merasakan kalian bukan saya !" Brian berkata dengan acuh.
Widi langsung buru - buru minta maaf " maaf Tuan Axel saya salah bicara ."
" sudahlah...besok kalian cari orangnya , nanti saya kan memerintahkan asistenku untuk menyeleksi mereka ! " Brian menyeruput kopinya lalu berdiri dan pergi.
Mereka bertiga bersorak kegirangan, karena keluhan mereka di dengar oleh bosnya langsung, dia juga memberi sebuah solusi yang membuat bebban mereka terangkat.
Brian menelpon Anisa untuk menemuinya di Lobi, saat sudah di lobi Brian menyampaikan apa yang dia bicarakan denga para OB .
Anisa hanya mengangguk menanggapi ucapan Brian, dia tidak menyangkal ataupun menyelanya, bagi dia Brian adalah segalanya, jika dia bukan bosnya mungkin dia juga akan melakukan hal sama seperti itu.
pasalnya perasaan kagum Anisa pada Brian telah tumbuh menjadi Cinta, tetapi Anisa tidak menyadari itu, di selalu menepis pikiran tentang Brian, karena menurutnya kedudukan Brian lebih tinggi dari pada dirinya.
berbeda dengan wanita lain yang akan tergila - gila dengan pria kaya apa lagi Brian begitu tampan. Anisa berbeda , dia bertekad setidaknya sudah memiliki penghasilan sendiri ,baru akan mendekati Brian karena dia tidak mau di cap sebagai gold digger.