Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabir Mela
Mela sedang menikmati bekal makan siang di meja kerjanya sambil membuka social media ketika ada notifikasi pesan masuk. Hardian, adiknya memintanya untuk menemui dia malam ini di kosnya. Mela mengabaikan pesan tersebut dan lanjut scroll media socialnya.
Tak lama kembali muncul notifikasi pesan, kali ini pesan dari Nani. Tak seperti tadi Mela kali ini membuka dan membalasnya. Sayangnya Mela tak bisa mengiyakan ajakan Nani untuk latihan bareng nanti malam karena berencana memenuhi permintaan Hardian. Akhirnya mereka janjian untuk latihan Sabtu pagi besok. Nani akan konfirmasi ke Tita untuk memastikan arenanya kosong dan bisa digunakan berlatih di jam berapa. Karena biasanya ada latihan untuk anak-anak juga di Sabtu dan Minggu
"haish..." dengus Mela ketika lagi-lagi ada notifikasi pesan muncul lagi. Heran banget jam makan siangnya yang hanya dia pakai santai di meja kerjanya pun masih dirusuhi pesan. Tapi dia cukup kaget karena yang mengirimkan pesan itu adalah Firzan.
^^^"Temui kami nanti malam di tempat mas Gareng"^^^
Mela bener-bener heran, kenapa semua orang kompak memintanya bertemu nanti malam. Apa karena weekend. Padahal dia baru saja menolak ajakan Nani berlatih. Sadar tak mungkin menolak permintaan Firzan akhirnya Mela mengirimkan pesan pada adiknya supaya menemui dia di cafe tak jauh dari kantornya pada jam 4 sore. Artinya dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya karena izin keluar kerja 1.5 jam lebih awal.
Tanpa menunggu respon Hardian, Mela mengirimkan pesan kepada Nani. Bahwa nanti malam dia tetap akan datang ke tempat latihan karena ada yang harus dia temui. Jika memungkinkan dan Nani datang mungkin bisa bertemu disana, tapi belum yakin bisa latihan bareng atau tidak.
Tanpa menunggu balasan Nani, Mela menaruh ponselnya dan segera menghabiskan makan siangnya. Setelah beres dan merasa makannya tercerna baik dia lanjut kerja supaya bisa keluar jam empat menemui adiknya.
...****************...
Cafe Astara
"Woh baik bener sudah pesankan minum dan camilan" ujar Mela pada Hardian yang menyodorkan matcha dan onion ring begitu kakaknya datang
"Katanya lo buru-buru, makanya gue pesenin duluan, tapi tetep lo yang bayar" ujar Hardian cengengesan. Mela mencibir.
"Lo kenapa minta ketemu?" tanya Mela sambil menikmati camilannya. Dia tak mau terlalu lama basa-basi karena waktu yang dimilikinya tak banyak.
"Kemarin gue ada kerjaan sedikit, dan akhirnya gue gak sengaja nemu data ini"
Hardian menyodorkan satu lembar kertas berlipat pada Mela.
"Buka dan lihat, jangan kaget" ujar Hardian.
Mela mengikuti saran adiknya dengan hati-hati membuka kertas tersebut. Begitu dia membuka isinya yang berupa fotocopy dokumen, Mela membelalak kaget. Menatap adiknya dengan horor
"Lo serius ini?"
"Iya, gue ga bisa ambil file jadi gue diem-diem print itu. Gue gak ada copynya tapi sudah gue foto dan simpen , aman" ujar Hardian menjelaskan pelan.
Mela cepat menutup dan melipat kembali kertas tersebut kalu mengambil agenda dari tasnya. Dimasukannya kertas tadi ke dalam salah satu kantong di buku agendanya. Sementara hanya itu rasanya tempat paling aman.
"Lo harus hati-hati kak" ujar adiknya
"Lo juga. Inget kita awalnya cuma cari tahu karena gue kepo. Kita ga pernah tahu bisa sampai sejauh ini yang kita dapat. Selain gue jangan sampai ada yang tahu. Sebaiknya kita stop dulu. Lo fokus selesaikan kuliah lo dan kerjaan. ok!" perintah Mela tak mau didebat.
Hardian mengangguk, dan mereka menghabiskan makanan sambil mengobrol soal keluarga mereka sendiri berikut kesibukan mereka.
Mela tak habis pikir bisa-bisanya Hardian mendapatkan temuannya hari ini. Sejujurnya Mela sedikit ngeri mendapatkan apa yang mereka temukan dari kekepoan dan ketakutannya. Dia tak tahu akan kemana semua ini membawanya. Semoga saja tidak akan jadi masalah
...****************...
Hanif, Firzan dan Domo mengobrol di ruang belakang yang berhadapan langsung dengan arena latihan. Tita yang kebetulan juga masuk shift siang dan sudah pulang menghidangkan teh panas dan ubi Cilembu panggang yang dia beli di depan.
"Bang Hanif, kalau kantornya ada lowongan jadi office girls atau security wanita, aku mau apply lamaran" ujar Tita cukup berani
"memang kenapa dengan kerjaanmu sekarang?" tanya Domo
"Gak kenapa-napa mas Mo, cuma bosen saja. Kadang keluarga pasien juga bikin kerjaan makin susah. Dikasih tahu kayak kita gak simpati sama orang sakit. Gaji juga segitu aja" keluh Tita
"Kamu gak mau kerja yang lebih bagus Ta, masa pindah jadi office girl lagi. Bukan hina, tapi kalau bisa harus lebih baik. Kamu ambil kursus atau sekolah keahlian apa" ujar Hanif mencoba bijaksana. Memasukkan Tita ke perusahaannya tidaklah susah. Tapi Hanif ingin orang di sekitarnya punya peningkatan dari posisi saat ini.
"Ga tau bang, bisanya cuma gelut sama bersih-bersih" ujar Tita yang mendapat jitakan dari Domo
"Kamu itu perempuan, gelut kok dijadikan patokan" ujar Domi
"ya maklum Tita cuma punya saya bos, gak ada yang bisa saya ajarkan selain beladiri. Masak juga begitu-begitu saja" ujar Gareng merasa bersalah.
"Ya coba kamu pikir Ta, kira-kira kamu mau belajar apa, atau suka apa. Cita-citamu selain jadi atlet apa. Kalau sudah tahu kabarin Firzan. Nanti aku bayarin kamu ambil sekolah atau kursus" ujar Hanif yang membuat Tita senang. Gareng menghela nafas. Merasa tak enak dan bersyukur.
"Makasih bos" ujar Gareng Pelan. Hanif menepuk bahu Gareng dengan santai. Mereka sudah dianggap keluarga olehnya. Dan memberikan sedikit bantuan baginya sangatlah wajar sebagai keluarga.
"Fir, gimana sudah ada kabar dari Mela?" tanya Hanif pada Firzan
"Belum bos, saya coba telpon" ujar Firzan lalu menjauh sambil berusaha menelpon Mela.
"Bang Hanif mau ketemu Mela? beneran kenal ternyata kalian. Sempit banget dunia" komen Tita
Hanif tersenyum menanggapi ocehan Tita. Tak mau komentar supaya tak makin melebar pembahasannya. Firzan kembali dan mengatakan Mela sedang dalam perjalanan.
Tak sampai 10 menit orang yang ditunggu datang juga. Gareng dan Tita pamit masuk setelah berbincang sebentar dengan Mela
"Jadi ada apa memintaku datang kesini?" tanya Mela setelah hanya tinggal mereka berempat
"Hardian, adikmu. Apa yang dia cari dan dia temukan"
Deg . Mela langsung berdebar mendengar pertanyaan Hanif yang to the point. Berusaha senetral dan setenang mungkin Mela menatap Hanif dan bertanya seolah tak paham
"Maksudnya?" tanya Mela
"Ayolah Mel, kamu bukan orang bodoh dan polos. Kamu juga pasti tahu kalau saya tak mungkin tak tahu apa yang kamu lakukan" jawab Hanif. Firzan dan Domo ikut menatap Mela sengit, membuat Mela merasa diintimidasi. Meskipun begitu Mela mencoba tenang dan tak mau menyerah begitu saja
"Memang apa yang dilakukan adiku sampai kalian harus memanggilku" ujar Mela kembali mencoba tak terjebak
"Sejak kamu menerima daftar yang kuberikan untuk Lina, kamu tak pernah berhenti. Kamu ikut mencari tahu siapa Ayumi. Beruntungnya ternyata kamu punya adik yang hebat dan kita telat mengetahuinya " Hanif menjawab sesingkat mungkin tapi jelas maksudnya.
Mela diam saja tak merespon. Benaknya masih mencerna dan berfikir. Sejauh apa Hanif mengetahui apa yang dia dan Hardian temukan. Mela tidak kaget jika akhirnya Hanif tahu mengenai Hardian yang tidak tinggal bersamanya. Tapi mengetahui apa yang bisa dan sedang dilakukan Hardian adalah hal berbeda. Selama ini Hardian bekerja serabutan sambil kuliah di Universitas Terbuka, jadi sedikit sulit mendeteksinya kecuali memang timnya Hanif super teliti dan ngubek sampai dalam. Tapi itu juga belum bisa memastikan mereka tahu apa yang dia temukan.
" Kamu cari siapa Ayumi aku gak keberatan, pada waktunya nanti akan terbuka juga" ujar Hanif melihat Mela hanya diam. Hanif sedang menerka bahwa Mela saat ini sedang mengira-ngira apa yang dia ketahui.
"Yang perlu kamu khawatirkan jika ada orang lain yang tahu apa yang kamu dan adikmu lakukan atau temukan?" ucap Hanif berhenti sebentar menekankan kalimatnya "Kamu yakin posisimu aman?"
Mela menatap Hanif. Selama beberapa saat mereka bertatapan dalam diam mengukur kekuatan dan menebak apa yang ada dalam pikiran lawan. Mela baru terpikir bagaimana seandainya keluarga Bardi mengetahui apa yang Mela tahu. Dia selama ini merasa aman karena Lina tak pernah mengusiknya lagi. Dia lupa bisa saja Lina punya orang yang dia tugaskan di kantornya. Kalau Sampai dirinya ceroboh bisa bahaya. Meskipun sampai saat ini dia selalu hati-hati
"Aku takkan melarangnya melakukan apa yang ingin kamu kalukan. Tapi jika menurutmu sudah terlalu jauh, lebih baik kau hubungi aku. Kapan saja" ujar Hanif akhirnya
Dia tahu Mela takkan bisa dengan gampangnya membuka apa yang dia lakukan. Tapi Hanif juga masih butuh informasi apa saja yang didapat Hardian dan Mela. Jika mereka dapat informasi dengan mudah, kemungkinan yang lain pun bisa. Dia tak mau semua berantakan. Dan Hanif cukup tahu Mela akan lebih mudah dijadikan kawan ketimbang lawan. Andai Lina tahu kerandomannya memilih Mela sebenarnya bisa jadi keuntungan, pasti dia takan begitu saja melepaskannya. Beruntungnya Mela cerdik dan pintar bermain aman. Hanif berharap kali ini Mela akan tetap memilihnya.
"Wah selamat malam, Pak Hanif dan Pak Firzan ada disini?" tiba-tiba Nani muncul. Dia kaget karena ada bosnya dan bersama Mela. Nani tak tahu kalau orang yang akan ditemui Mela adalah Hanif. Meskipun Domo pernah bilang kalau Hanif kenal Mela, tapi Nani tak menyangka ternyata mereka bukan sekedar kenal karena sampai bertemu seperti ini.
"Kamu mau latihan Nan?" tanya Domo sebelum yang lain menjawab. Mela menghela nafas lega. Setidaknya kehadiran Nani akan membuat Hanif berhenti menanyainya lebih lanjut
"Iya mas, sudah janjian sama Mela" jawab Nani sedikit canggung. Entah kenapa Nani menangkap ketegangan di antara mereka.
"Saya permisi. Ganti baju dulu ya Nan" pamit Mela sambil melangkah membawa tasnya ke ruang ganti
"eh bareng saja Mel" ujar Nani huru-buru tak mau ditinggal.
"Permisi Pak " pamit Nani pada Hanif dan Firzan sebelum mengikuti Mela ke ruang ganti.
"ckkk..ckkk perempuan-perempuan manipulatif" ujar Firzan geleng-geleng kepala. Hanif mengerutkan kening mendengar komentar Firzan.
"Itu bos cewek dua, kayak lembut, lemah, cupu taunya anak buah Tita. Doyan gelut" ujar Domo menunjuk arah ruang ganti dengan dagunya. Hanif tertawa mendengarnya.