Awalnya, pernikahan itu baik-baik saja. Semua menjadi hangat, luka akibat masa lalu Ainayya Hikari Salvina sedikit demi sedikit mulai sembuh.
Tapi, pernikahan hangat itu tiba-tiba diterpa gelombang. Menghancurkan sebuah kepercayaan dan membuatnya meninggalkan rumah yang sudah mengajarkan arti sebuah keluarga harmonis.
Lalu, mampukah Albara Demian Dominic. Sang pelaku kehancuran tersebut memperbaiki rumah tangga yang sudah membuatnya sembuh dari kejadian di masa lalu? Bisakah Albara mengobati luka yang ia berikan pada istrinya?
Mari kita lihat bagaimana perjalanan Albara dalam mengejar cinta istrinya kembali!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paman Vs Keponakan (Revisi)
Sara yang melihat semangat nyonya mudanya akhirnya kembali ketika bermain dengan Adam menjadi bahagia. Ia juga akhirnya tahu jika gadis muda itu sudah mengalami banyak hal yang mengerikan selama tinggal di rumah orang tuanya.
"Bibi, jika nanti Adam sudah dewasa. Bibi harus meninggalkan paman Bara lalu menikah dengan Adam."
Nayya dan Sara langsung tertawa geli, pria kecil yang menggemaskan itu tiba-tiba melamar Nayya. Memintanya meninggalkan Bara, yang notabennya sang paman.
"Tapi, jika Adam sudah dewasa. Maka bibi telah menjadi tua dan jelek, apakah Adam tidak malu menikah dengan wanita tua serta jelek?"
"Tentu saja bersedia, Adam sangat menyukai bibi. Tidak hanya cantik, bibi juga baik. Kata ayah, jika nanti Adam menemukan seorang wanita yang baik, maka Adam harus menikahinya."
Senyum Nayya semakin mengembang, pengajaran ayah dari keponakannya cukup bagus. Tapi jika itudi lakukan di usia muda, maka akan tetap sama. Adam tidak akan mengertikapan ia bisa menikah.
"Hm, kalau begitu, bibi akan melakukannya. Ketikananti Adam sudah dewasa, maka bibi akan meninggalkan paman Bara lalu menikah dengan Adam."
Adam yang mendengar janji Nayya menjadi sangat bahagia. Meskipun ia tidak tahu kapan dirinya bisa menikah dengan Nayya karena masih kecil dan tidak diberitahu. Tapi ia tetap bahagia.
"Kalau begitu, Bibi tidak boleh memiliki anak dari paman Lucas. Adam tidak ingin tersaingi."
Nah kah, selain tidak tahu kapan ia bisa menikah. Adam juga tidak tahu siapa yang bisa nikahi dan tidak. Tapi Nayya tidak berusaha memberitahunya, lagi pula. Mereka hanya akan bertemu selama 1 tahun, setelah itu, Nayya akan pergi dari Indonesia.
"Baiklah, bibi juga tidak akan memiliki anak. Apakah sekarang Adam bahagia?"
Adam mengangguk kepalanya. Ia juga mulai menjelek-jelekan sang paman, membuat Bara yang sedang turun dari lantai atas mendengarnya. Pria itu juga langsung menarik pelan telinga keponakannya.
"Paman!!!"Kesal dengan perlakukan tiba-tiba sang paman, membuat Adam memasang wajah yang membuat Nayya
semakin gemas. Terlihat sangat lucu, ingin rasanya ia mencubit kedua pipi putih itu.
"Jangan pernah menjelekkan paman mu sendiri di hadapan istrinya. Kalau kau masih tetap melakukannya, maka bibi mu tidak akan bersedia menikah dengan mu di masa depan," ucap Bara setelah duduk di samping Nayya. Membuat wanita itu menjadi gugup.Adam yang melihat hal itu menjadi tidak senang, berusaha menjauhkan sang paman dari bibi cantiknya.
"Paman, menjauh. Jangan dekat-dekat dengan bibi cantik, Adam."
Bara yang mendengar hal itu tiba-tiba memeluk Nayya dari samping. Ingin membuat keponakannya panas, tapi tidak tahu jika wanita yang sedang ia peluk ikut panas karena malu.
"Paman!!! Tidak boleh, jangan peluk bibi cantik, Adam."
Pria kecil itu semakin tidak rela melihat bibikecilnya di peluk oleh sang paman.Suasana ruang tamu menjadi sangat
ribut, suara Adam yang marah terdengar hingga ke dapur. Membuat semua pelayan tersenyum paham, bagaimana pun. Hal tersebut akan selalu terjadi setiap kali Bara dan Adam bertemu.
"Dia istri ku, jadi aku bebas memeluknya. Tidak seperti mu yang bercita-cita menjadi perebut istri paman mu sendiri. Sangat memalukan."
Nayya semakin gugup, jantungnya bahkam berdetak semakin kencang. Di peluk oleh pria setampan Bara, di tambah lagi pria itu suaminya. Membuat Nayya gugup, meskipun mereka sudah berpelukan kemarin, tapi ini berbeda karena Nayya sedang sadar.
"Aku tidak perduli, yang terpenting. Di masa depan, bibi akan menjadi milik Adam. Bibi sudah berjanji akan meninggalkan paman dan tidak bersedia memiliki anak dengan paman."
Kata-kata Adam membuat Nayya semakin malu. Ia hanya ingin menghibur Adam, bukan bermaksud melakukan
apa yang pria kecil itu minta.
"Hm, sepertinya paman tiba-tiba mendapatkan ide. Apakah kau ingin tahu Apa ide paman?"
Meskipun marah, Adam tetaplah anak kecil. Rasa ingin tahunya yang masih sangat besar membuatnya penasaran dengan ide sang paman.
"Apa?"
"Paman akan memberikan sepupu-sepupu yang mengemaskan pada mu. Apakah kau mau?"
"Dari mana Paman mendapatkan sepupu yang menggemaskan untuk ku?"
"Tentu saja dari bibi cantik mu, bukankah itu ide yang bagus. Paman akan membuat sepupu menggemaskan untuk mu dengan bibi cantik mu. Bukankah itu hebat?"
Adam menjadi histeris ketika mendengar ucapan pamannya. Sedangkan yang lainnya tersenyum, Nayya bahkan ingin bersembunyi di suatu tempat agar Bara tidak melihat pipi merahnya.
"Tidak!!! Paman tidak boleh memberikan keponakan. Adam akan menolaknya, jika paman mau. Paman bisa mendapatkan dari orang lain, tidak dari bibi cantik, Adam."
Sebuah tawa terdengar, tawa yang sudah lama hilang dari bibir Bara. Membuat Nayya yang melihat momen seperti itu secara langsung dan dekat menjadi terpana. Lagi-lagi jantungnya berdetak sangat kencang.
"Mana bisa paman melakukannya dengan wanita lain sedangkan paman sudah memiliki istri. Apakah kau ingin
bertanggung jawab jika paman di hukum oleh nenek mu?"
Mendengar kata 'nenek' Adam menjadi takut. Ia sangat takut dengan kemarahan Diana, hal itu juga membuatnya sedih dan histeris karena rencananya menikahi bibi cantiknya di masa depan gagal karena ulah pamannya.
"Paman jahat, Adam akan tetap merebut bibi cantik di masa depan. Tidak perduli jika bibi
sudah memiliki anak bersama paman."
Tekad menjadikan Nayya istrinya tidak pernah luntur dari diri Adam. Ia bahkan semakin bersemangat, membuat
Nayya malu dengan pembahasan kedua pria beda generasi tersebut.
"Maka kau bisa mencobanya, tapi sebelum itu. Paman akan memberitahu mu bahwa kau di larang menangis di masa depan jika nanti bibi cantik menolak mu."
"Tidak mungkin, bibi cantik sudah berjanji pada Adam. Jadi dia tidak akan menolak Adam di masa depan."
"Kalau begitu, paman akan membuatnya jatuh cinta dan tidak bisa hidup tanpa paman. Lalu kita lihat seperti
diri mu ketika mengetahui hal itu."
Candaan yang Bara keluarkan membuat Nayya terkejut. Kata-kata itu menjadi seperti Bom waktu. Kapan pun bisa terjadi dan tidak menutup kemungkinan.
Nayya merasa gugup, takut jika dirinya jatuh cinta seperti yang dikatakan oleh suaminya, lalu dibuang seperti di masa lalu. Tapi Nayya juga tidak bisa menolak jika tiba-tiba hatinya jatuh cinta, lagi pula. Cinta tidak bisa di prediksi pada siapa ia akan menetap.
Saat Nayya sedang sibuk dengan pikirannya akibat perkataan Bara. Albert yang secara tidak sengaja mendengar
kata-kata tuan mudanya ikut terkejut, ia bahkan mulai menebak-nebak. Apakah hal itu akan terjadi di masa depan pada tuan mudanya.
Ketika Adam dan Bara tengah bertengkar. Nayya dan Albert sibuk dengan pikiran masing-masing, mulai menantikan seperti apa takdir pernikahan di masa depan.
Namun percayalah satu hal, Bara sudah berjanji akan menjaga Nayya. Meksipun nanti wanita itu membencinya ketika tahu apa yang sudah ia lakukan di masa lalu. Bara akan tetap menjaga dan mengejar Nayya, hingga wanita tersebut menyerah lalu bersedia kembali padanya untuk di jaga.