Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Darman dan lebih di kenal dengan nama si rawing, dia adalah anak dari seorang jawara silat, tapi sayang bapaknya meninggal akibat serangan kelompok perampok yang datang ke desanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panel Bola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai berkelana
Setelah pergi dari pantai, tujuan Si rawing saat ini tidak lain adalah membalas semua perbuatan Si Bewok ketua kelompok Macan Liar dan menumpas semua tindak kejahatan yang menggangu ketenangan masyarakat yang lemah dan tidak berdosa.
Saat ini Si rawing telah sampai di salah satu kampung, dia melihat banyak orang yang sedang berlari ketakutan, dari orang tua sampai anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
Seorang perempuan tua berlari ketakutan sambil melihat kearah belakang, dia tidak sengaja menabrak tubuh Si rawing, lalu terjatuh.
Si rawing membantu wanita tua itu berdiri lalu bertanya, "Ada apa Bu.? tadi aku melihat banyak warga yang berlari seperti orang yang sedang di kejar hantu."
Perempuan itu menatap ke arah Si rawing, "mau kemana ujang, kamu jangan pergi ketengah kampung, nanti kamu bisa celaka, disana ada orang yang lagi ngamuk, sudah ada tiga orang yang menjadi korban, mendingan sekarang kamu putar balik."
"Memang orangnya seperti apa Bu ,? sampai-sampai membuat para warga lari ketakutan."
"Orang itu bukan orang sembarangan, dia adalah seorang ahli ilmu silat, dia itu baru saja pulang dari Banten, tapi saat dia pulang istrinya telah di bawa pergi oleh kelompok Macan Liar, jadi dia mengamuk."
"Di bawa pergi oleh kelompok Macan Liar.? Heh, kalau seperti itu salah bu, seharusnya dia mencari kelompok Macan Liar bukan mengamuk kewarga kampung."
"iya harusnya seperti itu. Tunggu dulu, kalau di perhatikan ujang bukan dari kampung ini.? Siapa nama kamu.?"
"Nama aku Si rawing Bu, mendengar cerita dari ibu, aku jadi penasaran Bu, jadi sekarang aku mau melihatnya Bu."
"Eh,eh, ari ujang, Ki odang yang menjadi ketua kampung mungkin sudah mandi dengan darah jadi korban amukan si Abun."
Si rawing tidak perduli dengan ucapan si ibu, dia malah bertanya tempat tinggal Ki odang yang menjadi pemimpin kampung ini.
Setelah mendapatkan petunjuk, Si rawing pergi meninggalkan si ibu.
"sepertinya pemuda ini mempunyai kelainan jiwa, semua orang pergi dari kampung ini, tapi dia malah mau masuk kedalam, pemuda itu sepertinya sudah bosan hidup." si ibu lalu kembali berlari meninggalkan kampung.
****
Si rawing melangkah kakinya dengan tenang, meskipun dia belum melihat orangnya, tapi dia bisa mendengar suara orang yang lagi berbicara dengan nada ancaman.
"Odang, mana tanggung jawab kamu sebagai pemimpin di kampung ini, saat istri aku di culik oleh kelompok Macan Liar, kamu malah diam saja."
Si rawing langsung melompat tinggi ke arah sumber suara.
Di tengah kampung, di suatu lapangan yang lumayan besar, Si rawing melihat orang yang sedang mengamuk itu, di tangan kanannya dia memegang golok yang sudah basah oleh darah, di depannya berdiri Ki Odang, sikap Ki Odang terlihat tenang saat menghadapi Abun yang sedang mengamuk.
"Tenang jang Abun, aku bukan tidak menyelematkan istri kamu yang di bawa oleh kelompok Macan Liar, tapi kami semua tidak ada yang mampu untuk menghadapi mereka. jadi ini semua musibah yang tidak di harapkan oleh kita semua."
"Kamu bisa ngomong seperti itu Odang, sebelum aku pergi ke Banten, aku sudah menitipkan istri ku kepada kamu Odang, aku tidak mau tahu Odang kamu harus tanggung jawab."
"ehh, aku tadi sudah menjelaskanya, kampung ini di rampok oleh kelompok Macan Liar yang di pimpin oleh Si Bewok, saat itu aku tidak bisa memperhatikan keamanan setiap penduduk kampung, terbilang masih untung penduduk kampung tidak ada korban jiwa, jadi kamu harus bersabar dan sadar jang Abun."
"yeahh, sabar-sabar, aku tidak bisa menerimanya Odang, sekarang kamu rasakan kekuatan golok aku, hia."
Abun benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan dirinya, dia langsung menebaskan goloknya mengarah ke arah leher Ki Odang.
Melihat datangnya bahaya, Ki Odang yang memang memiliki sedikit ilmu beladiri, dia mencoba menghindari serangan lawan. tapi saat dia menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba Abun merubah targetnya, golok yang tadi mengarah ke leher Ki Odang berubah ke arah perut Ki Odang.
Hal itu membuat Ki Odang sedikit terkejut, dengan cepat dia melompat ke samping tubuh Abun dan melakukan tendangan ke arah tulang rusuk Abun.
Namun kejadian selanjutnya membuat Ki Odang kembali terkejut, saat golok di tangan Abun mengarah ke arah kakinya yang di gunakan untuk menendang.
Ki Odang mau menarik kembali kakinya, tapi itu sudah terlambat, Ki odang hanya bisa pasrah, karena sudah di pastikan kaki kanannya akan menjadi korban tebasan goloknya Abun.
Tapi sebelum golok itu mengenai sasaran, ada batu kecil sebesar kerikil menghantam golok Abun, dan membuat laju golok itu terhenti.
"Prang."
Melihat hal itu, Abun terkejut, dia tidak menyangka ayonan goloknya akan terhenti oeh sebuah batu kerikil, dia melihat ke arah datangnya batu, dia melihat seorang pemuda tampan berjalan ke arahnya.
Dengan sikap yang tenang, Si rawing berjalan ke arah Abun lalu berkata, "hehehe, Maaf lur, aku jadi ikut campur dalam urusan ini. Hehe sikap saudara salah, kalau terus menyalahkan Ki Odang yang sebagai pemimpin kampung ini. Seharusnya kalau kamu berani, kamu pergi mencari kelompok Macan Liar."
Abun menatap tajam kearah Si rawing, amarahnya semakin menjadi-jadi saat ada orang yang berani ikut campur dalam urusannya, "Siapa kamu? Kamu jangan ikut campur dalam urusanku, kalau kamu tidak mau menjadi korban golok yang ada di tanganku."
Mendengar perkataan Abun, Si rawing tetap tenang, "hehehe, nama aku Si rawing, lihat telinga kiri aku, ini juga korban perampok. Jadi kamu benar-benar salah kalau harus menyalakan Ki Odang dan penduduk kampung ini."
"Yeah, pergi kamu rawing, kamu jangan ikut campur dengan urusanku, aku penasaran kalau belum melihat Si Odang mandi dengan darah, dia harus bertanggung jawab atas istriku yang telah di bawa oleh para perampok."
"Kalau kamu masih keras kepala, terpaksa aku akan menghalangi tindakan yang akan kamu lakukan, aku tidak akan membiarkan orang yang bertindak sewenang-wenang."
Melihat dan mendengar sikap Si rawing yang membela Ki Odang, membuat amarah Abun memuncak.
Sedangkan Ki Odang, dia memperhatikan ke arah Si rawing, dalam hatinya dia berkata, "pemuda ini, apa bisa dia menghadapi si Abun."
Abun yang sudah tidak bisa lagi menahan diri, dia memasang kuda-kuda, matanya merah menyala menatap tajam kearah Si rawing, "rasakan ketajaman golokku ini rawing, Hiaa."
"wus."
Terdengar suara angin saat bilah golok itu di tebaskan.
Tapi Abun telah salah memilih lawan, dia tidak tahu kalau orang yang dia lawan adalah pewaris tunggal ilmu silat Ulin Karuhunan dari Ki Debleng, ilmu silat yang bisa di bilang ilmu tingkat tinggi.
Tubuh Si rawing bergerak kearah samping menghindari tebasan golok, lalu menggunakan tangan kanannya menampar pergelangan tangan Abun yang memegang golok.
"plak."
"ahh."
Abun terkejut, golok yang ada di tangannya terlepas, lalu dia mundur kebelakang, tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanannya, dia merasa tulang pergelangan tangannya seperti patah.