Kebohongan yang diciptakan oleh Karin membawanya terjebak dalam sebuah hubungan cinta terlarang bersama seorang pria beristri.
Alvaro adalah sosok pria yang Karin perkenalkan sebagai kekasih dihadapan papa dan tantenya demi menghindari rencana perjodohan.
"Memperkenalkan orang asing tanpa melihat-lihat dulu latar belakangnya, apa kamu tau apa akibatnya?"_ Alvaro
"Aku tidak peduli. Aku lihat kamu tampan dan mapan. Itu sudah cukup membuat keluargaku percaya dan tutup mulut."_ Karin
Cinta yang tak seharusnya itu apakah akan tetap bertahan atau pada akhirnya Karin akan memilih perjodohan yang sudah disiapkan oleh keluarganya?
"Cinta? Cinta seperti apa yang kamu maksud, Al? Jika disetiap malam-malammu ada dia sebagai penghangat ranjang dan teman tidurmu!"_ Karin.
Ikuti kisahnya dan mohon dukungannya! Salam dunia perhaluan 🙏🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : TPSO
Karin menghela nafas pelan, dia menyambut uluran tangan Maya dan menyalaminya. Selama menjalin hubungan, Alvaro tidak pernah sekalipun bercerita tentang istrinya. Dan Karin pun tidak pernah mau bertanya, karena baginya itu tidak penting dan hanya akan menyakiti hatinya saja jika ditanyakan.
"Karin."
Keduanya saling melepaskan jabatan tangannya. Maya menarik kursi untuk duduk, tapi kali ini Maya duduk di depan Alvaro, berdampingan dengan Sisil. Sementara Karin mengambil posisi duduk disamping Maya hingga dia bisa menatap wajah Alvaro yang duduk di hadapan Maya.
Seorang waiters datang dan memberikan menu makanan. Maya memesankan makanan kesukaan suaminya. Karin yang mendengarnya hanya bisa terdiam tanpa berani menatap pada wajah-wajah yang sedang duduk disekitarnya. Ya, selama tiga bulan ini Karin selalu memasakkan makanan kesukaan pujaan hatinya itu, sehingga Karin bisa tau saat Maya menyebut nama-nama makanan yang dipesan untuk Alvaro.
"Kamu mau pesan apa, Rin?" Tanya Kenzo mengagetkan Karin. Kenzo duduk dihadapan Karin, sehingga dia bisa melihat jika Karin terus melamun.
"Samakan saja dengan pesananmu," jawab Karin. Alvaro yang mendengarnya langsung menatap Karin, namun Karin langsung menurunkan pandangannya dari tatapan Alvaro.
Selama proses makan siang, Karin mencoba terus menutupi semua rasa yang sedang berkecamuk dalam dirinya, dia berusaha untuk terlihat tenang dan baik-baik saja. Padahal saat ini dia sedang merasakan tegang, cemas dan cemburu menjadi satu. Bagaimana tidak cemburu, Maya bersikap romantis pada Alvaro, beberapa kali Maya ingin menyuapi makanan ke mulut Alvaro namun Alvaro selalu menolaknya.
Alvaro merasa sangat tidak nyaman karena Maya terus saja mencoba menunjukkan kemesraan. Alvaro bisa melihat bagaimana tatapan membara Karin terhadap dirinya, walaupun wanita itu berusaha untuk menutupi dengan sebuah senyuman palsu, namun Alvaro tidak bisa dibohongi, dia tau Karin sedang terluka hatinya melihat dirinya dengan Maya.
"Karin, kamu dan Kenzo sudah berapa lama menjalin hubungan?" Tanya Maya. Dia ingin tau sudah sejauh mana hubungan Karin dan Kenzo.
Semua orang langsung menatap kearah Karin, termasuk Alvaro. Mereka menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh Karin, terutama David yang sangat menginginkan dua orang itu untuk bisa bersatu dalam cinta.
"May, kamu apa-apaan sih? Tidak perlu bertanya tentang urusan pribadi." Alvaro merasa tidak suka dengan pertanyaan yang diberikan oleh Maya pada Karin. Alvaro tidak suka jika Karin terus disangkutpautkan dengan Kenzo.
Maya menumpukkan tangannya diatas tangan Alvaro yang ada diatas meja. "Al, aku kan hanya ingin tau saja. Ken kan teman kita, jadi...."
Kenzo segera memotong ucapan Maya, "Aku dan Karin tidak ada hubungan apapun, kami hanya berteman!"
Kenzo tidak ingin Karin merasa tersudutkan, walaupun dia merasa sangat terluka saat mengakui Karin hanya sebagai teman, Kenzo sangat berharap hubungan mereka lebih dari sekedar teman. Namun, Kenzo menjadi sangat penasaran dengan sosok pria yang telah berhasil menjerat cinta Karin, padahal David bilang dia tidak pernah melihat ada pria yang mengantar jemput Karin sehingga David bisa menyimpulkan jika Karin memang masih lajang.
Maya tidak langsung percaya begitu saja, selama tiga bulan ini apakah Kenzo belum pernah menyatakan perasaannya pada Karin? Padahal Kenzo bilang jika dia sudah menyukai seseorang sejak tiga bulan yang lalu.
"Maya, ayo aku antar kamu pulang. Aku harus kembali kekantor sekarang," ucap Alvaro sebelum Maya sempat melayangkan suara kembali untuk bertanya pada Karin.
Maya memasang wajah cemberut. "Al... Aku masih ingin disini dan ngobrol-ngobrol sama mereka. Ayolah sayang, jarang-jarang loh kita bisa kumpul seperti ini."
"May, ini...."
"Maaf, aku permisi ke toilet dulu!" Karin memotong ucapan Alvaro, dia menarik kursinya mundur dan segera bangun. Karin memilih untuk pergi daripada harus mendengar perdebatan kecil Alvaro dan Maya. Karin merasa sangat cemburu melihat sikap manja Maya pada Alvaro.
Dada Karin nampak naik turun, hatinya merasa begitu sakit melihat keromantisan yang ditunjukkan Maya pada Alvaro. Jika tidak menghormati David dan Sisil sebagai bos-nya, mungkin Karin sudah memilih untuk pergi sejak tadi daripada harus menahan kekesalannya.
Pintu toilet terbuka, nampak Maya datang dengan membawa tas tentengnya. Maya ingin membetulkan makeup-nya yang nampak sedikit berantakan, dia berjalan menghampiri Karin yang sedang berdiri di depan cermin.
Maya menaruh tasnya disamping wastafel, membuka tas itu dan mengambil peralatan make-up nya untuk memoles kembali wajahnya supaya terlihat lebih segar.
"Maaf ya jika pertanyaanku tadi membuat kamu tidak nyaman," ucap Maya sambil memoleskan lip gloss ke bibirnya.
Karin tersenyum dan menggeleng pelan. "Tidak masalah."
Maya menghentikan memoles bibirnya, dia menyampingkan tubuhnya dan menatap Karin.
"Tapi kamu beneran tidak ada hubungan apapun dengan Ken?" Tanya Maya, dia masih sangat penasaran dengan hubungan Karin dan Kenzo.
"Tidak, kami tidak memiliki hubungan lebih dari seorang teman," Karin menyalakan kran dan membasuh tangannya dengan air. Dia tidak ingin terlihat tegang dihadapan Maya.
Maya menghela nafas panjang, "Sayang sekali, padahal aku berharap kalian memiliki hubungan lebih dari teman. Ken adalah pria yang baik, apa sedikit saja kamu tidak memiliki perasaan padanya?"
Maya memperhatikan raut wajah Karin, bisa saja Karin sedang berbohong dan mencoba menutupi perasaannya pada Kenzo. Biasanya wanita sangat pandai untuk menutupi perasaannya sendiri.
Karin mematikan kran dan berdiri menatap Maya. "Tidak, aku tidak memiliki perasaan apapun pada Ken. Aku sudah memiliki seseorang yang aku suka." Karin berbicara dengan tegas supaya Maya tidak banyak bertanya lagi.
Maya manggut-manggut, lalu dia kembali berdiri menghadap ke arah cermin. Maya merapikan rambutnya, menyibakkan rambutnya kebelakang lalu memutarnya kesamping. Seketika itu juga mata Karin langsung menangkap tanda merah dileher Maya. Sudah bisa dipastikan jika Alvaro yang sudah membuat tanda merah itu ditubuh Maya.
Dada Karin nampak naik turun, kobaran api seperti membakar dalam dirinya seketika itu juga. Pantas saja Alvaro selalu membatasi diri untuk tidak menyentuh dirinya, mungkin karena Alvaro sudah merasa puas dengan permainannya dengan Maya diatas ranjang.
"Permisi, aku duluan!" Karin melenggang pergi tanpa mendengar jawaban dari Maya. Dia berusaha untuk tidak meneteskan air matanya yang sudah membendung dikedua bola matanya.
Dengan langkah tergesa-gesa, Karin berjalan menghampiri empat orang yang sedang asyik mengobrol. Keempat orang yang duduk disana langsung menatap kearah Karin yang sedang berdiri.
"Pak David, Bu Sisil, saya permisi mau balik ke kantor duluan." Karin menundukkan sedikit kepalanya untuk menghormati bos-nya. Dia segera pergi tanpa mau menatap Alvaro.
Alvaro reflek langsung berdiri saat melihat Karin berjalan dengan cepat meninggalkan tempat itu. Nampak dari wajah Karin tadi seperti sedang menahan kekesalan.
"Al, kamu mau kemana??" Tanya David. Alvaro langsung tersadar dan mengurungkan niatnya untuk mengejar Karin.
Kenzo yang sejak tadi memperhatikan kepergian Karin langsung berdiri tegak. "Aku duluan, mau nganterin Karin dulu!"
Kenzo berlari untuk mengejar Karin yang sudah berjalan jauh didepannya. Langkah kaki Karin semakin cepat, begitu dia sudah keluar dari restauran, air mata yang sedari dia tahan akhirnya lolos juga membasahi wajah cantiknya. Hatinya merasa sangat terluka membayangkan bagaimana malam-malam panas Alvaro dengan Maya.
Selama tiga bulan ini Karin selalu menghabiskan akhir pekannya berdua dengan Alvaro dirumah Alvaro yang lokasinya jauh dari area perkotaan. Untuk perjalanan kesana membutuhkan waktu selama dua jam. Dan selama itu juga mereka tidak pernah melakukan hubungan lebih dari sekedar ciuman, mereka juga tidur dikamar yang terpisah.
Namun saat melihat tanda merah dileher Maya tadi membuat Karin merasa hatinya seperti terbakar, padahal Maya adalah istri sah Alvaro, jadi wajar saja jika Maya memiliki tanda cinta seperti itu ditubuhnya. Sedangkan Karin hanya seorang kekasih gelap yang mungkin bisa dibuang kapan saja saat Alvaro sudah merasa bosan.
Kenzo meraih pergelangan tangan Karin dan membalikkan tubuhnya. Kenzo nampak terkejut saat melihat Karin sedang menangis tergugu dengan bahunya yang sedikit bergetar.
"Ada apa, Rin? Kamu nangis??" Tanya Kenzo khawatir. Tangannya bergerak ingin menyentuh wajah cantik itu, namun dia urungkan saat Karin menarik tangannya dan buru-buru menyeka air matanya sendiri.
"Ti-tidak apa-apa, Ken. Ini tadi aku kelilipan," jawab Karin sedikit terbata.
Kenzo merasa sangat cemas, dia tidak langsung percaya dengan ucapan Karin. Sangat terlihat jelas jika Karin sedang berbohong. Kenzo menarik lengan Karin dan membawa tubuh Karin kedalam pelukannya.
"Aku tidak tau kamu kenapa, tapi kamu bisa menangis dipelukanku sekarang Rin." Kenzo semakin mendekap tubuh Karin dan tidak membiarkan Karin untuk melepaskan pelukannya.
Alvaro segera menghentikan langkahnya saat melihat wanita-nya sedang dipeluk oleh pria lain. Tadi dia beralasan ingin pergi ke toilet pada David dan Sisil demi bisa menyusul Karin.
Dengan menahan sesak didadanya, Alvaro melangkahkan kembali kakinya ke arah Karin dan Kenzo, dia merasa tidak suka melihat Karin disentuh oleh pria lain, termasuk oleh Kenzo.
"Karin!"
...🔥🔥🔥🔥🔥...
berarti ngadon yang pertama itu sukses 😃
🌹 dulu buat Kaka authornya.
meleyotnya udahan ya, kak .... sehat selalu.🙏