Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Budi
POV Author
"Aku ... Kavi." Kavi membalas uluran tangan Kevin. Rasanya seperti mimpi. Artis yang selama ini biasa ia lihat di TV kini ada di depan matanya. "Silahkan duduk, Mas."
Kevin tersenyum dan duduk di kursi kayu yang disedikan untuk pelanggan saat menunggu kendaraannya dicuci. "Sebelumnya aku mau berterima kasih pada Mas Kavi karena sudah menolong Daddy saat penyakit Daddy kumat. Kemarin aku datang tapi Mas Kavi tidak masuk karena sedang sakit."
Kavi sekarang mengerti kenapa artis terkenal seperti Kevin mencarinya. Rupanya Kevin adalah putra dari Pak Dio, yang kemarin ia tolong. "Sudah tugas kita untuk menolong sesama manusia, Mas. Oh iya, panggil aku Kavi saja, Mas," jawab Kavi dengan sungkan.
"Oke, Kavi. Jadi tujuanku datang menemui kamu hari ini adalah untuk mengajak Kavi bertemu Daddy. Sejak siuman, Daddy selalu bertanya siapa yang sudah menyelamatkannya. Daddy ingin datang langsung untuk mengucapkan terima kasih namun Daddy masih harus menjalani perawatan. Hari ini, maukah Kavi ikut denganku menemui Daddy?" bujuk Kevin.
Kavi tentu tak enak hati menolak ajakan Kevin. Kevin sudah rela datang hanya untuk membujuknya. Kavi akhirnya mengiyakan ajakan Kevin. Ia mengganti baju kerjanya yang basah dengan pakaian ganti lalu ikut dengan Kevin naik mobil mewahnya.
"Jangan kaget ya kalau melihat banyak wartawan di depan rumah. Acuhkan saja," kata Kevin.
Kavi mengangguk. Ia tetap saja tak biasa melihat wartawan di depan rumah yang memaksa mewawancarai Kevin. Kevin mengacuhkan semuanya dan mengajak Kavi masuk ke dalam rumahnya yang besar tersebut.
Dengan polosnya, Kavi melepas sandal jepit berwarna hijau miliknya di depan garasi mobil. "Loh, pakai saja, Vi."
"Tak apa, Mas. Sandal aku kotor."
Kevin tak memaksa Kavi, Kevin justru kagum dengan sikap Kavi yang sangat sopan. Kevin mengajak Kavi masuk ke dalam rumah. Kedatangan Kavi langsung disambut nyonya rumah yang terlihat cantik dan baik tersebut.
"Kamu Kavi yang menyelamatkan suami saya?" tanya Mommy Ayu dengan mata tergenang karena haru.
Kavi menganggukkan kepala pelan.
"Terima kasih, Nak. Terima kasih banyak sudah menolong suamiku. Berkat tindakan cerdas kamu, lidah suami saya baik-baik saja. Kalau kamu telat menolong sedikit saja mungkin lidah suami saya bisa ...." Mommy Ayu tak kuasa menahan tangisnya membayangkan hal terburuk akan terjadi pada suaminya. Selama ini ia menjaga agar suaminya tidak kumat tapi karena terus memikirkan masalah Kevin, penyakit suaminya malah kumat di saat ia tak bisa menemani. Beruntung ada Kavi yang cerdas dan menolong.
"Aku hanya melakukan hal yang bisa aku lakukan, Bu," jawab Kavi merendah.
Tak lama Daddy Dio datang dengan didorong kursi roda oleh Kevin. Daddy Dio pun berterima kasih pada Kavi sambil berlinang air mata. "Terima kasih, Nak. Terima kasih sudah menolong saya. Kalau bukan karena kamu, entah bagaimana nasib saya."
"Aku ... hanya melakukan tugasku, Pak. Sesama manusia harus saling tolong menolong," kata Kavi. Ia selalu ingat pesan Runi untuk selalu rendah hati dan mau menolong sesama. Sekarang apa yang diajarkan ibu-nya berbuah manis.
Keluarga Dio mengajak Kavi duduk dan menyuguhi Kavi dengan makanan yang lezat. Daddy Dio lalu memberikan sebuah amplop tebal untuk balas jasa atas kebaikan Kavi.
"Maaf, Pak. Aku tak bisa terima. Aku niat menolong karena Allah bukan mengharap imbalan seperti ini." Kavi menolak amplop pemberian Daddy Dio.
"Kamu harus terima, Nak. Saya mau berterima kasih sama kamu," bujuk Daddy Dio.
Kavi tetap menolaknya. Ia tak mau keikhlasannya berubah niat. "Terima kasih, Pak. Maaf, aku tetap tak bisa menerimanya."
Daddy Dio dan Mommy Ayu menatap kagum pada laki-laki di depan mereka. Sungguh mulia akhlaknya, pasti orang tuanya sudah membesarkannya dengan baik sampai memiliki anak yang sopan, baik dan suka menolong seperti Kavi.
"Begini saja, kami akan kabulkan permintaan kamu. Kamu mau apa? Motor, mobil atau yang lain?" tawar Daddy Dio.
"Tidak usah, Pak. Terima kasih," tolak Kavi.
Daddy Dio dan Mommy Ayu saling pandang. Mereka mau membalas kebaikan Kavi namun selalu ditolak. Terpaksa Mommy Ayu yang turun tangan untuk membujuk Kavi.
"Kalau boleh tahu, Kavi sekarang kesibukannya apa?" tanya Mommy Ayu dengan lembut.
"Aku ... bekerja di cuci steam."
"Kamu ... tidak kuliah?"
Kavi menggelengkan kepalanya. "Belum."
"Kenapa?" Mommy Ayu mulai melihat ada celah.
"Aku ... masih mengumpulkan uang untuk kuliah," jawab Kavi dengan jujur.
"Bagaimana kalau kami yang membiayai kuliahmu? Kamu mau?" bujuk Mommy Ayu.
Rupanya Kavi anak yang keras kepala. Sekali ia menolak pemberian, maka ia akan teguh menolak pemberian orang tersebut. Inilah yang Runi ajarkan. Ia tak mau anaknya bergantung pada orang lain dan menjadi anak yang lemah.
"Tidak usah, Bu. Terima kasih. Aku insya Allah bisa membiayainya," tolak Kavi lagi.
Daddy Dio dan Kevin terlihat putus asa membujuk Kavi namun tidak dengan Mommy Ayu. "Bagaimana kalau kami bantu kamu kuliah? Kamu bisa bekerja di perusahaan suami saya sehingga bisa langsung kuliah dengan uang gaji kamu yang kami potong setiap bulannya? Maaf ya, Nak, kalau menunggu uang dari hasil bekerja di cuci steam, bukankah akan lama? Ingat, umur kamu semakin bertambah loh. Kalau kamu setuju, besok kamu bisa masuk kuliah dan kerja."
Kavi terlihat mulai tertarik dengan tawaran Mommy Ayu.
"Bagaimana? Mau?" bujuk Mommy Ayu.
Kali ini Kavi tak bisa menolak. Keinginan terbesarnya adalah bisa bekerja di perusahaan bagus dan memberikan hidup yang nyaman untuk Ibu Runi tersayangnya. Dengan malu-malu, Kavi menganggukkan kepalanya.
Daddy Dio, Kevin dan Mommy Ayu kini bisa bernafas lega. Akhirnya mereka bisa membalas budi atas kebaikan hati Kavi.
****
Kavi menceritakan apa yang ia alami hari ini pada Runi. Bagaimana ia mendapat tawaran pekerjaan di perusahaan milik Pak Dio dan bisa mulai kuliah dari uang gajinya sendiri.
Runi bangga dengan Kavi. Anaknya memegang teguh apa yang ia ajarkan agar tidak menerima pamrih atas amal baiknya. "Ibu bangga sama kamu. Bekerja dan kuliah yang baik ya, Nak!"*
Kavi memeluk Runi sambil menangis haru. Kavi berbisik pelan di telinga Runi. "Sabar ya, Bu. Sebentar lagi, Kavi akan membuat Ibu nyaman. Ibu tak perlu bekerja keras lagi. Biar Kavi yang bekerja untuk Ibu."
Keluarga Dio menepati janji mereka. Kavi sudah didaftarkan di salah satu kampus swasta terkenal. Kavi akan kuliah kelas karyawan di malam hari dan siang hari ia akan bekerja di perusahaan milik Pak Dio.
Kavi menatap gedung pencakar langit di depannya. Siapa yang menyangka kalau Kavi bisa bekerja di perusahaan besar sebagai bayaran atas amal baiknya?
"Ini tempat duduk kamu. Kamu bisa kerjakan laporan yang nanti sekretaris Pak Dio berikan."
Kavi dengan patuh mengikuti instruksi yang diberikan. Ia bekerja dengan rajin sampai meja kerjanya diketuk seseorang. Kavi mengangkat wajahnya dan melihat bidadari yang waktu itu ia lihat di rumah sakit.
"Jadi ... kamu menolak uang dariku dan memilih bekerja di perusahaan ini?" tanya Sisil dengan pedas.
"Ti-tidak, Mbak. Aku-"
"It's oke. Aku mengerti kok. Sekarang, ikut aku ke ruangan Kak Kevin!" Sisil tak menunggu, ia berbalik badan dan meninggalkan Kavi yang masih terlihat bingung.
****
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂
Kavi menjadi pemuda yang luar biasa, Seruni berhasil mendidiknya.