Setelah kecelakaan yang hampir mengakibatkan Ashana keguguran, suaminya malah ingin meninggalkan nya. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah keadaan miris yang harus dihadapi wanita muda yang baru berusia 21 tahun itu.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan musibah tidak sampai disana, setelah pulang dari rumah sakit ada yang membakar rumah yang dimana Asha berada di dalam rumah itu. Meskipun nyawa Asha tertolong namun wajah dan tubuh Asha rusak terbakar.
Lima tahun kemudian, Asha dengan sosok baru telah kembali dengan nama Belvina Gania untuk membalas dendam dan merenggut kembali apa yang seharunya menjadi miliknya.
Cekidot...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Tidak Akan Menyerah.
Cafe.
Nathan sudah menunggu sekitar 20 menit, ia sudah menghabiskan dua cangkir kopi espresso. Rasa pahit terasa dominan di lidahnya, namun rasa gugup akan bertemu kembali dengan Asha membuat segalanya begitu terasa manis.
Lelaki dengan kaos kasual warna putih yang menempel di tubuh bagian atasnya yang kini sudah berotot karena seringnya berlatih boxing itu sedang tersenyum-senyum sendiri, ia lalu memeriksa jam mewah di pergelangan tangan dan waktu pertemuan masih sekitar 10 menit lagi dari permintaan nya pada Asha tadi.
"Ekhm! Mas Nathan!" seseorang berdehem tepat berdiri di samping Nathan yang sedang duduk.
Nathan menoleh, wajahnya sontak terkejut. Ia tidak menyangka akan ada seseorang yang mengenalnya di area sekitar gedung Penthouse milik Asha, apalagi jarak yang jauh dari daerah perumahan elit milik wanita di depannya itu.
"Audrey, sedang apa kamu disini?" Nathan mau tidak mau berbasa-basi, meskipun pertunangan mereka berdua sudah terputus dan itu keputusan dari Kakek Farid karena sang Kekek merasa telah dibohongi dan menolak penjelasan apapun dari keluarga Aurel.
"Mas juga, sedang apa disini?" Aurel memamerkan gigi rapinya, wanita itu tersenyum lebar. Setelah pertunangan mereka diputuskan begitu saja, entah kenapa kini Aurel malah semakin ingin mendapatkan Nathan.
Tiba-tiba wanita itu bergelayut manja pada lengan Nathan, lelaki itu berusaha melepas tangan Aurel dari lengannya. "Apa-apaan kau ini?! Lepas!"
"Ish, Mas. Jangan ketus gini, dong. Meskipun pertunangan kita sudah berakhir tapi kita masih bisa berjodoh tanpa aturan dari keluarga kita. Jujur Mas, aku malah semakin sayang sama kamu. Kita perbaiki hubungan kita ya, Mas. Aku mau jadi kekasih kamu..." ujar Aurel dengan gaya genitnya, bahkan sudah menempelkan tubuh sexy-nya pada Nathan.
Nathan merasa semakin kesal, dia berdiri berusaha melepaskan genggaman Aurel dari lengan nya. Namun Aurel malah semakin mengeratkan pegangannya di lengan Nathan, membuat Nathan ingin meneriaki wanita di depannya tetapi masih ia tahan umpatan itu.
Saat masih berusaha melepaskan diri dari Aurel, ekor mata Nathan melihat ke suatu arah dan tak jauh darinya berada Asha sedang berdiri menatapnya dengan tatapan tajam.
Lelaki itu tidak ingin Asha salah paham, kali ini Nathan mendorong dengan kuat tubuh Aurel hingga wanita itu terjatuh ke lantai.
"Aww! Mas! Tolong..." rintih Aurel kesakitan , wanita itu terduduk menyedihkan di lantai.
"Kau bikin masalah saja...! Bangun sendiri! Ck!" Nathan tidak perduli, gegas ia berlari untuk mengejar Asha yang sudah pergi dari cafe.
"Mas Nathan...! Mas...! Sialan!" rutuk Aurel yang akhirnya berusaha bangkit sendiri dari lantai.
Diluar cafe Nathan terlambat menyusul Asha, tidak ingin menyerah lelaki itu berlari menyebrang menuju gedung Penthouse. Benar saja sosok Asha sedang bediri di depan pintu lift pribadi khusus untuk penghuni gedung teratas yakni para penghuni Penthouse, pintu lift itu belum terbuka.
Ting!
Pintu lift terbuka, dengan cepat Nathan berlari lalu masuk menyusul Asha ke dalam lift sebelum pintu lift itu tertutup dan akses ke dalam lift terkunci.
"Kau...! Beraninya masuk ke dalam lift pribadiku!" bentak Asha.
Nathan hanya tersenyum jahil, sejak dulu lelaki itu selalu tidak punya aturan jika menyangkut Asha wanita yang dicintainya.
"Maaf, aku kira ini lift biasa." Kilah Nathan sengaja membuat Asha semakin kesal.
"Dasar laki-laki tidak tau malu! Kau pikir bisa membodohi ku!" benar saja Asha semakin marah, bahkan sejak tadi wanita itu menyingkirkan ucapan formal yang biasa dia ucapkan pada Nathan jika bertemu.
"Ya! Kamu benar, sayang. Aku laki-laki tidak tahu malu, tapi laki-laki ini masih setia menjaga cintanya untukmu. Kamu percaya?"
"Cih! Setia kau bilang! Kau ingin bicara dengan ku tapi kau malah bersama tunangan mu! Kau pikir aku wanita tak punya harga diri!"
Nathan memicingkan mata, lalu berjalan semakin mendekatkan tubuhnya mempersempit jarak mereka berdua di dalam lift.
"Mau apa kau?! Jangan macam-macam atau aku akan teriak!" ancam Asha.
Namun Nathan malah semakin menempelkan tubuhnya hingga Asha terpojok di sudut dinding lift. Nathan mengungkung tubuh Asha, laki-laki itu lalu mendekatkan wajahnya.
"Pertunangan kami sudah putus, sayang. Jadi jangan cemburu atau marah lagi... lagipula aku tidak pernah mencintai wanita itu. Hanya kamu, Sha... Aku bersumpah," lirih Nathan, saat bicara nafas lelaki itu mengenai wajah Asha.
"Minggir!" geram Asha terus berusaha mendorong tubuh Nathan namun sia-sia, tubuh mantan suaminya itu semakin berotot, jauh berbeda dengan lima tahun lalu.
"Sha... tolong dengarkan penjelasan ku tentang kejadian lima tahun lalu, ya?" pinta Nathan tidak mau menyerah.
"Tidak perlu! Tidak ada lagi yang harus kita bicarakan, Tuan Nathan. Permisi!" Asha kembali ke mode awal bersikap formal pada Nathan.
Ting!
Pintu lift terbuka, fokus Nathan teralihkan dengan pintu lift. Secepatnya Asha mendorong tubuh Nathan dengan dorongan kuat, begitu berhasil wanita itu berlari menuju pintu Penthouse-nya tanpa berbalik.
"Sha! Aku nggak akan menyerah!" teriak Nathan saat pintu Penthouse Asha terbuka dan wanita itu masuk ke dalamnya.
Nathan menarik kasar rambutnya, mengutuk kehadiran Aurel di cafe tadi.
"Aku harus tenang, masih banyak waktu." Akhirnya Nathan harus menyerah hari itu.
.
.
.
Di dalam mobil Arkan masih menenangkan putrinya, beberapa waktu lalu sebelum kelas bubar sang babysitter menelepon dirinya jika Devana terus rewel ingin bertemu Devano dan Asha. Kini laki-laki itu sedang menenangkan putri semata wayangnya, meskipun masih menangis tetapi tidak sekeras tadi.
"Mau pergi beli mainan sama Bibi, sayang?" tanya Belvina yang memaksa ikut menjemput sang putri, dia tidak ingin berdiam diri saja di rumah meskipun tubuhnya masih lemah. Meskipun ingatannya masih samar-samar, namun nalurinya mengatakan dia tidak boleh lengah dan menerima begitu saja situasi yang terjadi selama lima tahun ini dia terbaring koma.
Sebelumnya di Mansion, Arkan datang saat Belvina mendorong guci hingga pecah. Namun Belvina beralasan ia tak sengaja menyenggol dan Arkan percaya-percaya saja karena tidak ada keanehan pada diri Belvina.
Hanya saja saat Belvina memaksa ingin ikut ke sekolah Devana, Arkan memintanya agar mau berpura-pura sebagai saudara kembar Belvina yaitu Selvina. Arkan mengatakan itu hanya untuk sementara, karena keadaan benar-benar tidak mendukung saat ini untuk mengatakan kebenaran pada anak sekecil Devana. Akhirnya Belvina setuju demi tujuan untuk merebut kembali hati anak dan suaminya.
Ya, Belvina memang mempunyai saudara kembar identik. Namun tidak seperti saudara kembar lainnya, Belvina dan Selvina tidak pernah akur sejak kecil dan selama ini mereka tidak pernah bertukar kabar. Orang tua Belvina dan Selvina hanya tinggal sang Ayah, sang Ibu meninggal sejak mereka berusia 18 tahun. Sang Ayah sudah menikah lagi dan mempunyai anak dari istri barunya, sejak menikah lagi sang Ayah tidak terlalu perduli dengan keadaan kedua anaknya Belvina dan Selvina.
"Bibi?" tanya Devana kebingungan.
"Ya, kamu ingat Daddy pernah berkata jika Mommy mempunyai saudari kembar kan? Ini dia, namanya Bibi Selvina. Panggil dia Bibi, hm..." ujar Arkan mencoba mendekatkan putrinya dengan ibu kandungnya.
"Halo, honey. Mau duduk di pangkuan Bibi?" pinta Belvina dengan mata penuh harap.
"Ndak mau... Vana mau Mommy... hiks..." tangis anak itu kembali pecah, kali ini Arkan tidak mempunyai ide lain karena Belvina ibunya sendiri sudah ditolak.
"Kita ke alamat XX, Pak!" titah Arkan menyebutkan alamat Asha tinggal.
"Alamat siapa itu, Bang?" tanya Belvina.
"Tempat tinggal Asha, kamu sabar ya. Kita harus menuruti dulu Vana untuk bertemu dia, pelan-pelan, semua akan kembali membaik..." Arkan membujuk sang istri agar mau mengalah.
"Aku sebenarnya keberatan, tapi jika ini demi Vana... jadi tidak apa-apa." Meskipun kesal, Belvina berusaha menelan kekesalannya sendiri dan tersenyum dengan terpaksa.
"Terima kasih..." sungguh Arkan semakin merasa bersalah pada istrinya, padahal Belvina sudah mau mengalah.
"Tapi ingat, Bang. Aku istrimu, jangan salah mengenali lagi, aku nggak suka." Tegur Belvina dengan berbisik meskipun suara mereka teredam suara tangisan Devana yang belum mengecil.
Arkan hanya bisa mengangguk patuh, dia tidak ingin mengecewakan sang istri.
"Sayang... udah ya. Kita mau ke tempat Mommy sama Vano loh ini, jadi jangan Nangis lagi." Ujar Arkan mengelus kepala putrinya dengan lembut.
"Becul Daddy... Holeee... yeyeye... Vana kecemu Mommy..." suara Isak tangis gadis kecil itu berganti dengan suara bersenandung riang.
Bibir Arkan tertarik ke atas, bukan hanya putrinya yang bahagia akan bertemu Asha dan Devano tetapi dirinya juga.
Belvina meradang melihat senyuman terpatri di bibir Arkan, ingin sekali merobek raut bahagia dari wajah lelaki yang bergelar suaminya itu.
___
Maaf ya mood nya masih jelek karena cerita ini nggk lolos terbaik dan sy masih sibuk sm keluarga juga wkwk. Tapi mulai besok insyaAllah ya saya update tiap hari lagi, tapi nggak janji 🫶🤗🙏❤️
nathan dan asha semoga saling mencintai