Sistem Uang Tak Terbatas

Setelah aku perhatikan baik-baik, makhluk itu ternyata berkepala naga, bukan kuda. Ujian yang diberikannya adalah aku harus melawan makhluk-makhluk gelap bernama roh kebencian. Aku bilang begitu karena mereka tidak bisa dipukul. Mereka seperti asap dan tidak tersentuh.

"Kau harus menebasnya menggunakan pusaka itu," kata sosok kepala naga.

"Bagaimana caranya? Keris itu ada dalam tubuhku saat ini," kataku bingung.

"Taruh satu tangan di dada dan panggil keris tersebut," jawab sosok tersebut.

Aku pun menuruti sarannya dan segera memanggil pusaka tersebut. "Munculah Keris Kamulyan!"

Keris tersebut benar-benar muncul dan aku segera menggunakannya untuk melawan roh-roh itu. Aku sangat bersemangat karena mereka menggangguku dengan meniru wajah dan suara orang-orang yang selama ini telah mencemoohku. Ada wajah ibu angkatku, Kevin, dan lainnya.

Namun, dengan bantuan Keris Kamulyan, aku berhasil mengalahkan roh-roh kebencian tersebut satu per satu. Mereka mulai menghilang dan tidak kembali lagi. Setelah semua roh kebencian tersebut hilang, sosok kepala naga tadi menghampiriku.

"Kau berhasil melewati ujian ini dengan baik, anak muda. Kini kau telah membuktikan bahwa kau pantas mewarisi pusaka Keris Kamulyan," ucapnya dengan bangga.

Aku pikir semuanya sudah berakhir, tapi sosok tersebut berkata bahwa aku sudah siap untuk tugas yang sesungguhnya, yaitu menolong Putri Ayu Rara yang ditawan oleh Ras raksasa buto ijo.

Aku merasa tidak percaya dengan tugas yang diberikan padaku. Tapi, aku tidak punya banyak waktu untuk merenungkan semua ini. Aku harus segera bertindak untuk menyelamatkan Putri Rara Ayu dari tawanan ras raksasa buto ijo.

Dengan bantuan Keris Kamulyan, aku berangkat menuju tempat Putri Rara Ayu ditahan. Ras raksasa buto ijo pasti adalah lawan yang sangat kuat, namun aku tidak boleh menyerah. Aku harus bisa melawan dan mengalahkannya untuk menyelamatkan Putri Rara Ayu.

"Namanya mirip dengan Ayu Rara Dewi," pikirku.

Sesuai namanya, "Ras Raksasa Buto Ijo", makhluk tersebut benar-benar besar.

"Mungkin aku harus bawa biji mentimun, jarum, dan terasi. Tapi, aku bukan sedang berada dalam dongeng rakyat. Hehe," pikirku.

Ketika tiba ke istananya, raksasa itu sudah menyadari kedatanganku. Ia segera keluar sambil membawa gada besar di tangannya. Langkah kakinya sampai membuat tanah bergetar.

"Kau pasti kesatria dari Kerajaan Kamulyan?" ujar raksasa tersebut menyambutku.

"Ya, aku adalah kesatria dari Kerajaan Kamulyan. Aku datang untuk menyelamatkan Putri Rara Ayu dari tanganmu," jawabku dengan mantap.

Raksasa buto ijo pun tertawa keras. "Kau pikir kau bisa mengalahkan aku dan menyelamatkan putri? Aku adalah raksasa yang tak terkalahkan!"

Sebenarnya aku berpikir begitu juga, tapi harusnya keris ini bisa berguna bukan? Selain itu, aku masih bisa menggunakan kekuatan sistem.

Dengan menggenggam erat Keris Kamulyan, aku siap untuk melawan raksasa itu. Pertarungan pun dimulai, dan aku terkejut dengan kekuatan dan keahlian bertarung raksasa itu.

"Dia lambat, tapi aku akan mati jika terkena satu pukulan darinya," kataku sedikit khawatir.

"Apa kau hanya bisa menghindar?" ujar raksasa tersebut tampak kesal dengan kelincahanku.

Tapi aku tidak hanya bisa menghindar, aku juga bisa menyerang! Dengan cepat, aku melakukan serangan balik yang membuat raksasa itu terkejut.

"Kau tidak bisa meremehkanku raksasa jelek!" seruku dengan penuh semangat.

Raksasa itu memandangku dengan tatapan tertegun sebelum akhirnya tertawa lagi. "Kau cukup hebat, tapi itu tidak cukup untuk mengalahkanku!" ujarnya sambil mengayunkan gada besar ke arahku.

Tanpa ragu, aku bertindak cepat dan menghindari pukulan itu. Dengan kecepatan kilat, aku ingin melancarkan serangan balik untuk mengalahkan raksasa buto ijo tersebut.

"Sepertinya biji mentimun lebih hebat darimu, Keris Kamulyan," kataku saat melompat ke udara.

Mungkin, keris tersebut tidak menerima perkataanku dan akhirnya mengeluarkan kekuatan sejatinya.

"Aku tarik perkataanku tadi," kataku saat raksasa itu berhasil dikalahkan dan perutnya dibuat sampai berlubang seperti donat oleh serangan dari keris tersebut.

Dengan napas terengah-engah, aku mendekati Putri Rara Ayu yang tersenyum lega melihatku. "Terima kasih, Tuan. Kau telah menyelamatkanku," ucapnya sambil menggenggam tanganku.

Aku tersenyum puas, mengetahui misi telah berhasil. "Tidak perlu berterima kasih, Putri. Tugas saya sebagai kesatria adalah melindungi rakyat dan menyelamatkan mereka dari bahaya," jawabku dengan tulus.

Putri Rara Ayu sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih padaku. Aku juga merasa bahagia bisa menyelamatkannya dan menyelesaikan tugas yang diberikan padaku.

Setelah itu, aku pun kembali ke Kerajaan Kamulyan dengan penuh keberhasilan. Raja dan rakyat pun sangat senang dengan apa yang telah aku lakukan.

"Kerja bagus," puji sosok kepala naga itu saat kami bertemu lagi di istana.

[Ding][Sub Misi telah selesai]

[Hadiah : Skill Perjalanan Astral]

Aku akhirnya terbangun dan tahu perjalanan tersebut ternyata termasuk misi dari sistem.

"Tapi, apa gunanya keahlian yang baru aku dapatkan tersebut? Ini sangat jauh sekali dengan kekuatan sistem yang harus mengumpulkan SP dengan menghamburkan uang sistem," kataku heran.

Sistem pun menjawab bahwa itu berhubungan dengan asal usul dirinya yang misterius.

......Sistem Uang Tak Terbatas.......

Ayahnya Laura, Pak Toni Walter, akhirnya datang dari Jerman dan berkunjung ke museum. Ia senang karena aku membantu putrinya, Laura, membuat museum tersebut.

"Jadi ini pria yang berhasil menaklukan hati putriku," ucapnya menyapaku.

"Ya, Pak Toni. Saya sangat senang bisa membantu Laura dalam mewujudkan museum impiannya," jawab aku dengan senyum.

Pak Toni memandang sekeliling museum dengan bangga, "Laura pasti sangat beruntung memiliki seseorang seperti kamu yang selalu mendukungnya dan terus memberinya inspirasi."

"Aku hanya ingin melihat Laura bahagia dan mewujudkan impian-impiannya, Pak Toni. Dia adalah seorang gadis yang berbakat dan bersemangat," ucapku tulus.

Pak Toni mengangguk setuju, "Ya, anakku memang luar biasa. Aku sangat berterima kasih atas semua bantuanmu, dan aku sangat senang bisa melihat hasil kerja kerasmu bersama Laura."

Kami berdua melanjutkan tur di sekitar museum, menikmati setiap sudut dan detail yang dirancang dengan begitu apik oleh Laura. Aku merasa bangga bisa menjadi bagian dari proses pembuatan museum ini dan melihat kebahagiaan Pak Toni dan Laura.

"Terima kasih banyak, Pak Toni," ucapku kepada Pak Toni sambil tersenyum.

"Itu tidak masalah. Kamu juga seperti keluarga bagi kami sekarang. Saya sangat berterima kasih atas semua yang kamu lakukan untuk Laura," balas Pak Toni dengan hangat.

"Tapi, mulai sekarang, panggil saya Ayah," pinta Pak Toni tampak merestui hubunganku dengan Laura.

Aku pun mengangguk dan kami berdua melanjutkan kunjungan kami di museum, menikmati setiap momen bersama dan merasakan kebahagiaan yang selalu ada di hati kami.

Aku merasa bersyukur memiliki kesempatan untuk mengenal keluarga yang luar biasa ini dan menjadi bagian dari perjalanan mereka.

"Sekarang... bisakah kau katakan kapan kamu akan menikahi putri saya?" tanya Pak Toni dengan nada serius.

Bersambung.