NovelToon NovelToon
Gelora Cinta Usia Senja

Gelora Cinta Usia Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Romansa
Popularitas:98.7k
Nilai: 5
Nama Author: skavivi selfish

Mereka terpaksa menikah meski sudah berjanji tidak akan menikah lagi setelah menjanda dan menduda untuk menghormati pasangan terdahulu yang sudah tiada.

Tetapi video amatir yang tersebar di grup RT mengharuskan mereka berada dalam selimut yang sama meski sudah puluhan tahun hidup di kuali yang sama.

Ialah, Rinjani dan Nanang, pernah menjadi cinta pertama dan hidup saling membutuhkan sebagai saudara ipar. Lantas, bahagia kah mereka setelah menyatu kembali di usia kepala lima?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skavivi selfish, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Aneh

“Loh... loh... loh... kok ini belok ke hotel? Mau apa kamu?” Rinjani menarik lengan kemeja Nanang sampai pria itu mendengus kesal sambil menguatkan cengkeramannya di stang motor.

“Nanti motornya oleng, Ri. Diam dulu saja kamu.” Nanang mengingatkan dengan nada frustasi. Sudah pusing karena harus mengelak dari rumah utama, sekarang urusan pribadi itu harus diperberat oleh rengekan Rinjani yang tidak mau ke hotel.

“Pikiran kotormu itu disingkirkan dulu, aku ini ngajak kamu ke hotel biar kamu istirahat. Bukan mau aneh-aneh. Kamu ini menjurus ke sana terus.” Nanang memarkirkan motor vespanya di pelataran lobi hotel seraya memanggil valet parking dan menyerahkan kunci motornya.

“Kamu mau ikut aku atau mau saingan dengan patung dwarapala?” Nanang menunjuk sosok patung yang menjaga pintu masuk hotel ternama di pusat kota.

Rinjani memandang sekeliling, dia dan Nanang ada di muka hotel, di muka umum. Dirinya jadi bertanya-tanya apa kabar nanti jika ada yang melihatnya?

“Yakin istirahat, ya. Tapi jangan bilang siapa-siapa kita ke sini.”

“RIRI!”

Rinjani meringis dengan terpaksa. “Aku memastikan dulu daripada aku sungguhan.”

Nanang memulai langkahnya terlebih dulu masuk ke dalam hotel, meninggalkan Rinjani yang mirip itik masuk kolam ikan. Basah, pucat, malu, dan mengenaskan di lobi hotel.

Dia pun perlu menengok ke belakang karena Rinjani juga tak menyusulnya ke meja resepsionis.

“Aku telepon anak-anakmu biar mereka menyusul ke sini jika kamu masih diam saja!” Nanang mengancamnya setelah tiba dua meter darinya.

Rinjani melihat ke sekeliling, takut ada yang lihat sebelum dia mengikuti Nanang dengan kepala tertunduk ke arah lift.

“Harusnya kita ke rumah sakit saja. Check up kesehatan, Mas.” Rinjani membentur punggung Nanang karena pria itu tiba-tiba berhenti.

“Aku enggak kepikiran.” katanya lemas sambil menekan tombol lima. “Angkat kepalamu daripada nabrak-nabrak dan membuatmu malu sendiri!”

Rinjani mengangkat tatapannya malu-malu. Sayang kaca yang ada di dalam lift membuat pantulan mereka yang tidak saling menatap menjadi terlihat jelas.

“Aku sudah nenek-nenek, capek rasanya harus berkelahi dengan dunia ini.”

Nanang nyaris menyemburkan tawa. Senang rasanya mendengar Rinjani berkelakar daripada menangis sepanjang hari dan merenungi diri di masa-masa jandanya.

“Sedang aku calon lansia yang masih memiliki anak kecil. Capek rasanya berkelahi dengan huruf abjad, angka dan materi membaca dan pelajaran sekolah.”

Rinjani menyunggingkan senyum dengan cepat, dia terhibur oleh keluhan Nanang yang tidak akan pernah usai mengingat semua anaknya masih bertumbuh dan berkembang.

“Aku akan menanggung si kembar kecil, jangan khawatirkan mereka.” Rinjani berkata serius setelah keluar dari lift.

“Aku mengerti mereka terjadi karena kamu ingin membuktikan bahwa masih Sakila yang ada di hatimu. Sakila cemburu, aku adadi antara kalian meskipun masih ada suamiku tersayang.”

Nanang batal membuka kamar hotel yang dia pilih. Kamar dengan dua kasur untuk meminimalisir terjadinya sesuatu yang tidak aman pada jantung hati Rinjani.

“Kenapa kamu membahas itu di saat yang tepat?”

“Karena aku ingin kamu tahu, aku pun mengerti apa yang terjadi di rumah tanggamu!”

“Begitu saja kamu bangga, Ri!” Nanang mendorong pintu kamar hotel seraya membuka tirai jendela sebelum melepas sandal jepitnya lalu bersila di atas sofa.

“Sakila memang tidak ingin memiliki anak lagi setelah lulus kuliah agar kami bisa bergantian menjaga anak yang sudah ada karena selain kami kesulitan menjaga eksistensi perekonomian di luar rumah utama, kami sudah cukup puas dengan apa yang kami miliki.”

“Jadi apa yang aku ucapkan benar kan? Anjana dan Anjani adalah buah dari kerja keras kalian di suatu tempat setelah Sakila lulus kuliah.”

Nanang tergelak seraya manggut-manggut. “Setidaknya kami sudah berusaha untuk tetap utuh walaupun kamu tidak pernah mengusik kami waktu itu. Kecemburuan Sakila memang nyata adanya.”

Nanang tersenyum melihat tingkah polah Rinjani yang lebih ingin memandangi lukisan, pernak-pernik yang tak jauh berbeda dengan yang ada di rumah.

“Kamu tidak jadi istirahat, Ri?”

“Aku tidak bisa menahan rasa lapar di usiaku sekarang.” Rinjani meringis. “Mau makan sesuatu kamu biar ada kegiatan gitu?”

“Buah-buahan mungkin, dan soto ayam... dan menu dessert sehat.”

“Bagus... Buah-buahan segar lebih menutrisi tubuhmu daripada buah yang lain.”

“Buah apa maksudmu?” sentak Nanang, kaget banget tiba-tiba membahas buah yang lain. Wajahnya pun tidak tenang, lalu matanya mendelik tajam.

“Kamu jangan membahas yang aneh-aneh, Ri. Ingatanku sudah konek dengan maksudmu.”

Rinjani tergelak, menggoda Nanang agaknya sesuatu yang menghibur suasana karena pria itu harus merasakan hal yang sama. Hampir pingsan.

“Kita sudah cukup sama-sama sepuh untuk menganggap hal itu bukan masalah yang penting.”

Nanang mengibaskan tangannya. “Sudah terserah kamu saja. Aku mau tidur, jangan ganggu.”

“Okidoki.”

Pipi Nanang yang sudah agak kendur dan memiliki flek akibat sinar matahari itu mendadak tersipu. Okidoki... oke maksudnya. Jaman muda dulu suka begitu, memplesetkan kalimat biar seru dan ia melakukannya.

“Okidoki, Yang.” jawabnya ketika Rinjani menyuruhnya untuk mengirim SMS sebelum mereka berpisah di depan rumahnya.

“Kamu tidak melupakan kisah itu?”

Rinjani hanya tergelak seraya memesan makanan yang Nanang sebutkan, tetapi dia menambahkan satu poci teh tawar hangat. The only one, minuman kesukaan Nanang dari jaman dulu. Mungkin setelah bersama Sakila ada yang berubah, tetapi menurutnya tidak. Teh tawar masih menjadi sebuah kegembiraan baginya diusianya kini...

“Kenapa kamu kaget begitu?” ucap Rinjani.

Nanang menggoyangkan jemari kakinya. Hampir salah tingkah. “Aku hanya mengira itu tidak penting lagi bagimu setelah Masku sangat mencintaimu.” akunya jujur. Yah, dicintai seorang Kaysan Adiguna Pangarep sudah pasti akan membuat seorang juliet akan bertekuk lutut dan menganggap mantan kekasih terdahulu hanyalah remahan rengginang.

Rinjani duduk di tepi ranjang. Senang Nanang memilih kamar twin bed, itu terbukti dari detak jantungnya yang stabil.

“Apa yang akan kamu lakukan untuk membuat hubungan kita dulu tidak berakhir?”

Nanang mengerjapkan mata. Suara Rinjani memang tidak mendesak, tapi pernyataannya terlalu mencolok relung hatinya.

“Jawab saja.” Rinjani tersenyum. “Tiga puluh tahun lebih kejadian itu masih teringat jelas di kepalaku. Kamu cinta pertamaku, tetapi karena Mas Kaysan, cinta pertamaku menjadi tidak sempurna. Maaf.”

Nanang mengelus rahangnya, gusar... Tiga puluh tahun lebih waktu yang sudah sangat lama, tetapi dia masih ingat waktu mereka bertengkar meributkan kebohongan yang sering ia lakukan demi menutupi jati dirinya dan melindunginya dari kecaman sang ayah.

“Aku akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Mas Kaysan kepadamu. Tetapi keberanianku tidak sebesar dirinya. Aku hanya...”

“Anak siri?” sahut Rinjani. “Bagaimana denganku waktu itu? Bukankah aku lebih buruk darimu.”

“Ri...”

“Harusnya kamu mengungkapkan saja, aku kan jadi tidak sebel sama kamu dan aku bisa tahu diri.” Rinjani mendengus, “Situ malah bohong terus, sok sibuk, ilang-ilangan. Memang cewek suka digituin?”

“Ri...”

“Pingsan saja sana, nanti aku kasih cabai mulutmu!”

Nanang menyentuh dadanya, tidak mungkin pingsan sekarang, tidak mungkin... tetapi napasnya pendek-pendek.

“Aku harus keluar.” katanya cepat.

“Tidak perlu. Kamu hanya perlu menangkal omonganku dengan sedikit kesabaran.”

Nanang meringis. “Kamu aneh.”

1
'Nchie
nanang cilik😂😂
Jony Brya
aku lagi cari Istri
nisa
ini beneran udah tamat kak? kok berasa kurang aq.. 🤭🤭
Pricy
rinjanii 😫😫
desifa
lho... tamat ini ya kakak author?
Ria Ayu
beneran udah sampe sini aja mbak? gk ada kelanjutannya lagi ini?
Windy Veriyanti
on the way Nanang Rinjani bobok bareng...
Teh yan"
dikit banget mbak selvi..lanjut atuh biar tambah gereget...usia senja bukan penghalang utk saling memiliki.cinta yg semula hilang akan datang lagi seiring waktu berjalan ..hati hanya utk mas kay pun buat sakila ..hidup hrs berlanjut..bahagiakan diri kalian ...babak selanjutnya apakah nanang bisa kuat brp ronde 🫣🫣
Dapur Ramadhani
closer
bundanya Fa
awal mula. gegara kucing juga bisa jd 1 bab di tangan penulis handal. dan aq juga menikmatinya. pdhl intinya kan hanya ingun berdua saja. 🙂
Raisa Kalyna
jangan ditamatin dulu ya Vi... please lanjutin lagi
bunda dad
uluhh uluhhh... so sweet dijamanya 😘
shafira 🥰
ojok suwe² yoo up thorrrrrr...... 🥺🥺🥺🥺🥺🙏🙏🙏🙏🙏
Umine LulubagirAwi
ada2 om nanang,mau tdr sekmr dg mb jai mlah bwa kucing. yoo mb.jani ga mau lah. 😂😂🤭
Liez Zie
Penasaran sama kelanjutannya.... Smoga bisa lebih sering update yaah othor yg baik hati
suminar
😚😚😚😚😚
yunov
gak usah malu loh Ri...
choowie
ngalah dong Nang...Jani cuma mau berdua sama kamu tanpa kucing😁
Khoirun Ni'mah
aq berharap mereka unboxing saat itu juga biar mereka bisa menyatu
ᗩGEᑎᑕY🍀 𝐙⃝🦜
bodyguard akeh wis angel Iki🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!