Raeesha gadis dingin ,pendiam badgirl ,urakan dan juga ahli beladiri .
Anak pertama yang di asingkan bahkan di anggap sampah oleh keluarganya , gadis penuh luka yang mencoba menutup lukanya sendiri.
Sayangnya dia harus meregang nyawa di tangan ayah kandungnya sendiri hanya karena adik tirinya yang tidak suka akan keberadaannya di rumah mereka , Raeesha yang mengira akan masuk ke akhirat ternyata memasuki tubuh seorang wanita yang menjalani kehidupan pahit dalam bilik rumah tangga , wanita yang terobsesi dengan suaminya sendiri tanpa perduli dengan kebencian dari suaminya.
akan kah Raeesha mampu mempertahankan kehidupan keduanya ? dan menemukan kebahagiaannya ?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
...✨✨✨...
Sinar mentari pagi mulai menyusup melalui sela-sela jendela kamar milik Ruby, di atas ranjang king size miliknya Ruby masih tertidur pulas setelah semalaman begadang menyusun rencana untuk membalas perbuatan om dan tantenya.
Hingga beberapa saat kemudian tidur yang damai tersebut terganggu dengan suara dering ponsel miliknya.
Drrrtt. Drrrtt. Drrrt.
Dengan mata yang masih terpejam Ruby berusaha mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas samping tempat tidur.
Tanpa melihat siapa yang menghubunginya dia langsung menjawab panggilan telfon itu.
Klik.
"Halo." sapa Ruby dengan suara seraknya khas bangun tidur.
"Sayang, mamah sama Delvin sedang menuju rumah kamu. kamu masih di rumah, kan?"
Mendengar nada lembut dari seberang telfon, Ruby langsung membuka kedua matanya dia terkejut saat melihat nama mamah mertuanya ada di layar ponsel.
Buru-buru Ruby kembali menempelkan ponselnya ke telinga.
"Masih, Mah. Aku baru bangun tidur," sahut Ruby merasa malu dengan jawabannya sendiri.
Setelah Valeri menjawab panggilan pun berakhir, dia bergegas bangun dan menuju kamar mandi untuk bersiap melakukan ritual paginya.
Selang beberapa menit kemudian Ruby telah selesai dengan acara mandi dan berpakaiannya, tak lupa dia mencepol rambut panjangnya agar terlihat lebih rapi.
Setelahnya dia turun menuju lantai satu untuk menyambut kedatangan Valeri dan Delvin, pakaian yang Ruby kenakan masih pakaian rumahan dia berniat ganti baju lagi nanti saat dia akan pergi ke butik agak siangan.
Tap. Tap. Tap.
Ruby menuruni tangga, lalu dia berjalan menuju dapur dimana para maid berada.
"Bi, tolong siapin minum buat tiga orang sama camilan terus bawa keruang tamu yah," pesan Ruby pada pelayan yang sedang di dapur.
"Baik, Nona," jawab mereka serempak.
Ruby kembali meninggalkan dapur dan berjalan menuju pintu mansion, baru saja Ruby tiba di teras mobil mamahnya sudah ada di halaman rumah, Ruby bergegas menghampiri mereka yang baru turun dari mobil.
"Mamah, udah lama sampainya?" tanya Ruby saat sampai di hadapan Valeri.
Valeri tersenyum lembut, dia mengelus rambut Ruby dengan sayang, "Belum kok, Mamah sama Delvin, juga baru sampai."
Ruby menangguk, dia lalu mengajak mamah dan adik iparnya masuk ke dalam rumah.
Beberapa menit kemudian mereka telah tiba di ruang tamu kediaman Ruby, Valeri dan Ruby duduk di sofa sedangkan Delvin dia langsung meminta izin untuk bermain game di ruang keluarga yang bersebelahan dengan ruang tamu, dia tidak ingin menjadi nyamuk di antara pembicaraan kakak ipar dan mamahnya.
"Sayang, bagaimana kabar kamu selama ini?" ucap Valeri membuka pembicaraan.
"Aku baik-baik aja, Mah. ngomong-ngomong papah nggak ikut, Mah?" ujar Ruby merasa heran sebab biasanya papah mertuanya selalu ikut jika mengunjungi dirinya.
Valeri tersenyum tipis, "Papah lagi ada kerjaan di luar kota, makanya dia nggak ikut kesini."
Ruby mengangguk paham, hingga tiba-tiba kedua tangan Ruby di genggam secara halus oleh mamahnya, dia mendongak menatap kedua netra mamah mertuanya yang sedang menatapnya penuh kasih sayang.
"Ruby, Mamah ingin tau apa kamu benar baik-baik saja?"
Pertanyaan biasa yang keluar dari bibir Valeri mampu menggoyahkan perasaan Ruby menjadi porak poranda, entah sejak kapan kedua netranya mulai terasa panas.
Dia menatap Valeri dengan perasaan campur aduk, rasa sedih atas kehilangan sahabatnya dan sakit saat melihat papahnya kemarin bercampur menjadi satu.
Valeri merengkuh tubuh Ruby dan memeluknya dengan erat, kedua matanya mulai berkaca-kaca melihat Ruby menunjukan sosok rapuhnya.
"Sayang, nggak papa kalo kamu mau mengeluh keluarkan semua perasaan yang membuat kamu merasa sakit," ujar Valeri lembut, dia menepuk-nepuk punggung Ruby pelan.
Bagaikan sihir, ucapan Valeri mampu mendobrak seluruh luka yang selama ini Ruby simpan sendiri, dia membalas pelukan Valeri dan menangis dalam diam dia menumpahkan segala rasa yang selama ini menghimpit perasaannya baik di kehidupan sebelumnya mau pun di kehidupan saat ini.
Valeri dengan telaten mengelus rambut Ruby, perasaannya ikut sakit melihat gadis yang dia sayangi menangis seperti itu.
"Sayang, meski pun kamu bukan lagi istri Lucas tapi kamu tetap putri Mamah, sampai kapan pun Mamah selalu ada di pihak kamu. jangan pernah merasa kalau di dunia ini kamu sendirian," nasehat Valeri hanya di respon anggukan kecil oleh Ruby.
Mereka berdua larut dalam kesedihan masing-masing, sedangkan Delvin yang melihat kedua orang yang paling dia sayangi menangis ikut merasa sedih.
Di dalam hatinya Delvin berjanji akan menjaga mereka berdua dengan baik, bahkan jika dia harus melawan abangnya sendiri dia tidak akan keberatan. Beberapa menit berlalu, Ruby mulai tenang dia melepas pelukannya pada Valeri.
"Makasih, Mah. aku merasa lebih baik sekarang," ujar Ruby dengan mata sembab serta hidung yang memerah.
Valeri menyingkirkan anak rambut milik Ruby yang menutupi wajahnya, dia tersenyum tulus pada Ruby.
" Dari awal Mamah yang salah karena meminta kamu menjadi istri anak mamah yang brengsek itu, tanpa mamah sadari mamah ikut andil dalam melukai kamu sayang."
Ruby terkekeh pelan, "Mamah nggak salah kok, semua sudah takdir yang harus aku jalani."
Valeri kembali merengkuh tubuh Ruby, dia sangat menyayangi Ruby dengan tulus bahkan Valeri awalnya berpikir akan menikahkan Ruby dengan Delvin jika Lucas terus menolak, namun di cegah oleh suaminya dengan alasan umur Delvin masih terlalu muda.
"Jadi .amah udah tau semuanya?" pertanyaan Ruby di angguki oleh Valeri.
"Maaf karena kemauan Mamah yang egois kamu harus menderita, mulai sekarang Mamah mau mendukung semua keputusan kamu apa pun itu," ujar Valeri tersenyum lembut.
Sedangkan Delvin yang baru sampai ke ruang tamu, ikut nimbrung di obrolan mereka berdua.
"Bener tuh, Kak, aku yang bakal jagain Kakak sama Mamah jadi Kakak nggak usah pikirin bang Lucas lagi. Kakak juga harus kejar kebahagian Kakak, aku yakin masih banyak orang yang sayang sama Kakak."
Mendengar ucapan Delvin senyum Ruby kembali terbit, "Makasih, Vin, dan buat Mamah aku selalu bersyukur memiliki keluarga seperti kalian."
Mereka bertiga larut dalam pembicaraan yang hangat, Ruby sangat menikmati suasana tersebut yang membuatnya merasa tentram di antara Delvin dan mamahnya.
...____________...
Di sisi lain Cruelest Devil sedang melakukan pengintaian di daerah kekuasaan ZD atas perintah Ardelio.
Satria dan Seno yang bertugas sebagai pemimpin kelompok mulai mengajak semua anggotanya untuk menyelinap masuk ke dalam markas, mereka tidak akan menyerbu jika keadaan tetap stabil.
Mereka hanya ingin membawa kembali mata-mata yang telah mereka masukan ke sana, sebab setelah berkomunikasi terakhir kali dengan mata-mata tersebut sampai kini tidak ada kabar apa pun lagi yang mereka dapat.
"Bang, lo yakin mereka belum tau kedatangan kita?" tanya Seno sedikit cemas.
Satria mengangguk tegas, "Aman, lo tenang aja."
Di tengah pengintaian mereka melihat Hansen memasuki markas ZD, tak ingin melewatkan hal tersebut mereka berdua membagi anggotanya menjadi dua.
Tiga orang ke arah utara dan dua orang ke arah timur, yah mereka hanya berjumlah lima orang itu pun sudah lebih dari cukup.
Seno dan Satria mengendap-endap menuju samping pintu, untungnya penjagaan di sana sedikit longgar hal itu memudahkan mereka untuk menyelinap. Saat mereka berdua telah tiba di samping pintu mereka dapat mendengar dengan jelas pembicaraan orang di dalam markas tersebut yang seperti ini.
"Bagaimana respon tuan ZD?" tanya Hansen pada rekannya yang memakai topeng berwarna hitam.
"Tentunya dia marah, bukankah sejak awal kau juga tau apa kemauannya? dia menginginkan harta dan juga gadis itu menjadi bidak caturnya."
"Tentu saja aku tau tapi mau bagaimana lagi, dia sudah lepas dari jangkauan tuan besar." Sahut Hansen.
"Ck sialan, kau juga bodoh Hansen harusnya kau bisa menyetir gadis itu agar menurut denganmu, bukannya malah kau kalah dengan gadis yang masih bau kencur."
Orang-orang di dalam markas tersebut mengunakan topeng jadi Seno dan Satria tidak tau siapa orang yang berbicara dengan Hansen.
Seno menoel lengan Satria hingga dia menoleh, Satria menaikan satu alisnya seolah bertanya 'Apa'.
"Suaranya kaya nggak asing, benar nggak bang?" ujar Seno pada Satria.
"Lo benar, gue juga merasa seperti udah pernah denger suara itu tapi gue lupa dimana," sahut Satria yang terus memperhatikan orang tersebut.
Seno mengangguk setuju, mereka kembali mendengarkan pembicaraan orang tersebut hingga mereka mendengar hal yang sangat mengejutkan terlontar dari ucapan orang-orang itu.
"Kita harus membunuh gadis itu secepatnya, dia satu-satu kunci yang bisa membuat kita semua hancur ," ujar pria yang berdiri di hadapan Hansen.
"Kau gila, jika kita membunuhnya maka tuan besar akan marah kau ingin mati hah!" sahut pria yang tak lain adalah Hansen.
"Kau salah sobat, kita bisa memanipulasi semuanya menjadi sebuah tragedi yang menyeret nama gadis itu," lanjut pria tersebut
"Caranya?" Hansen merasa bingung dengan ucapan rekannya itu.
Namun pertanyaan Hansen tidak mendapat jawaban dari pria itu, dia hanya menampilkan senyum aneh yang membuat Hansen bergidik ngeri.
Di luar Seno dan Satria langsung paham jika mereka mengincar Ruby, sesaat sebelum mereka pergi mereka mendapat kabar dari anggotanya yang mengatakan jika mata-mata yang mereka kirim telah di habisi oleh ZD.
"Sen, cabut kita perlu kabarin Ardelio tentang ini," ajak Satria yang di angguki Seno.
Mereka bergegas meninggalkan tempat tersebut sebelum ada yang mengetahuinya.
bener bener ya kasian banget GK ada bahagia nya sama sekali..
nyesek amat thor 😭😭
percuma transmigrasi v ujung nya meninggoy juga...
ceritanya sangat seru dan x terduga.banyak alur yg bikin pusing sana sini tetapi rasa nk baca lagi. depat tengok disini bayak pengorbanan, pengajaran dan perjuangan tokoh utama dalam menuntut bela. walau dihancurkan berkali kali dgn harapan. tetapi tetap berharap akan kebahagiaan.