Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 25: Pembunuh Bertangan Dingin
Beberapa hari kemudian, Mo Wei kembali ke ibukota dan segera pergi menemui Nangong Zirui di Istana Qihua. Saat itu, kondisi Li Fengran sudah membaik walaupun tubuhnya terkadang merasa lelah dan beberapa kali batuk darah.
“Yang Mulia, berdasarkan hasil penyelidikanku, orang yang paling mungkin meracuni Pemangku Pedang sebelum pergi ke istana adalah Li Shiyu, putri pertama Tuan Besar Li Yan.”
Mendengar penuturan tersebut, Li Fengran yang saat itu berdiri di samping kiri Nangong Zirui langsung mengernyitkan dahi. Menurut keterangan Xiang Wan, Li Shiyu ini adalah putri kandung dari Li Yan, Tuan Besar Dongchuan yang membesarkannya.
Li Yan mengangkat Li Fengran sebagai putrinya saat Li Shiyu belum lahir. Otomatis, Li Fengran adalah kakak dari Li Shiyu.
Namun karena Li Fengran lebih dulu mendampingin Li Yan, Li Shiyu memusuhinya secara alami. Li Shiyu tidak suka pada Li Fengran karena Li Fengran telah merebut semua kasih sayang ayahnya.
Padahal, Li Yan selalu memperlakukan mereka dengan adil. Rasa iri dan dengki yang dimiliki Li Shiyu terhadap Li Fengran menjadikan hubungan mereka terlihat baik di permukaan, namun sebetulnya sangat buruk. Xiang Wan bahkan mengatakan kalau Li Shiyue ini sering menindasnya saat kecil ketika Tuan Besar Li Yan tidak ada di Dongchuan.
“Kabarnya, Li Shiyu sempat menangis dan memohon pada Tuan Besar Li Yan dan menginginkan pergi ke ibukota untuk mengikuti kompetisi pemilihan. Namun, sifat Li Shiyu yang ceroboh dan pendengki ini juga diketahui oleh Tuan Besar Li Yan, sehingga dia khawatir Li Shiyu akan membuat masalah dan merugikan Dongchuan. Oleh sebab itulah dia tetap memutuskan Nona Li Fengran yang mewakili Dongchuan. Itu karena meski Nona Li tidak berbakat, sikapnya jauh berbeda dengan Li Shiyu.”
Di akhir kalimatnya, Mo Wei melirik Li Fengran dengan tidak yakin. Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, sifat Li Fengran jelas-jelas sangat bertolak belakang dengan yang dikatakan oleh informan di Dongchuan.
Bisakah seseorang merubah karakternya dengan begitu cepat? Atau, Li Fengran justru menyembunyikan sesuatu dan inilah wajahnya yang sebenarnya?
Nangong Zirui pada saat itu hanya menanggapi dengan kata ‘oh’ tanpa tambahan. Ia sudah menduganya, bahwa orang yang paling mungkin meracuni Li Fengran adalah orang dari Dongchuan sendiri. Tabib Hong mengatakan racun di dalam tubuh Li Fengran sudah menumpuk dan hampir merenggut nyawa, itu artinya Li Shiyu sudah lama meracuninya.
Akibat kebenciannya itu dan rasa tidak terima perihal pengutusan Li Fengran, Li Shiyu bisa jadi telah menambahkan dosis besar dan tahu bahwa Li Fengran mungkin mati saat pemilihan.
Jika Li Fengran mati, maka Li Shiyu yang akan menggantikannya. Tapi, dia sama sekali tidak tahu jika Li Fengran mati, maka Dongchuan akan jatuh.
Nangong Zirui juga tidak akan mengangkatnya menjadi selir walaupun itu merupakan keinginan mendiang Ling Sui. Keputusan Li Yan yang tetap mendelegasikan Li Fengran menurutnya sangat tepat.
“Xiao Feng, kamu ingin mengekspos kejahatannya dan menghukumnya?” tanya Nangong Zirui. Karena ini adalah masalah keluarga, maka Li Fengran sendiri yang harus memutuskannya. Nangong Zirui dengan senang hati meminjamkan pisaunya untuk membunuh wanita itu.
“Karena dia sangat membenciku dan iri padaku, aku justru ingin melihat seperti apa ekspresinya saat melihatku berdiri di samping Raja sebagai Pemangku Pedang.”
Nangong Zirui mengangguk setuju. Li Fengran ini pandai berdalih, banyak akal pula. Ia yakin wanita ini punya rencananya sendiri. “Baiklah. Aku akan memberimu satu kesempatan pada perjamuan Empat Wilayah tiga hari kemudian.”
“Yang Mulia, mengapa kamu ingin mengadakan perjamuan? Istrimu itu baru saja meninggal! Aku pikir Yang Mulia masih ingin berkabung untuknya,” decak Li Fengran.
“Bukankah kamu ingin melihat bagaimana caraku menunjukkan kekuatan?”
“Maksud Yang Mulia, Yang Mulia ingin menggunakan perjamuan untuk merebut kembali otoritas khusus dan kendali kekuasaan?”
“Ya.”
“Woah, itu pasti akan menjadi perjamuan yang seru.”
“Kita lihat saja nanti.”
Nangong Zirui kemudian memanggil Wang Bi dan menyuruhnya menyiapkan perjamuan bersama kasim lain. Dia juga mengutusnya untuk menyebarkan undangan ke kediaman-kediaman bangsawan Donghao. Sementara itu, Li Fengran disuruh untuk kembali ke Istana Changsun dan jangan pergi ke manapun sampai Nangong Zirui memanggilnya.
Pada saat ini, hanya tinggal dirinya dan Mo Wei di dalam aula. Nangong Zirui menatap lekat Mo Wei dan menunjukkan warna aslinya sebagai seorang raja. Mo Wei segera betekuk lutut, menyerahkan sebuah dokumen yang ia selipkan di bajunya. Itu adalah sebuah laporan rahasia.
“Yang Mulia, di antara ketiga wilayah yang dicurigai, Zichuan terkonfirmasi memiliki kekuatan yang paling besar. Beberapa hari lalu, pengintai mengirim laporan terkait situasi militer di utara Zichuan yang menjadi basis pelatihan militer. Jumlah pasukan yang dilatih di tempat itu berkisar sampai lima ribu orang.”
Selain menjadi pengawal pribadi Raja Donghao, identitas lain yang dimiliki Mo Wei adalah Komandan Pengawal Pasukan Rahasia, yang selain melindungi raja, dia juga bertugas memimpin pasukan elit dan menghimpun informasi dari seluruh penjuru Dongchuan.
Semua laporan dari informan rahasia akan sampai padanya dan dilaporkan secara langsung pada Nangong Zirui. Mo Wei tampak bodoh dan ceroboh, namun dia punya sisi lain yang hanya ditunjukkan di depan rajanya. Selain Wang Bi, tidak ada orang lain yang mengetahuinya.
Nangong Zirui pada saat itu terkekeh. Dia menyimpan laporan rahasia itu di bawah mejanya, kemudian beranjak dari kursinya. Dia berjalan menuju jendela yang terbuka, yang mengalirkan udara segar dan pemandangan di kolam ikan kesayangannya.
Seorang pelayan tampak sedang menaburkan pakan ikan sambil berjalan mengelilingi kolam tersebut, tak sadar jika dirinya sedang ditatap oleh raja selama beberapa saat dari dalam aula istana.
“Ambisi Zichuan selalu sebesar itu. Bahkan saat Ibunda melakukan kesepakatan pun, Zichuan adalah satu-satunya yang meminta keuntungan lebih,” ucap Nangong Zirui.
Ia mengenang kembali bagaimana cara ibunya menyatukan kekuasaan untuk dijadikan pijakan dirinya, dan ia sangat menyesalkan itu. Pada awalnya, jika seseorang memiliki kualifikasi yang lebih baik darinya sebagai calon raja, Nangong Zirui akan sukarela memberikan takhtanya.
Namun, ibunya justru melakukan banyak hal tanpa sepengetahuannya. Nangong Zirui dulu tidak berniat menyingkirkan para saudara yang ingin mencuri takhta, melainkan mengasingkan mereka dan mengawasi mereka sampai mati karena ambisinya sendiri. Tetapi, ibunya telah meminjam tangan orang lain dan membuat semua saudaranya mati tidak lama setelah dirinya naik takhta.
Itu sebabnya pada awal pemerintahannya, banyak orang membencinya dan menganggapnya sebagai raja yang kejam. Ditambah dengan yang dialami Ling Sui, citranya sebagai raja tidak berperasaan semakin mengakar. Nangong Zirui baru dapat menaikkan nama baiknya setelah dua tahun naik takhta dan rakyat mulai merasakan kasih sayang dan kerja kerasnya.
Nangong Zirui benci dikendalikan. Dia membangun kekuatannya sendiri dan perlahan berhasil melepaskan diri dari pengaruh ibunya. Ibunya memang tidak memaksa ikut campur, namun segala sesuatu yang terjadi pasti akan sampai ke telinganya dan ia akan ikut bertindak.
“Lalu, apa langkah Yang Mulia selanjutnya?”
“Ikan yang payah dan berambisi biasanya ceroboh. Dia akan memakan umpan yang aku kaitkan pada kail,” Nangong Zirui menjawab sembari terus menatap kolam ikan.
“Jadi, perjamuan itu sudah Yang Mulia atur sesuai keinginan dan tujuan Yang Mulia?”
Nangong Zirui mengangguk.
“Cari tahu apa yang dilakukan Shen Lihua akhir-akhir ini!”
Mo Wei akhirnya mengerti. Dia kemudian pergi dari aula, meninggalkan Nangong Zirui seorang diri. Sang Raja masih berdiri di tempatnya seperti tadi, ingatannya melayang menghampiri semua kejadian di masa lalu. Saudaranya mati, Empat Wilayah ingin memberontak, kematian Ling Sui, semuanya berputar dengan sangat jelas dalam otaknya.
Ia kemudian bergumam pelan, “Li Shiyu dan Shen Lihua, mungkin akan menjadi pembunuh bertangan dingin seperti Ibunda.”