Sungguh kesialan bagi gadis yang bernama Lestari karena dia harus menikah dengan gurunya sendiri yang bernama Mattew. Guru killer yang sangat di benci Lestari.
Semua itu berawal saat mereka kepergok bermesraan oleh seorang pria paruh baya di dalam mobil saat hujan deras. Pria paruh baya itu tidak lain adalah Paman Lestari sendiri.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
Mengingat Mattew juga mempunyai kekasih yang sangat di cintainya, di tambah lagi Lestari masih sekolah. Akhirnya mereka sepakat untuk menyembunyikan pernikahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama
KRING!!!
Bel sekolah berbunyi panjang, bertanda kalau waktu belajar sudah habis. Seluruh siswa keluar dari kelas masing-masing. Raut wajah para siswa ada yang terlihat lesu karena hari ini mendapatkan nilai tidak memuaskan, ada juga yang ceria karena habis di tembak gebetan, dan ada juga yang sedang galau karena habis putus sama pacar, dan masih banyak ekspresi wajah lainnya. Masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah, setiap harinya selalu ada cerita yang menarik dan sangat asyik.
Lesta berjalan di koridor sekolah dengan langkah yang gontai terkesan malas karena hari ini adalah hari pertamanya mendapatkan tamu bulanannya. Mood-nya berantakan, di tambah lagi perutnya sangat sakit karena kram. Dia mendapatkan tamu bulanannya saat jam istirahat sekolah tadi.
“Aduh, sakit banget ...” keluh Lesta meringis sambil memegangi perutnya yang terasa kram. “Ya ampun ... bisa pulang nggak ya?” gumam Lesta lagi sambil terus melanjutkan langkahnya menuju parkiran sekolahan.
Lesta berusaha menguatkan diri agar bisa pulang ke rumah, meski harus menahan rasa sakit yang luar biasa di area perutnya. Lesta mengendarai motor matic-nya dengan kecepatan sedang dan sangat hati-hati agar selamat sampai tujuan.
Sedangkan Mattew sendiri saat ini masih berada di ruang guru, dia baru saja selesai rapat dengan guru lainnya, membahas ujian nasional yang akan dilangsungkan 2 minggu lagi. Selesai rapat, dia langsung pulang, karena dia sudah tidak sabar memberikan pelajaran kepada istrinya yang sudah berani berdekatan dengan pria lain yang tak lain adalah Sam.
*
*
Satu jam lebih mengendarai motor dengan penuh perjuangan. Akhirnya Lesta sampai di garasi rumah mertuanya. Gadis tersebut sudah tampak pucat, dan keringat dingin bercucuran di kening dan pelipisnya. Beruntung di garasi sana ada seorang sopir yang memperhatikannya,
“Kenapa, Les? Lagi sakit?” tanya Pak sopir yang usianya lebih tua dari pamannya.
“Sakit perut, Pak. Bisa bantu saya ke paviliun?” pinta Lesta dengan lirih sambil menunduk memegangi perutnya yang semakin sakit.
Melihat Lesta yang kesakitan tentu pak sopir tidak tega melihatnya, akhirnya dia membantu gadis berseragam putih abu-abu menuju paviliun.
“Gendong belakang, Pak. Nggak bisa jalan.” Lesta memohon, karena kedua kakinya terasa lemas dan bergetar.
Tanpa banyak kata, pria tersebut menuruti dan menggendong Lesta di punggungnya menuju paviliun. Tapi, saat melintas di ruang keluarga, langkah kakinya terhenti saat ada Melisa yang menegurnya.
“Lesta kenapa, Pak?” tanya Melisa mendekati sopirnya, dan raut wajahnya sangat cemas saat melihat Lesta tidak berdaya di gendongan sopirnya.
“Katanya perutnya sakit, Nyonya. Kasihan sampai pucat dan nggak bisa jalan,” jawab Sopir tersebut apa adanya.
“Bawa ke kamar Mattew saja. Tolong ya, Pak. Aku akan memanggil dokter,” pinta Melisa dan diangguki oleh sopirnya.
Melisa segera meraih gagang telepon yang ada di ruang keluarga, ia menghubungi dokter keluarga agar datang dan memeriksa Lesta.
“Mattew bagaimana sih?! Kenapa dia sampai nggak tahu kalau Lesta sedang sakit dan lebih parahnya lagi membiarkan Lesta pulang sendirian!” Melisa gregetan sendiri dengan putranya, kemudian ia segera menuju ke kamar Mattew yang ada dilantai atas setelah selesai menelepon dokter keluarga.
Sampai di kamar putranya. Melisa berterima kasih kepada sopirnya, dan tidak lupa menyuruh sopirnya memanggil Bi Darmi agar membuatkan teh hangat untuk Lesta.
“Lesta, kamu kenapa?” tanya Melisa sambil melepaskan sepatu dan kaos kaki yang melekat di kedua kaki menantunya.
“Perutnya sakit, hari pertama datang bulan, Nyonya,” jawab Lesta lirih, masih memegangi perutnya yang sakit sambil memejamkan kedua mata dan meringis sakit.
“Apa setiap haid seperti ini?” Sebagai seorang wanita dia tentu merasa cemas dengan keadaan Lesta. Dia juga merasakan hal yang sama seperti menantunya, jika mendapatkan haid pertama rasanya kayak mau pingsan karena perut dan seluruh badannya terasa sangat sakit.
Tidak berselang lama, Mattew sampai di rumahnya dengan santainya. Pria tersebut tidak mengetahui kalau istrinya sedang sakit.
“Tuan, kok baru pulang?” tanya sopir kepada Mattew yang baru keluar dari mobil.
“Iya, tadi rapat dulu,” jawab Mattew seraya menatap motor Lesta yang terparkir di garasi, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju kamar. Dia sudah mempersiapkan hukuman yang akan di berikan kepada Istrinya, akan tetapi saat sampai di dalam kamarnya dia terkejut saat mendapatkan lemparan sendal dari ibunya.
“Mami!” Mattew terkejut dan segera menghindar ketika Melisa akan melemparkan sandal ke arahnya lagi.
“Apa?! Dasar anak luknut!!! Istri lagi sakit malah nggak peduli!!! Mau di sunat lagi kamu biar nggak bisa anu-anu sama Lesta!!!” geram Melisa pada putranya yang masih berada di ambang pintu kamar, menghindari amukannya.
****
Siapa yang mengalami hal yang kayak Lesta? Setiap hari pertama haid sakitnya luar biasa🥺😩
