"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. Asmara Loka
...Menghakimi tanpa tahu apa yang terjadi...
...🍁...
Malam semakin larut , Cahaya bulan terlihat menembus celah kamar Asmara yang sedikit berongga, Memberikan setitik cahaya pada kamar yang begitu gelap gulita.
Asmara terbangun, begitu terkejut mendapati dirinya tidur begitu saja, bahkan tidak menyalakan lampu penerangan di kamarnya.
"Astaga jam berapa ini !" Keluh Asmara yang bisa-bisanya dia tidur begitu saja.
Mungkin itu semua karena tubuh Asmara yang terlalu lelah, juga karena sebelumnya Asmara merasakan sesak di dada, akibat perdebatan dirinya dengan Bima , agaknya hal itu membuat pikiran Asmara harus kerja paksa untuk meredamnya.
Hingga tanpa terasa Asmara tertidur begitu saja.
Waktu menunjukkan pukul 22.35 , Sudah hampir tengah malam ketika Asmara menyalakan lampu kamarnya.
Asmara yang belum sempat melaksanakan kewajiban nya segera menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan kewajiban yang sempat tertunda.
Dia hamparkan sajadah panjang yang biasa dia kenakan, bersimpuh dengan penghambatan yang teramat dalam, memohon kemudahan dari setiap kesulitan.
Setelah cukup bermunajat, Asmara bangkit dan merapikan mukena serta membereskan sajadah yang sebelumnya dia gunakan.
Tujuan Asmara saat ini adalah melihat dimana sang putri berada, tentu hal itu karena sebelumnya dia meninggalkannya Senja pada Loka begitu saja.
Dengan tergopoh-gopoh Asmara berlari menuju kamar putrinya. Begitu pelan Asmara membuka Handel pintu kamar itu, tentu karena tidak ingin membangunkan putrinya.
Pemandangan pertama yang dia lihat ketika memasukinya adalah wajah teduh senja yang tertidur dalam pelukan Loka.
Melihat itu sungguh membuat hati Asmara bahagia sekaligus terluka.
Bagaimana tidak , disaat yang sama justru Loka lah yang memberikan kebahagiaan pada putrinya, meski ayah yang selalu dinantikannya juga ada, namun entah mengapa sosok dan peran ayah itu menghilang begitu saja dari tubuh Bima.
Asmara mengatupkan kedua bibirnya, berusaha tidak menciptakan suara meski batinnya meronta ronta.
Isak tangis berusaha dia tahan sebisa mungkin, melihat pemandangan di hadapannya yang teramat membingungkan.
"Asma !" Lirih Loka
"Oh. Maaf. Aku membangunkan mu " Sesal Asmara dengan mengusap sisa-sisa air mata nya.
Loka hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kepala.
Perlahan Loka meletakan kepala senja di bantal, karena sebelumnya Senja bersandar pada bahu nya.
Pelan namun pasti Loka menuruni tempat tidur Senja yang tergolong sangat sempit untuk ukuran Loka.
Keduanya sepakat untuk berbicara di luar kamar Senja, mengingat mungkin saja Senja akan kembali terjaga jika mendengar perbincangan diantara keduanya.
"Maaf aku tadi ketiduran" Loka.
"Tidak papa mas, Justru aku yang seharusnya meminta maaf, karena telah meninggalkan senja begitu saja, sehingga membuatmu kerepotan mengurusnya"
Tawa kecil terlihat dari bibir Loka, Asmara selalu merasa tidak enak hati bahkan untuk hal-hal kecil seperti ini.
Namun tidak heran kenapa hal itu terjadi, tentu alasannya karena Asmara selalu terbiasa mandiri mengurus ini dan itu sendiri tanpa bantuan keluarga bahkan sosok suami.
"Ohya mas, Maaf atas keributan sebelumnya" Asmara
Loka tampak menautkan kedua alisnya, terlihat guratan-guratan halus di keningnya.
"Santai saja, kau tidak perlu merasa sungkan Asma"
Asmara tampak menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
"Sepertinya sudah sangat malam, sebaiknya mas Loka menginap saja"
Loka tampak berfikir sejenak atas tawaran yang di berikan Asmara, sejujurnya selain lelah dia juga tidak cukup yakin mengambil resiko untuk pulang sendirian, Terlebih Loka sempat merasakan bagaimana roda mobilnya tergelincir hingga membuat dirinya terpaksa mendapatkan perawatan dari Asmara waktu itu.
"Em. Baiklah" jawab loka singkat.
Agaknya Asmara merasa tidak tega untuk meminta Loka kembali tidur dikamar putrinya, meski sebenarnya bisa saja, dia membawa Senja untuk tidur bersama nya, namun meski senja bersama nya, ukuran kamar senja jauh lebih kecil dan lebih sempit untuk ukuran orang dewasa seperti Loka.
"Aku akan tidur di kamar pasien saja"
Mendengar hal itu seketika Asmara menghembuskan nafas lega, baru saja kalimat itu ingin dia katakan , Beruntung Loka lebih dulu mengatakan.
"Oh baiklah, aku akan bereskan dulu mas, tunggulah sebentar "
Asmara berjalan cepat menuju kamarnya, meraih Bad Cover dan selimut untuk di jadikan alas agar lebih hangat dan juga tentu selimut untuk Loka gunakan.
Udara malam ini cukup dingin, sehingga dia tidak tega membiarkan Loka tidur beralaskan karpet kamar pasien begitu saja.
Setelah selesai dengan tugasnya, Asmara kembali meminta Loka untuk segera beristirahat. Mengingat malam semakin larut dan tentu keduanya butuh untuk segera beristirahat.
"Mas, Maaf mungkin sangat tidak nyaman"
Asmara begitu merasa tidak nyaman membiarkan Loka tidur disana, namun mau bagaimana lagi, semua kamar tamu sudah penuh dengan tamu tamu lainya, tidak ada lagi ruangan yang tersisa selain kamar pasien.
"Tidak masalah Asma, ini lebih baik dari pada aku harus semalaman melipat lututku "
Keduanya terkekeh bersama mengingat bagaimana posisi Loka yang sebelumnya tidur bersama senja, karena ukuran tempat tidur yang juga mini, membuat Loka terpaksa harus melipat lututnya agar muat di atas kasur bersama senja.
Tidak lupa Asmara mengucapkan selamat malam pada Loka, dan dia pun beranjak menuju kamarnya.
Tanpa di sadari oleh keduanya, sepasang mata tajam telah mengamati gerak gerik keduanya, melayangkan sorot kebencian dan rasa tidak suka.
Entah karena sebab apa namun melihat Asmara yang seolah begitu dekat dengan Loka membuat sosok disana begitu tidak suka.
"Mas Bim ngapain malem malem disini"
Bima terlonjak kaget mendapatkan tepukan di bahu dari sang istri.
"Diana, kau mengagetkan saja !. Ngapain kamu di sini "
Diana yang merasa di beri pertanyaan hanya terlihat mengerutkan dahi , Diana merasa seharusnya dialah yang bertanya untuk apa Bima disana.
"Aku haus mas"
Tidak ingin berdebat dengan sang suami, Diana memilih untuk mengatakan tujuan lain dia datang kesana, meski sejujur ya dia keluar kamar hanya untuk mencari Bima.
Bima lantas menemani Diana ke dapur untuk mengambil minum, dan setelahnya mereka kembali ke kamar.
***
Pagi hari menyapa, Sinar Surya yang mulai menampakkan cahayanya. Begitu indah dan sangat mempesona, Membuat siapa saja yang melihatnya sudah pasti akan bahagia.
"Ibukk !!"
Asmara begitu kaget mendapati Senja yang terbangun dengan teriakannya.
Segera Asmara berlari menghampiri putrinya, takut kalau-kalau Senja terjatuh dari tempat tidur. Namun setibanya disana Senja nyatanya baik-baik saja dan masih berada diatas kasurnya.
"Enja auu paman Buk !!"
Lirih senja yang mencari keberadaan Loka, seingatnya terakhir kali dia bersama Loka namun pagi ini Senja tidak mendapati Loka bersama dirinya.
Agaknya Senja merasa sedih, terlihat dari raut wajahnya yang seketika menunduk, namun tidak butuh waktu lama Loka telah muncul dengan wajah segarnya, tampaknya loka baru selesai membersihkan diri.
Melihat sosok laki-laki yang sedari tadi dia cari, Senja pun menghambur dan berlari menghampiri Loka yang berdiri di belakang ibu nya.
"Paman !!!"
"Iya sayang"
"Paman angan Ingalin Enja ya"
Lagi dan lagi dan untuk kesekian kali Loka merasa bingung dengan ucapan senja.
Namun Loka tidak lantas menajamkan pendengarannya dan bertanya pada Senja. Kini sudah jadi kebiasaan untuk Loka langsung menanyakan nya pada Asmara
Mendapati Loka yang mengangkat dagunya, isyarat Loka tengah bertanya pada Asmara, agaknya sedikit membuat Asmara ragu untuk menjawabnya.
"Paman. jangan tinggalin senja ya " lirih Asmara
Loka terkekeh mendengar ucapan itu, hingga beberapa kali dia menghujani gadis kecil di hadapannya dengan ciuman .
Sejujurnya Asmara begitu sangat malu mengatakannya, bagaimana tidak, ucapan itu terdengar seperti dia yang justru meminta pada Loka untuk tidak meninggalkan nya.
***