Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 25
Dua bulan kemudian...
Meskipun masih sedikit canggung tetapi tak membuat Huda putus asa untuk terus meyakinkan sang istri jika dia bisa berbuah menjadi lebih baik.
Pagi ini Huda ada kuliah pagi sehingga setelah sholat subuh dia tak melanjutkan lagi tidurnya. Setelah mandi dia langsung menghampiri Husna yang sedang memasak di dapur. Sudah menjadi agenda setiap pagi Husna berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk.
Lidah Huda yang sudah terbiasa memanggil Husna setiap pagi rasanya seperti candu untuknya.
"Mbak ... Mbak Husna!" panggil Huda.
Husna yang sedang menahan rasa bergejolak dalam perutnya memilih untuk diam. Apalagi mencium aroma bawang putih, perutnya terasa sangat mual dan ingin muntah. Karena Husna tak menjawab panggilannya, Huda pun hanya menautkan kedua alisnya.
"Mbak Husna kenapa? Sariawan? Atau lagi pms?" goda Huda setelah mendekat.
Kali ini Husna tak tertarik untuk membahas candaan Huda, karena saat melihat Huda tiba-tiba Husna merasa tidak suka.
Melihat wajah Husna yang datar membuat Huda penuh tanda tanya. "Mbak, kamu kenapa? Sakit?"
Namun, lagi-lagi Husna tak berniat untuk menjawab pertanyaan Huda. Bahkan Husna memilih untuk menghindari Huda karena merasa jika tubuh Huda bau kambing.
"Mbak ... kamu kenapa sih? Apakah aku telah melakukan kesalahan?" Huda semakin heran dengan sikap Husna yang tiba-tiba mendiamkan dirinya dan sengaja menghindar darinya.
"Hud! Enggak usah dekat-dekat! Badan kamu kambing bikin perut aku mual. Hueekk." Husna pun langsung berlari menuju ke wastafel untuk mengeluarkan rasa yang bergejolak dalam perutnya.
Huda merasa sangat heran dan juga panik dengan apa yang tengah dialami oleh istrinya. Dengan cepat diapun langsung mengejarnya.
"Mbak, kamu kenapa? Sakit?"
"Stop, Hud! Jangan mendekat! Kamu bau sekali! Mandi sana!"
Seketika Huda langsung mencium aroma tubuhnya yang wangi sabun. Tak ada yang aneh dan Huda pun sama sekali tak mencium aroma kambing ditubuhnya.
"Mbak Husna gak usah ngaco deh! Badanku wangi sabun, Mbak. Dan ini juga sabun yang kita pakai!"
"Enggak Hud! Kamu itu bau kambing! Pergi gak!" usir Husna dengan menahan rasa yang masih bergejolak dalam perutnya.
"Ya Allah mbak Husna .... ada apa denganmu? Apakah ada jin yang menempel di tubuhmu?" Huda terpaksa menjauh dari Husna. Sebenarnya Huda merasa tidak tega saat harus melihat sang istri terus menerus mengeluarkan cairan dari dalam tubuhnya.
"Mbak Husna kenapa sih?" Huda hanya bisa menggerutu dari kejauhan.
Bahkan karena tidak ingin melihat sekaligus berdekatan dengan Huda, Husna memilih untuk sarapan di teras belakang. Tentu aja Huda semakin marasa ada yang aneh pada Husna.
Hingga sampai akan berangkat pun Husna masih enggan untuk menemui Huda. Pagi Husna benar mengabaikan Huda, membuat Huda bikin keras salah apa yang telah diperbuatnya sehingga membuat sang istri ngambek terlalu parah.
"Mbak, aku berangkat kuliah dulu. Jangan lupa kunci semua pintunya saat aku nggak ada. Takutnya nanti ada penculikan. Assalamualaikum." teriak Huda yang telah berada diambang pintu.
Husna yang berada di teras belakang langsung bergegas keluar saat Huda mengucapkan salamnya.
"Eh, Huda udah mau berangkat?" Husna mencoba untuk mengejar, tetapi mobil Huda telah berlalu meninggalkan halaman rumah.
"Walaikumsalam." Husna hanya menatap nanar mobil yang sudah telah berlalu.
Helaan napas terdengar begitu berat. Husna pun langsung menutup pintu dan berjalan gontai menuju meja makan.
"Sebenarnya aku kenapa sih? Bawaan neg banget liat wajah Huda. Eh, pas dia udah pergi kok rasanya sedih ya? Ya Allah ... maafkan hamba-Mu yabg tidak bisa mengontrol rasa emosional ini. Huda ... aku minta maaf."
...***...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat