"Sudah pernah tidur dengan laki laki?"
"Sudah Tuan."
Ace menjawab dengan cepat tanpa ragu. Ace berpikir polos bahwa tidur yang dimaksudkan oleh pria itu adalah tidur seperti yang sering dia lakukan dengan adik laki lakinya.
"Siapkan dirimu menjadi pelayanku mulai besok."
Ace sangat senang. Meskipun dirinya mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan yang penting bisa membebaskan keluarganya dari kesulitan ekonomi. Dia tidak sadar bahwa pelayan yang dimaksudkan pria itu bukan sekedar pelayan biasa melainkan juga pelayan di ranjang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingkar Janji
"Pa, ma. Aku sudah setuju dengan tuntutan kalian untuk segera menikah. Dan Hans juga mempunyai satu permintaan untuk kalian," kata Hans. Kedua orang tua Hans ikut ke rumah putra nya. Kini, mereka sudah duduk di ruang tamu.
"Permintaan apa?" tanya papanya Hans.
"Aku dan Ace sudah sepakat untuk menyembunyikan pernikahan ini dulu."
Kedua orangtua Hans tidak terkejut mendengar permintaan Hans. Mereka sudah mengetahui jika pernikahan itu hanya sandiwara dan sudah pasti pengantin baru itu tidak ingin pernikahan mereka dipublisikan.
"Benar begitu ce?" tanya mama Ratih. Jika Hans bisa bersandiwara dengan kemesraan yang diperlihatkan saat ini di hadapan mereka. Maka mama Ratih juga akan bersandiwara pura pura tidak mengetahui jika pernikahan itu hanya sandiwara.
"Ya tan...eh ma," jawab Ace tergagap. Dari caranya menjawab. Ace terlihat tidak nyaman dengan tangan Hans yang sedang melingkar di pundaknya juga jarak mereka yang sangat rapat.
"Berikan alasan yang tepat. Mengapa pernikahan ini harus disembunyikan. Bukankah kalian menikah karena cinta. Seharusnya kalian bangga mengumumkan pernikahan ini?" kata mama Ratih.
"Benar ma, kami berdua sangat bangga karena sudah saling memiliki tapi mama tahu sendiri kan. Pernikahan tadi sangat sederhana. Apa kata rekan rekan dan relasi bisnis kita jika mengetahui aku menikah sesederhana itu.Jika sudah waktunya. Kami akan mengumumkan pernikahan ini dengan mengadakan resepsi. Iya kan sayang?"
Kedua orangtua Danish sebenarnya ingin tertawa sekaligus geram dengan Hans saat ini. Bisa bisanya sandiwara Hans terlihat sempurna. Dan pernikahan sederhana ini sudah dirancang Hans supaya ada alasan untuk menyembunyikan pernikahan itu. Dan alasan itu terdengar masuk akal. Andaikan Bibi Santi tidak menceritakan tentang pernikahan sandiwara itu. Bisa jadi, saat ini mereka tertipu.
Hans menendang kaki Ace. Gadis itu seperti kurang menyimak perkataan Hans.
"Iya. Iya mas."
Posisinya yang masih pelayan bagi Tuan Hans. Sebenarnya, Ace masih canggung menyebut suaminya dengan sebutan mas.
"Baiklah, jika itu sudah keputusan kalian berdua. Tapi meskipun pernikahan kalian disembunyikan. Papa dan mama menginginkan cucu secepatnya dari kalian."
"Kalau masalah cucu, Hans tidak bisa menjamin ma, pa. Ada secepatnya disyukuri. Dan jika belum ada. Aku harap kalian sabar menunggu. Papa dan mama kan tahu sendiri. Pernikahan ku dengan Anita juga tidak langsung punya anak kan. Padahal pernikahan kami sudah tiga tahun saat itu loh."
"Kalau begitu. Kamu juga harus sabar untuk mendapatkan warisan dari papa dan mama."'
"Tidak boleh seperti itu donk pa. Jadi kalau seandainya aku mandul. Apa aku tidak berhak mendapatkan warisan papa dan mama?"
"Biasakan berbicara hal yang positive Hans. Asal kamu tahu, yang berhak untuk menikmati jerih payah mama dan papa hanya cucu kandung kami. Jika kamu mandul. Maka kamu harus puas hanya sebagai pekerja di perusahaan papa."
Hans menatap wajah kedua orangtuanya dengan kecewa. Hans mengetahui watak kedua orangtuanya. Mereka tidak bisa dibantah.
"Jika kamu merasa mandul. Maka berusaha lah untuk mempunyai keturunan dengan berobat. Jangan jangan kamu penganut child free," tuduh papanya Hans. Hans langsung menggelengkan kepalanya. Dia bukan penganut child free. Hans juga memimpikan keluarga yang kecil yang hangat dengan kehadiran anak. Hanya saja, Hans belum menemukan wanita yang tepat untuk dijadikan ibu dari anak anaknya kelak.
"Kalau begitu, gercep sana," perintah papanya Hans sambil tertawa. Hans menggaruk kepalanya.
"Masih sore pa. Nanti malam saja."
"Setidaknya kalian membersihkan diri terlebih. Sakit mata papa melihat kalian dengan pakaian asal asalan itu."
Hans seketika melihat dirinya sendiri. Pakaian yang melekat di tubuhnya memang masih layak dipakai untuk menikah tapi tidak dengan pakaian Ace. Pakaian Ace terlihat terlalu longgar di tubuh Ace yang langsing. Bukan nya merasa kasihan atau merasa bersalah. Hans sangat puas melihat Ace berpenampilan buruk seperti itu.
"Iya. Papa benar. Kami ke atas dulu ya pa, ma," kata Hans. Dia ingin segera berlalu dari hadapan kedua orangtuanya karena Hans sudah mempunyai rencana untuk mengejek penampilan Ace. Bila penting mengabadikan penampilan istri pura puranya itu dengan penampilan yang kurang enak dipandang mata itu. Bagi Hans, gadis matre seperti Ace harus mendapatkan pelajaran dari dirinya. Hans tidak bisa menyentuh istri pura puranya maka setidaknya Ace akan bisa menjadi hiburan baginya. Aca akan dijadikan bahan olok olok selama pernikahan sandiwara itu.
Hans semakin meyakini jika Ace adalah gadis muda yang ingin mengikuti perkembangan jaman. Dan uang tiga ratus juta yang akan diterima Ace nantinya pasti digunakan untuk bersenang senang dan pamer. Melihat rumah Ace yang lumayan besar, Hans berpikir jika Ace bukan orang yang susah.
"Ayo sayang!. Kita ke atas," ajak Hans. Pria itu bangkit begitu saja hendak berjalan menuju tangga.
"Mas, tolong bawa koper ku."
Hans menghentikan langkahnya. Sebelum berbalik. Hans merapatkan giginya. Berani berani Ace menyuruh dirinya hanya untuk menarik koper. Hans yang sudah terbiasa memberikan perintah, tentu saja harga dirinya seperti terjun bebas. Seorang pelayan berani menyuruh dirinya yang merupakan tuan muda yang berkuasa.
Hans membalikkan tubuhnya. Memberikan tatapan tajam kepada Ace ketika kedua orangtuanya terlihat sibuk melihat layar ponsel. Tapi tatapan tajam Hans itu tidak berarti bagi Ace.
"Mama, papa. Aku ke atas dulu ya!.
"Iya sayang. Mandi yang bersih dan wangi ya. Mama ingin mendengar kabar bahagia secepatnya dari kalian," jawab mama Ratih sambil tersenyum yang dibalas Ace dengan senyum yang kaku. Tanpa menarik koper miliknya. Ace melenggang berjalan ke arah tangga melewati tubuh Hans. Mau tidak mau akhirnya Hans menarik koper Ace dan membawa koper itu menaiki tangga.
Kedua orangtua Hans saling berpandangan setelah Hans tidak terlihat lagi kemudian mereka tertawa bersama.
"Apa kamu yakin mereka bisa saling jatuh cinta?" tanya papanya Hans.
"Ace sepertinya bukan gadis yang lemah. Ace gadis pemberani. Selain itu, Ace adalah gadis yang cantik sesuai kriteria Hans. Mama sangat yakin, Hans pasti tertantang untuk menaklukkan Ace dan kemudian mereka jatuh cinta deh," jawab mama Ratih.
"Semoga saja ma. Papa rasanya gagal mendidik Hans menjadi pria yang baik. Papa malu mendengar kelakuanya selama ini ma."
"Mama juga."
Kedua orangtua Hans penuh harap akan pernikahan sandiwara ini menjadi pernikahan sungguhan. Mereka tidak tahu jika di lantai atas. Hans harus menahan amarah karena istri pura puranya.
"Berani berani kamu memerintah aku ce. Kamu pikir siapa kamu. Istri sungguhan bagiku. Ingat, kamu hanya sekedar pelayan bagiku," kata Hans sambil mendorong koper milik Ace dengan kasar.
"Aku tidak lupa tuan. Hanya saja, kedua orang tua Tuan ada di Sana. Kan, tidak mungkin aku menarik koper sendiri mengingat mereka mengetahui jika kita menikah karena saling mencintai. Bisa bisa mereka curiga kan. Tuan, tidak ingin itu terjadi kan?. Lagi pula supaya pernikahan ini terlihat sungguhan. Bukankah Tuan harus memperlakukan aku seperti ratu tanpa mahkota di hadapan mereka?"
Ace berkata tenang. Tidak terpengaruh atau ketakutan melihat Hans yang menunjukkan wajah penuh amarah.
"Bermimpi lah sepuasnya. Kan kamu tidak akan pernah akan aku jadikan seperti ratu. Ingat, kamu Pelayan. Pelayan. Kamu bersedia menikah hanya karena uang. Di otak mu hanya ada uang sehingga kamu bersedia melakukan apapun. Sebenarnya hanya untuk menjadikan kamu istri pura pura, aku tidak sudi. Andaikan kedua orangtua ku memberikan waktu yang tidak singkat. Aku pastikan bukan kamu yang berdiri di hadapan saat ini."
Ace menundukkan kepalanya. Memang benar di otaknya saat ini hanya ada uang tapi bukan berarti uang itu disalahkan gunakan.
"Sudah ceramah nya tuan suami?. Jika sudah, aku akan menyiapkan air mandian Tuan. Sepertinya tuan perlu berendam supaya Tuan lebih tenang," kata Ace lembut.
"Tuan suami. Tuan suami. Cukup panggil tuan saja," bentak Hans. Ace tertawa.
"Termasuk di hadapan kedua orangtua anda tuan?"
Hans melayangkan tinjunya ke udara. Kata kata Ace bernada ancaman meskipun tidak dikatakan secara jelas.
"Jangan lupa tuan. Kita ini suami istri pura pura."
"Bisa tidak, kamu tidak membuat aku marah?" bentak Hans. Ace akhirnya menganggukkan kepalanya karena tidak ingin suami pura puranya semakin marah. Seperti keinginan Tuan Hans. Ace memposisikan dirinya seperti pelayan. Ace masuk ke kamar mandi berniat menyiapkan air mandi suaminya itu di bath up.
"Sudah siap Tuan, silahkan mandi," kata Ace. Hans yang sedang duduk di tepi ranjang menatap Ace sebentar kemudian dengan santai membuka pakaian luarnya hingga yang tersisa pakaian bagian dalamnya saja. Ace seketika takut, wanita itu memalingkan wajahnya dan mundur. Dan Ace kembali merasa lega, melihat Hans berjalan dengan santai menuju kamar Mandi. Hans tersenyum puas. Dia sengaja membuka pakaiannya di hadapan Ace untuk membuat gadis itu sport jantung.
Setengah jam kemudian, Hans keluar dari kamar Mandi. Wajahnya terlihat segar. Dia keluar dengan pemandangan yang pasti tidak diinginkan oleh Ace. Hand hanya memakai handuk kecil yang hanya menutupi bagian depan tubuhnya mulai dari pinggang tidak sampai ke lutut.
"Ace," panggil Hans. Gadis itu tidak muncul membuat Hans kesal karena tidak berhasil membuat gadis itu untuk sport jantung yang kedua kalinya. Kedua matanya menangkap pakaian diatas ranjang dengan urutan pakaian yang terlebih dahulu di pakai.
"Darimana kamu?" tanya Hans ketika pintu terluka dan wujud istrinya terlihat di Sana. Hans seketika merasa menyesal karena langsung memakai pakaiannya. Seharusnya dia menunggu Ace kembali ke kamar itu supaya Ace kembali ketakutan.
"Dari kamar sebelah tuan. Mandi di kamar mandi yang disana."
Hans mengamati penampilan istrinya yang berpenampilan tertutup. Kaos longgar dengan lengan panjang dan celana kulot yang sampai menutupi mata kaki. Benar benar penampilan kolot menurut Hans. Tapi itu lebih baik mengingat perjanjian mereka jika Ace harus masih suci mengingat perjanjian mereka.
"Bawa semua pakaian kamu ke sana, kalau tidak ingin melihat aku bercinta dengan pelayan ranjang ku yang baru. Randi sudah menemukan pelayan yang baru sesuai dengan kriteria ku," kata Hans. Pria itu berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel yang berbalas pesan dengan Randi. Ancaman Ace satu minggu yang lalu seakan tidak berarti bagi Hans.
"Kalau begitu. Tuan harus mempersiapkan diri jika pernikahan pura pura Kita terbongkar," jawab Ace.
"Diam. Jangan mencoba mengancam aku. Kita menikah untuk bekerja sama. Bukan berarti aku harus tunduk dengan kemauan kamu. Awas saja, jika kamu berani buka mulut," ancam Hans. Ace menatap wajah suaminya yang sudah berdiri di hadapannya. Melihat tuan Hans berpakaian lengkap seperti ini. Ace tidak takut sama sekali.
"Baiklah, aku tutup mulut Tuan," jawab Ace dengan tenang. Tangannya digerakkan dari sudut bibir seperti menarik sebuah resleting.
"Bagus, sekarang bawa pakaian kamu ke kamar sebelah."
"Baik tuan. Tapi tuan..."
"Tapi apalagi?"
"Bagaimana dengan uang tiga ratus juta itu. Bukankah Tuan berjanji akan memberikannya setelah pernikahan terjadi?" kata Ace mengingatkan perkataan Hans satu minggu yang lalu.
"Aku berubah pikiran. Uang itu akan kamu terima setelah satu bulan pernikahan ini."
Ace merasakan jantungnya seperti melompat dari raganya. Kakinya sudah gemetar. Perkataan saat ini lebih menakutkan daripada melihat pria itu hanya memakai pakaian dalam saja.
Tanpa melihat perubahan yang terjadi dalam diri Ace setelah mendengar perkataannya. Tuan Hans keluar dari kamar hendak menemui Randi. Dia tidak tahu, bahwa di dalam kamarnya. Ace terduduk lemas dengan air mata yang sudah menetes dari kedua matanya. Satu minggu lagi batas waktu yang diberikan pak Hardi untuk melunasi hutang keluarganya. Dia tidak yakin, Pak Hardi memberikan waktu yang lebih panjang lagi untuk melunasi hutang itu mengingat obsesi rentenir itu untuk memiliki rumah keluarganya.
"Kamu ingkar janji Tuan," gumam Ace dengan terisak. Rasanya sia sia dirinya berjuang hingga pernikahan pura pura ini terjadi.
Aku masih setia menunggu 🤧🤧🤧
Update dong kak 🙏🙏🙏
lupain anak2nya hanya gara pelakor