Onci alias Fahrurrozi, cowok yang dibesarkan dilingkungan penuh religi, ia pun alumnus sebuah Pondok Pesantren. Harapan kedua orang tuanya kelak ia menjadi pewaris tunggal sekolah pendidikan agama yang sudah dirintis kedua orang tuanya. Namun kenyataannya berbalik, Onci memilih profesi di dunia entertaiment, dan menjadi perselisihan antara dirinya dengan Abah dan Umi.
Terlebih Onci diam-diam menjalin hubungan dengan seorang gadis keterunan Tionghoa, anak seorang pengusaha dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang begitu ta'at dengan keyakinan yang berbeda dengan keluarga Onci. Gadis itu bernama Dhea.
Gadis itu berprofesi sebagai seorang dancer profesional, yang Onci kenal dalam sebuah event yang ia selenggarakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PLAN A : DONE
Setelah dirasa rencana plan A dan B dinilai sudah matang bagi Onci, ia merasa di atas awan. Dhea sudah ia setting untuk bertemu abah. Sedikitnya ia sudah membekali Dhea beberapa hal mengenai Islam, dan syukur-syukur abah tidak banyak pertanyaan.
Nabila sendiri pun sudah paham apa yang harus diucapkan, ia harus mengatakan bahwa dirinya masih terlalu muda untuk menikah. Tinggal menunggu hari yang dinanti itu tiba.
Onci dan Dhea pergi mencari beberapa pasang baju muslimah yang mesti ia pakai saat nanti Onci memperkenalkan Dhea dengan kedua orang tuanya.
Rencananya abah dan umi ingin bertemu dengan Haji Romli untuk membicarakan tentang rencana ingin menjodohkan antara Fahrurrozi alias Onci dengan Nabila. Dan saat pertemuan itu tiba, Nabila pun ikut bersama kedua orang tuanya, begitu pun Onci yang sudah duduk diantara abah dan umi.
"Ane langsung aja nih ya Ji, nggak pake basa-basi lagi mau nge jodohin anak ente sama anak ane, bagaimana menurut ente? Biar pertemanan kita nambah panjang." Ucap abah memulai pembicaraan itu.
"Kalo ane ya Ji, bagaimana anak aja si Bila. Kalau dia mau, ane mau ngomong apa? Silahkan aja, asal dia bahagia, dan berkah dunia-akhirat. Tapi kalo anak ane belom siap, yah ente juga jangan marah ke ane. Mungkin dia punya pertimbangan sendiri. Dan begitu juga anak ente Ji, jangan ada pikiran macem-macem dengan anak ane." Haji Romli sebelumnya sudah menitipkan pesan dalam ucapannya tersebut.
Kalau saja Nabila menolak jangan ada yang sakit hati dengan keputusan yang diambilnya.
"Nah, sekarang bagaimana Nabila? Apa Bila mau dengan si Ozi? Babeh mah bagaimana Bila aja." Ucap Haji Rombli mempertanyakan bagaimana maunya Nabila.
Dan saat keluarga menunggu jawaban yang keluar dari mulut Nabila.
"Eheem...." Jangankan omongan Nabila, batuknya saja bikin suasana menjadi tegang.
Tatapan Onci seakan mengintimidasi Nabila, dan memaksa ia mengucapkan apa yang sudah direncanakan. Nabila hanya melempar senyum dan menghela nafas, agar suasanya semakin tegang, akhirnya Nabila angkat bicara.
"Assalamualikum warahmatullahi Wa Barakatuh."
"Wa alaikum salam."Jawaban yang hadir begitu kompak.
"Bapak,ibu dan saudara semua yang sudah menyempatkan hadir. Pada prinsipnya, Nabila ucapkan terimakasih untuk kehadiran Pak Haji dan umi di kediaman kami yang sederhana ini. Nabila merasa tersanjung dengan adanya acara ini tetapi perlu diketahui usia Nabila masih terbilang muda dan perlu banyak belajar lagi, dan membangun rumah tangga itu tidak semudah yang kita harapakan bukan? Pernikahan juga bukan untuk sehari atau dua hari, tetapi sekali seumur hidup. Bila tidak mau ke depannya ada perselisihan yang akhirnya merusak hubungan kedua keluarga, terlebih Pak Haji dengan Babeh kawan yang sudah berpuluh-puluh tahun. Jangan karena memaksakan cinta, harus ada yang terluka. Jangan karena memaksakan kehendak, kita salah bertindak. Nah, intinya cinta itu bukan sebuah paksaan, biarkan ia berdiam di hati yang tepat. Jangan karena memaksakan takdir jadi berantakan semua, dan biarlah cinta itu hadir menyatukan perbedaan. Nabila cuma mau ngomong, kalau Kakak Ozi jawaban dari istikhara cinta, dan dia jawaban dari doa-doa malamnya Nabila, pasti kita akan disatukan dalam ikrar cinta, ijab dan qabul. Jadi, untuk sekarang biarlah Kakak Ozi dan Nabila berteman dahulu, dan jodoh tak akan lari dikejar. Yah, akhirnya hanya itu yang Nabila bisa jawab, semoga tidak ada yang kecewa atau terluka. Wassalamu'alikum Warahmatullahi Wabarakatuh." Dan Nabila pun menutup pernyataan sikap. Kontan membuat Onci tak sengaja melepas ucapan, "Alhamdulillaaaaah.....!" dan saking kencangnya membuat abah dan umi kaget.
"Kenapa ente seneng banget denger jawaban Nabila? Ane curiga ente kongkalingkong ya?" ucap abah.
"Ya ampun Abaaaah, mana ada kongkalingkong begitu. Kan Abah denger sendiri ucapan Nabila."
"Yaudah Ji, Neng, ane sudah denger ucapan dari mulut Nabila langsung. Ane jadi nggak enak, tapi bukan berarti Nabila menolak untuk dijodohin sama anak ane si Ozi, berarti Neng butuh waktu kan ya?" abah sedikit memaksa dan menekankan pernyataan Nabila.
"Kalau jodoh nggak kemana kan yah uak?" Jawab Bila singkat.
"Yah, kita nggak tahu kedepannya bagaimana. Yang jelas ane sebagai orang tua, mengikuti apa yang menjadi pilihan anak, baik dan buruknya dia yang akan jalanin."
Onci hanya tersenyum dengan kemenangnya, dan rencana pertama berhasil. Tinggal rencana kedua yang sedang ia persiapkan dengan matang, agar tidak meleset dan sesuai rencana.
"Nggak percuma gw tekunin usaha EO, ada manfaatnya juga." Gumam Onci dalam hati.
"Ane minta maaf sama ente nih Ji, jangan gara-gara belum mateng rencana kite untuk nikahin si Bila sama Ozi jadi persahabatan kite renggang yeeeh?" Babeh Romli khawatir kalau gagalnya rencana mereka untuk menikahi Nabila dan Ozi berdampak renggangnya hubungan.
"Insyallah nggak lah Ji, ane juga paham kalau masalah seperti itu. Pan kite mah mencoba kasih yang terbaik untuk anak-anak, ane itu mau nikahin si Ozi biar hidupnya tertata dan tau tanggung jawab." Jelas abah.
Mereka pun meninggalkan kediaman rumah Haji Romli kembali dengan meninggalkan sedikit rasa kecewa.
Onci hanya tersenyum dan memberikan isyarat jemari membentuk lingkaran kepada Nabila, sebagai tanda bahwa Nabila mengikuti dan menjalankan apa yang Onci arahkan.
Abah, umi dan beberapa saudara serta orang terdekat kembali memasuki kendaraan meraka masing-masing, di dalam mobil umi seakan ada yang ingin ia sampaikan, namun ia mencari waktu yang tepat. Dan kini saatnya umi angkat bicara memberikan pendapat.
"Lagi sih, abah kaya jaman Siti Nurbaya. Pake ngejodohin anak segala. Ozi kan udah tau dan bisa milih sendiri siapa yang pantas dia pilih untuk pendamping hidupnya." Umi membela.
"Bener tuh bah, apa yang umi omongin." Ucap Onci mengiyakan apa yang umi katakan.
"Aah umi sama aje belain anak, tahu apa sih umi!" abah terlihat kesal dengan apa yang ia rencanakan tidak berjalan dengan baik.
"Bukan begitu bah, umi kan nurut apa kata abah tapi kan kalau sudah begini kita juga yang malu kan?"
"..............." Abah hanya termenung, seakan menyesali sikapnya yang hanya memikirkan egonya semata, tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi.
Terkadang sikap abah memaksakan sesuatu yang menurutnya baik, tetapi setiap keputusan yang abah ambil banyak yang tidak memahaminya.
Hanya umi lah yang bisa mengimbangi, sampai puluhan tahun bisa bertahan menjalani hubungan sebagai suami-istri, dan sedikit pun tidak membuat umi berpaling, dari situlah abah pun mesti berhati-hati dalam memilihkan pasangam hidup untuk anak satu-satunya itu.
Setelah selesai dengan urusan ini, Onci berencana ingin menemui Dhea untuk mempersiapkan rencananya yang kedua.
Bersambung >>>>>
sedih karena Arul meninggal,,,
bahagia nya,Nabila dititipkan kepada ustadz Burhan,,,
mereka orang baik,dan akan dipertemukan dengan yg baik pula,
sabar Ustadz,,,,mungkin dia bukan jodoh terbaik buat pak ustadz
jangan playing victim donk