[Cerita ini hanyalah khayalan Author sahaja, maklum masih pemula.]
Mengisahkan tentang seorang pekerja keras yang rela mengorbankan segalanya demi menyelesaikan tugasnya. Namun, karena terlalu memaksakan diri, dia tewas di tengah-tengah pekerjaannya.
Namun takdir belum selesai di situ.
Dia direinkarnasi ke dunia sihir, dunia isekai yang asing dan penuh misteri. Sebelum terlahir kembali, sang Dewa memberinya kekuatan spesial... meskipun Rio sendiri tidak menyadarinya.
Tujuan Rio di dunia baru ini sederhana, ia hanya ingin melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sesuatu yang tak pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Tapi tanpa disadarinya, perjalanan biasa itu akan membawanya ke takdir besar…
Di masa depan yang jauh, Rio akan berdiri sebagai sosok yang menentang Raja Iblis Abyron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertarungan yang belum selesai
Pagi Hari...
Rio masih berdiri, tubuhnya penuh luka dan nafasnya tersengal. Keringat membasahi wajahnya, namun matanya tetap menyala dengan semangat pantang menyerah.
"Jadi... ini kekuatan Ayah yang sebenarnya?" gumam Rio dalam hati, matanya tak lepas dari sosok di depannya.
Ayahnya, Akagami Zero, assassin legendaris sekaligus kepala keluarga, perlahan melangkah maju. Aura dingin dan membara mengelilingi tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar.
“Jangan lengah, Rio!” ucap Zero tajam dengan suara dingin dan penuh tekanan.
Tiba-tiba...
Whoosh!
Zero menghilang dari pandangan. Rio terkejut, namun refleksnya sudah terlatih.
Eyes of Light [Lv.2] ... Aktif!
Matanya menyala terang. Waktu seolah melambat. Ia memutar badannya dan...TANG!, menahan serangan ayahnya yang datang dari belakang. Dentuman keras terjadi saat mereka bertabrakan.
Dengan momentum, Rio melayangkan tendangan kuat ke arah tubuh Zero, hingga keduanya terpental menjauh.
Debu beterbangan.
Rio berdiri perlahan. Tangan kanannya mulai mengumpulkan mana. Nafasnya masih berat, namun matanya tak kehilangan tajamnya.
“Kalau aku tidak bisa menang sekarang… aku tak akan pernah bisa menyaingi Ayah!” batinnya, menggenggam erat tinjunya.
Zero menatap anaknya dalam diam sejenak. Senyum tipis muncul di wajahnya.
“Bagus, Rio… Sekarang lihat ini!”
Zero mengangkat tangannya ke depan, lalu mengaktifkan skill andalannya:
Shadow Cutter Fang.
Aura hitam pekat mengelilingi tubuh Zero. Bayangan berputar seperti gelombang ganas, membuat tanah di bawahnya bergetar.
Rio tak tinggal diam. Ia menggertakkan gigi, lalu menggabungkan dua skill miliknya:
Eyes of Light + Mana Burst!
Tangan Rio menyala terang, pancaran energinya memecahkan batu di bawah kakinya. Angin mulai berputar liar, aura putih bersinar di sekeliling tubuhnya.
“AKU… AKAN MENANG KALI INI, AYAH!!!”
ZRAAAM!!
Mereka berdua melesat bersamaan. Suara hantaman mengguncang udara. Angin memutar, langit mulai menggelap diselimuti aura duel yang begitu mencekam.
Tebasan mereka bertabrakan di udara. Cahaya putih dan hitam membelah langit seperti dua kekuatan kosmik saling berperang.
BOOOOM!!
Ledakan besar terjadi. Semburan energi meledak ke udara. Sosok Akagami Zero terhempas jauh, menabrak pohon besar hingga batangnya retak.
Rio masih berdiri. Nafasnya terengah-engah, tubuhnya gemetar hebat, namun auranya tetap menyala terang. Ia menggenggam tangannya yang dipenuhi energi.
“Akhirnya... sekarang aku bisa mengalahkan Ayah!!”
Rio melesat maju tanpa ragu. Serangannya diarahkan langsung ke titik vital.
ZRAKK!!
Pukulan telaknya menghantam...namun, tubuh ayahnya berubah menjadi kabut bayangan.
“A-Apa...?! Klon?!”
Rio terpaku. Matanya membelalak. Tubuhnya kaku karena keterkejutan.
Tiba-tiba, suara berat dan tenang terdengar dari belakang:
“Stealth... Hellth...”
Rio tak sempat bereaksi. Matanya melebar.
Tapi... tak ada serangan. Hanya sentuhan hangat di kepalanya.
Ayahnya, Akagami Zero, berdiri tepat di belakangnya. Wajahnya dingin seperti biasa, namun tangannya mengelus kepala Rio dengan penuh kasih.
“Kau memang putraku, Rio…”
Rio menoleh perlahan. Sorot matanya yang tegang berubah menjadi lega. Sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya.
“Heh… aku berhasil bikin Ayah serius…” ucapnya pelan.
Tubuhnya melemah.
Bruk!
Rio jatuh ke tanah. Ia pingsan karena kelelahan, tapi dengan senyum puas masih terukir di wajahnya.
Langit yang sebelumnya gelap kini mulai cerah. Awan mencekam perlahan sirna, menyisakan sinar matahari yang hangat.
Di tengah halaman, Akagami Zero berdiri diam, menatap anaknya yang terbaring.
“Kau sudah tumbuh sejauh ini, Rio…”
Ia membungkuk perlahan, lalu mengangkat tubuh Rio dalam pelukannya. Dengan langkah tenang dan penuh kebanggaan, ia membawa putranya masuk ke dalam rumah.
“Kau semakin kuat, Rio... Tapi kau tetap anakku.” gumamnya dalam hati.
Sesampainya di kamar, Zero membuka pintu perlahan. Ia meletakkan tubuh Rio di atas ranjang. Wajah putranya masih tertidur lelap dengan nafas teratur.
Masih ada senyuman kecil di bibirnya.
Zero duduk sebentar di sisi ranjang. Ia menatap wajah anaknya dalam diam, menyimpan rasa bangga yang tak terucap.
“Tidurlah, Rio. Perjalananmu masih panjang…”
Ia mengelus kepala Rio sekali lagi. Lalu berdiri, berjalan menuju pintu.
Sebelum menutupnya, ia menatap anaknya sekali lagi. Matanya tajam, tapi di dalamnya terselip rasa hormat, rasa bangga, dan cinta seorang ayah.
Klik.
Pintu tertutup perlahan. Cahaya pagi menyelinap dari jendela, menyinari wajah Rio yang tertidur damai.
lanjut