Kedatangan teman lama yang tiba-tiba membuat Aruna sangat terkejut. Rasa iba Aruna terhadap teman lama nya membuka kesempatan hubungan antara suami dan teman lamanya.
Bagaimana kah kisah antara Aruna, suami, dan teman lamanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Akan Kepergok?
Abian merasa lega setelah ia berhasil sampai pada puncak permainan.
"Bagaimana, aku enak kan?" tanya Ziva membuat mata Abian yang semula terpejam kini terbuka.
"Tolong jangan ceritakan ini pada Aruna," pinta pria itu kemudian.
"Kau tidak usah khawatir. Aku tidak akan memberi tahu pada siapapun tentang hubungan kita. Jika lain waktu kau menginginkan nya lagi. Aku siap."
Abian mengulas senyum. Ternyata benar, sesekali ia harus mencoba rasa dari orang yang berbeda.
Terdengar suara mobil yang memasuki halaman. Abian refleks melirik jam dinding.
"Ya Tuhan, aku sampai melupakan waktu untuk menjemput Aruna."
Abian bergegas memakai kembali pakaian nya, begitupun dengan Ziva.
"Jangan sampai Aruna melihat ku dalam keadaan belum memakai pakaian saat aku berduaan dengan Ziva," ujar pria itu.
Mereka terburu-turu memakai pakaian. Dan begitu selesai dan Abian hendak melangkah dari sana, Aruna sudah lebih dulu datang.
Abian membulatkan matanya, wajahnya sangat tegang. Beruntungnya ia dan Ziva sudah selesai berpakaian.
Aruna menatap Abian dan Ziva secara bergantian. Tatapan nya terlihat seperti orang yang merasa kebingungan.
"Sayang .. Aku pikir kau ketiduran sampai lupa menjemputku," ujar Aruna.
Abian langsung menghampiri Aruna. "Maaf, sayang. Aku nonton acara bola dan aku sampai lupa menjemputku. Aku minta maaf," ucap dan jelas Abian.
Aruna melirik ke arah televisi. Dan televisi nya itu tidak nyala.
"Nonton acara bola? Sayang, sejak kapan kau menyukai acara bola? Bahkan televisi nya pun tidak nyala. Bagaimana caranya kalian menonton acara televisi?"
Aruna merasa ada yang aneh di sini. Alasan Abian rasanya tidak masuk akal.
Abian tampak gelagapan. Memang benar jika ia tidak pernah menyukai acara bola. Dan bodohnya ia memberi alasan di saat keadaan televisi nya tidak di nyalakan.
Abian memegang kedua sisi bahu Aruna. Ia berusaha menyakinkan wanita itu agar tidak curiga padanya.
"Sayang .. Aku tidak pernah menyukai acara bola karena tidak pernah menonton sebelumnya. Dan tadi aku dengar Ziva teriak-teriak karena asik menonton bola. Karena itulah aku penasaran dan aku ikut larut dalam acara itu. Begitu aku lihat jam sudah waktunya menjemputmu, aku langsung mematikan televisinya. Ini aku baru akan menjemputmu dan ternyata kau sudah pulang duluan. Percayalah padaku."
Sebenarnya Aruna masih ragu. Dan ia merasa semua ini ada yang aneh.
"Iya, Aruna. Apa yang di katakan suamimu itu benar. Jadi kau tidak perlu berpikir yang macam-macam tentang kami," timpal Ziva.
Aruna masih diam, ia mencoba menerima alasan suaminya yang kurang logis.
"Aruna, kalau begitu aku permisi duluan ke kamar," pamit Ziva lalu melipir pergi dari sana.
Begitu Ziva berjalan melewati Aruna, kedua mata Aruna tertuju pada tali penyangga buah dada Ziva terkulai ke lengan. Dress yang di pakai Ziva pun tampak kusut.
Deg.
Perasaan Aruna sudah ke mana-mana. Ia beralih menatap suaminya.
"Kau yakin dengan ucapanmu barusan?" tanya Aruna merasa ragu.
Abian mengangguk. "Iya, Aruna. Kau tidak percaya padaku?"
"Aku tidak tahu. Aku butuh istirahat."
Aruna melipir pergi begitu saja, meninggalkan Abian yang masih berdiri di ruang televisi.
"Aruna .. Aruna .." panggil Abian.
Ia menyusul langkah Aruna, berharap jika Aruna tidak berpikir yang macam-macam. Ia harus bisa meyakinkan istrinya. Apapun caranya supaya Aruna percaya.
_Bersambung_