Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: SURPRISE GIFT | ONTY
''Baa-iik Booss." Jawab sang anak buah gemetar dan memberikan isyarat pada kawanannya untuk kembali bekerja.
"Siapapun yang memulai permainan. Lihat saja, akan kupastikan berakhir dengan peralatan special ku." gumam pria berjas putih dengan mengibaskan jubah kebesarannya.
Satu jam berlalu. Namun, masih tak membuahkan hasil apapun. Hingga pria berjas putih menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan tempat dirinya menghasilkan pundi-pundi uang. Gudang dimana ia menyimpan begitu banyak kardus obat-obatan. Semua yang tersimpan di dalam sana terbakar menjadi abu. Kerugian mencapai ratusan juta.
Braak!
Suara pintu mobil ditutup begitu kencang. Wajah kusut terpantul di cermin spion tengah, sedangkan tangannya sibuk memeriksa ponsel, dan menghubungi seseorang. Hingga dering ponsel berakhir, tetap saja tidak ada yang mengangkatnya.
"S!al! Giliran dibutuhin ngilang. Awas saja nanti kalau ngemis-ngemis minta bantuan ku." Pria itu begitu geram meremas ponselnya.
Tok!
Tok!
Tok!
Ketukan jendela mobil, membuat pria berjas putih menurunkan kaca mobil.
"Tuan Vincent. Aku menemukan ini setelah kembali memeriksa di puing-puing bangunan." lapor anak buahnya menyodorkan gulungan kertas yang sudah terkena abu.
Gulungan kertas diterima, lalu ia melambaikan tangan agar anak buahnya pergi. Sejenak mengamati benda yang kini tergenggam di tangannya. Gulungan dengan pita putih tipis. Jika diperhatikan, siapapun yang meletakkan di gudang terbakar. Pasti orang itu ditempat kejadian di saat kebakaran terjadi.
Pita putih ditarik, lalu gulungan dibuka perlahan. Di dalamnya tidak ada kata seperti bait puisi. Hanya ada dua kata yang tercetak jelas dengan tinta hitam pekat. *SURPRISE GIFT*. Satu pertanyaan terlintas. Siapa yang memberikan hadiah kejutan dengan membakar gudang penyimpanan obatnya? Musuh dari kalangan apa? Bukankah selama ini, siapapun yang berniat buruk selalu berakhir di ruang bedah.
"Aku harus cari tahu, tapi sebelum itu. Sebaiknya aku periksa gudang lain. Jangan sampai semua milikku hangus terbakar." Tuan Vincent melemparkan gulungan kertas ke sampingnya, tanpa ia sadari di sudut kertas ada ukiran indah dari sang pengirim hadiah.
Jejak cinta yang terabaikan, membuat pria itu ceroboh.
Waktu terus berputar, dan berlalu tanpa terasa malam menyapa. Suara canda tawa terdengar dari sebuah ruangan keluarga. Dimana setelah melakukan makan malam bersama. Ketujuh anggota keluarga berkumpul bersama dengan suka cita.
"Onty! Ice cleam, ice cleam, ice cleam." celoteh anak balita berusia empat tahun dengan tangan menarik gaun tantenya yang sibuk ngemil salad buah. "ONTYYY!"
Suara melengking anak itu, membuat semua orang terkekeh pelan. Tetapi yang di teriaki masih sangat santai dan tenang. Seperti tengah menikmati sepoi-sepoi angin di pantai.
"Pangeran ku, kemari!"
"Ayo, Chubby. Mommy memanggilmu, Sayang."
"Ice cleam, ice cleam, ice cleam!" Ucap balitanya tak mau mendengarkan.
Seorang pria dengan kemeja yang terbuka atas menghampiri anak semata wayangnya. Pelukan hangat ia berikan dengan kecupan gemas di pipi chubby sang putra. Jangankan tertawa, tangan mungil itu semakin memegang erat gaun tantenya. Tatapan memelas terlihat jelas, bahkan hampir meluncurkan air mancur.
"Anak papa, ayo makan ice cream bersama-sama. Biarkan onty makan buahnya." bujuk pria itu.
"Onty, mau aleng onty." Jawab putranya menolak.
"Kiss dulu, onty ambilkan ice cream." Ucap gadis dengan mendekatkan pipinya.
Cup!
Cup!
"Ice cleam, ice cleam, ice cleam." celoteh nya lagi dengan senyuman berbinar bahagia.
Gadis itu meletakkan garpu kembali ke piring salad buah, lalu meraih tubuh mungil yang langsung menempel di tubuhnya dengan pelukan erat. "Sini ikut onty, kita berkelana ke dapur mencari sesajen untukmu. Come on, Princes Chubby."
"Heh, aku papanya, loh. Kenapa malah jadi....,"
"Ka! Biarkan saja, duduklah. Bagaimana pekerjaannya?" tanya wanita yang tersenyum tipis duduk di sofa single dengan memangku laptop.
"Semua pekerjaan baik, tapi aku punya berita baru. Ntah ini berita baik atau buruk untuk kita semua." Ucap pria yang baru datang, lalu duduk di sebelah sang istri.
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢