"Dia adalah suamiku!!"
Tanpa banyak berpikir, Nara mengakui Zian sebagai suaminya di depan mantan kekasihnya. Tujuannya adalah supaya pemuda itu tak lagi mengganggunya.
"Dia adalah, Nara. Istriku!!"
Zian juga melakukan hal serupa ketika seorang wanita yang mengaku sebagai tunangannya tiba-tiba datang dan mengusik hidupnya. Zian ingin wanita itu tak lagi mengganggunya dan pergi sejauh mungkin dari hidupnya. Bukannya pergi, dia malah bertekad untuk memisahkan Zian dari perempuan yang dia sebut sebagai istrinya tersebut.
Demi kesempurnaan sandiwaranya. Akhirnya Zian dan Nara sama-sama sepakat untuk menjadi suami-istri, namun hanya pura-pura. Dan mereka berdua menjadi Pengantin palsu yang hatinya saling terikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Pertanyaan!!
"Ayo kita pulang saja," ucap Nara yang kemudian dibalas anggukan oleh Zian.
Baru juga hendak meninggalkan Mall tersebut. Sebuah senjata api menempel di kepala belakang Zian. "Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi setelah melihat apa yang tidak seharusnya kau lihat tadi?!" Ucap orang itu dalam bahasa Inggris.
"Jauhkan senjata itu dari kepalaku, sebelum aku membuatmu menyesal karena berani mengancamku!!" Zian melirik orang itu dari ekor matanya. Sorot matanya dingin, tajam dan berbahaya.
"Kau pikir ancamanmu itu berlaku untukku?!"
Zian mengeluarkan senjata api yang selalu terselip di balik pakaiannya. Dia berbalik dan menodong balik pria tersebut. Zian menyeringai melihat pria itu yang tampak terkejut melihatnya memiliki senjata juga.
"Kau pikir hanya kau saja yang memilikinya?! Kau sudah berurusan dengan orang yang salah, bung!!" Ucap Zian meremehkan.
Lalu pandangan Zian bergulir pada Tatto yang menghiasi leher sebelah kirinya. Zian menyeringai sinis. "Heh, ternyata kau bagian dari organisasi kapak merah ya?! Pantas saja, beraninya main dengan cara kucing-kucingan." Ujar Zian dengan seringai yang sama.
"Kau!! Siapa kau sebenarnya dan bagaimana kau bisa tau tentang organisasi kapak merah?!"
Kemudian Zian mendekati laki-laki itu yang tampak agak sedikit was-was. Zian mendekatkan wajahnya lalu berbisik pelan di-telinganya. Pupil mata pria itu langsung membelalak sempurna, keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya.
Sadar telah membuat masalah dengan orang yang salah, pria itu pun memutuskan untuk pergi. Karana dia sadar, orang yang ada dihadapannya itu adalah orang yang sangat berbahaya. Dan dia tak ingin mati konyol ditangannya.
"Dia pergi, apa karena senjata mainan yang ada ditanganmu itu? Lalu apa yang kau katakan padanya tadi?" Zian diserbu beberapa pertanyaan oleh Nara.
"Itu tidak penting, ayo pergi ke mini market yang lain saja. Bukankah kau bilang sangat membutuhkan barang itu?" Nara mengangguk. Dia belum mendapatkan apa yang dicari, jadi Nara tidak mungkin pulang begitu saja.
"Didekat sini ada mini market. Kita ke sana saja." Ucapnya yang kemudian dibalas anggukan oleh Zian.
"Baiklah."
-
-
Tuan Lu pergi menemui pengacaranya. Bukan untuk mengubah ahli waris semua kekayaannya, melainkan mengukuhkan Devan sebagai pewaris yang sah. Menurut Tuan Lu, hanya Devan yang berhak dan pantas untuk menerima semua kekayaan miliknya.
Zian memang putranya. Tapi dia tidak pernah memberikan kebahagiaan dalam keluarganya. Dia tidak pernah membuatnya bangga sama sekali, yang bisa Zian lakukan hanyalah membuat masalah dan berbuat onar dimana-mana. Bahkan tak jarang dulu tuan Lu di panggil oleh kepala sekolah karena Zian yang sering terlibat perkelahian dengan teman-temannya.
"Apakah Anda yakin dengan keputusan Anda ini, Tuan? Bagaimana kalau putra bungsu Anda justru akan semakin membenci Anda, Tuan." Ucap pengacara itu mengingatkan.
"Tidak masalah, bocah liar itu juga tidak akan mempermasalahkannya. Jadi kau tidak perlu khawatir soal ini. Tulis saja seperti yang aku minta. Dan untuk sementara jangan biarkan Devan sampai tau, aku tidak mau dia melayangkan protesnya lagi padaku!!"
Pengacara Park menghela napas panjang. Sepertinya memang sulit bicara dengan Tuan Lu yang sangat egois dan keras kepala. Dia tidak menyalahkan Zian jika begitu membenci ayahnya, karena dia memang selalu pilih kasih.
"Baiklah, Tuan. Akan saya lakukan seperti yang Anda inginkan."
"Kau memang selalu bisa aku andalkan. Kalau begitu aku pergi dulu."
Selepas kepergian Tuan Lu. Devan keluar dari persembunyiannya lalu menghampiri pengacara Park. "Paman sudah melihat dan mendengarnya sendiri bukan, itulah wajah ayahku yang sebenarnya. Paman, tolong bantu aku. Aku ingin supaya Paman merubah namaku menjadi nama Zian. Aku tidak ingin dia semakin membenciku nantinya." Ujar Devan.
Pengacara Park mengangguk. "Baiklah, Tuan Muda. Saya mengerti. Semua akan saya tulis seperti permintaan Anda." Ucapnya.
Devan mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu." Devan membungkuk lalu melenggang pergi meninggalkan kediaman pengacara Park.
Hanya ini yang bisa Devan lakukan supaya hubungannya dan Zian bisa membaik. Devan tidak ingin Zian terus membencinya.
-
-
Berbagai pertanyaan akan siapa Zian sebenarnya bersarang di kepala Nara. Begitu banyak teka-teki tentang siapa pemuda itu sebenarnya. Nara teringat betul ketika pertama kali mereka bertemu, dia menemukan Zian yang dalam keadaan terluka dan hampir sek*rat.
Lalu kepulangan Zian yang dijemput sebuah mobil mewah, dan sikap orang yang menjemputnya yang begitu menghormatinya. Lalu ketika di club' malam, ketika Devan dalam masalah karena orang berpikir jika dia adalah Zian.
Kemudian ketika ia datang ke mansion-nya dan menginap di sana. Malam harinya mansion Zian di serang orang yang sepertinya memiliki masalah dengannya. Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu Nara hingga detik ini akan siapa Zian sebenarnya.
"Sayang, apa yang kau lamunkan?" Tegur Nyonya William saat melihat Nara yang sejak tadi hanya melamun saja.
Nara menggeleng. "Tidak ada, Ma. Oya, Ma. Aku boleh bertanya sesuatu pada Mama?" Nara menatap sang ibu dengan serius.
"Tentu, tanyakan saja." Pinta Nyonya William.
"Bagaimana jika seorang pria menyembunyikan sebuah rahasia besar dari kita. Apakah itu adalah hal yang wajar. Bukan, bukan itu pertanyaannya. Bagaimana ya aku harus bertanya, aku sendiri bingung. Aku akan merubah pertanyaanku. Jika Zian bukan pria baik-baik, apa Mama dan papa masih akan memberi restu pada kami untuk menikah?"
Nyonya William mengangguk. "Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna apalagi luput dari kesalahan dan dosa. Selama dia bisa membahagiakanmu dan melindungimu, Mama sih tidak ada masalah. Apalagi Mama melihat jika Zian sangat tulus padamu, jadi Mama sangat yakin. Seburuk apapun dia, dia adalah jodoh yang paling tepat untukmu. Yang bisa mencintaimu dan menjagamu dengan sepenuh hatinya." Ujar Nyonya William.
Nara tak memberikan tanggapan apa-apa atas ucapan ibunya. Bagaimana jika wanita di depannya ini sampai tau jika pernikahannya dan Zian adalah sebuah kepalsuan belaka. Pasti dia akan sangat kecewa padanya.
"Jangan banyak melamun. Itu tidak baik untuk anak gadis sepertimu. Ya sudah, Mama keluar dulu." Nara mengangguk.
Tak lama setelah kepergian Nyonya William. Zian datang menghampiri Nara. Gadis itu tak memberikan respon apapun dan hanya menatap datar padanya. "Apa yang ingin kau ketahui dariku?" Sebuah pertanyaan yang baru saja Zian katakan membuat kepala Nara terangkat seketika. Dia menatap pemuda itu penuh tanya, bagaimana mungkin Zian bisa tau jika ia memiliki pertanyaan untuknya?
"Semua, aku ingin tau segala hal tentangmu. Mulai dari pekerjaanmu sampai kehidupan pribadimu. Aku ingin mengetahui semua itu." Ujar Nara.
"Black Devil. Apa kau pernah mendengar nama organisasi besar itu?" Nara mengangguk.
Memangnya siapa yang tidak pernah mendengar nama itu. Sebuah kelompok mafia yang dikenal kejam dan berbahaya. Tak punya hati, dan suka membunuh orang tanpa ampun.
"Ya, aku pernah mendengarnya. Memangnya apa hubunganmu dengan organisasi hitam itu?!"
Zian menatap Nara dengan serius. "Aku... adalah orang yang mendirikan organisasi besar itu, aku ketua dari Black Devil!!"
"Apa?! Jadi sebenarnya kau seorang Bos Mafia?!"
-
-
Bersambung.