NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Desa Danpa

Setiap kelompok dalam misi perburuan tahunan kali ini terdiri dari 10 murid senior, 1 murid junior, serta 3 pendekar purwa dan 2 pendekar madya yang bertindak sebagai pemimpin dan pelindung.

Dalam kasus kelompok dua, untuk mengisi posisi Barda, perguruan menempatkan satu orang pendekar purwa lagi sebagai bagian dari tim pelindung kelompok.

Di samping itu, setiap kelompok juga akan didampingi oleh 1 prajurit berkuda dan 10 prajurit pejalan kaki dari Kerajaan Suranaga. Prajurit berkuda mendapat tugas khusus sebagai penyambung pesan bagi kelompok satu dan lainnya, juga antara seluruh kelompok dengan perguruan.

Perjalanan Wira dan kelompok tujuh untuk sampai ke Desa Danpa membutuhkan waktu hampir 9 jam. Mereka tiba di desa tersebut saat hari telah larut. Meski demikian, Kepala Desa Danpa, seorang pria sepuh berumur sekitar 70 tahun dan beberapa warga masih menyempatkan diri untuk menerima kedatangan mereka.

Warga Desa Danpa bahkan sudah menyiapkan sebuah area lapang di luar desa sebagai tempat dari rombongan Perguruan Rantai Emas membangun perkemahannya. Sambutan yang ramah ini membuktikan adanya hubungan yang baik antara perguruan dan penduduk desa tersebut selain karena hal itu memang telah menjadi salah satu tujuan diadakannya misi perburuan tahunan ini.

Pendekar madya yang menjadi pemimpin dari kelompok tujuh bernama Saka, sedangkan wakilnya yang juga berada pada ranah yang sama adalah seorang pendekar wanita bernama Amita.

Setelah sedikit berbincang dengan kepala desa dan beberapa warga, keduanya segera bekerja bersama kelompok tujuh untuk mendirikan tenda di tempat yang telah disediakan. Warga desa bahkan telah membangunkan sarana sanitasi dan tempat semi permanen untuk kelompok tersebut membersihkan diri.

Setelah tenda berdiri dan pembagian tugas jaga serta patroli untuk malam itu, anggota kelompok lainnya baru bisa beristirahat. Dalam tenda murid pria yang berkapasitas enam orang, entah kenapa Wira tak bisa tidur.

Wira memutuskan untuk keluar tenda dan mendapati para seniornya, pendekar-pendekar dari Perguruan Rantai Emas, dan juga para prajurit masih terjaga.

Wira memperhatikan sebagian di antara mereka yang sepertinya mendapat tugas jaga tengah berkeliling tenda, sementara beberapa prajurit dan dua pendekar purwa yang ada dalam tim tersebut tengah mengobrol santai di depan api unggun.

“Hei, kau, Namamu Wira kan?” panggil salah satu seniornya, “Kau tak bisa tidur? Kemarilah, tuan prajurit ini memanggangkan kita ayam hutan. Enak sekali.”

Wira mengangguk dan tersenyum sebelum bergabung bersama kelompok tersebut.

“Jadi, kudengar kau yang mengalahkan siluman ular itu ya?” tanya sang senior.

“Aku … kurasa hanya beruntung, Senior.” jawab Wira sambil menggaruk kepalanya.

“Ah jangan merendah …, aku salah satu yang mengurus murid-murid yang mengeroyokmu itu bersama Ki Damar. Menurutku, kau lumayan.’’ Ia tersenyum lebar.

“Waah … kalau begitu, bakat murid ini layak mendapat apresiasi,” si prajurit yang tengah memanggang ayam menanggapi, “ayo, nak, coba ayam panggang ini. Resepnya turun-temurun dari keluargaku. Dijamin kau akan menikmatinya.”

Wira hanya tersenyum dan menunduk berterima kasih, sambil menerima bagian paha ayam yang memang tampak menggiurkan itu. Wira merasa tak ada kecanggungan di antara pendekar perguruan dan para prajurit.

Mungkin ini berkat keakraban yang terjalin setelah beberapa waktu lamanya rombongan prajurit tersebut tinggal di perguruan. Di sisi lain, Wira cukup memahami bahwa dari segi kemampuan, para pendekar di dunia persilatan umumnya memiliki keahlian lebih tinggi dari prajurit kerajaan.

Oleh karena itu, ia tak heran saat melihat para prajurit bersikap sopan kepada senior-seniornya yang telah mencapai tahap pendekar. Secara kasat mata, kemampuan antara prajurit dan pendekar di sekitar Wira saat ini tak jauh berbeda, tetapi fondasi di antara keduanya tidaklah sama.

Artinya, walaupun kebanyakan prajurit kerajaan ini berada pada ranah pendekar purwa, kemampuan bela diri dan tenaga dalam mereka sebenarnya masih setara atau hanya sedikit di atas murid-murid senior di Perguruan Rantai Emas.

Bagi Wira sendiri saat ini, ia dapat mengimbangi 5 sampai 10 orang Prajurit Suranaga jika bertarung dengan tangan kosong. Sementara itu, seniornya yang berada pada ranah pendekar purwa ini tentu tak akan kesulitan menghadapi lebih dari 20 prajurit dalam ranah yang sama dengannya.

“Senior, ada masalahkah?” tanya Wira saat menyadari seniornya sejak tadi sering memandang ke arah luar perkemahan.

“Oh, seharusnya saat ini Senior Saka dan mereka yang bertugas patroli telah kembali, hmm … sebentar,” katanya sambil berdiri lalu menghampiri Senior Amita yang sejak tadi mengawasi bagian luar perkemahan.

Wira baru menyadari saat itu telah lewat tengah malam, dan memang mereka yang berpatroli seharusnya sudah kembali ke perkemahan. Wira teringat, Saka dan dua pendekar lainnya berinisiatif melakukan patroli pertama pada malam ini bersama dengan tiga murid senior dan tiga prajurit.

Seharusnya, dengan adanya Saka, mereka tak akan mengalami masalah dalam tugas itu. Sayangnya, pemikiran wira itu segera terbantah. Seorang murid senior yang dikenali Wira bernama Danu tampak keluar dari hutan dan berlari tergopoh-gopoh menuju perkemahan.

Semua yang masih terjaga di perkemahan pun hampir serentak berdiri, termasuk Wira. Amita dan pendekar purwa yang tadi menyapa Wira bergegas menghampiri Danu, termasuk seorang prajurit kavaleri yang ada dalam kelompok tersebut. Bahkan dari kejauhan, Wira dapat menangkap noda darah pada pakaian Danu yang berusaha berbicara dengan napas tersengal-sengal.

“Se-serigala! Kami diserang serigala!”

...***...

Bisa dibilang, Desa Danpa adalah salah satu desa yang letaknya termasuk dekat dengan Perguruan Rantai Emas karena untuk sampai ke desa ini waktu yang diperlukan tidak sampai satu hari. Namun, letaknya yang berbatasan langsung dengan hutan membuat desa ini menjadi rawan mendapat serangan oleh hewan buas.

Jika hewan buas yang menyerang hanya seekor babi hutan dan yang tidak terlalu berbahaya, penduduk desa mungkin masih bisa mengatasinya sebab meskipun tidak terlalu tinggi, ada juga warga desa yang memiliki keterampilan bela diri.

Akan tetapi, jika yang menyerang adalah hewan buas yang sedang atau sudah berada pada tahap menjadi siluman atau mungkin siluman itu sendiri, barulah warga akan meminta bantuan kepada perguruan untuk mengatasinya.

Berdasarkah hal itu, Saka memutuskan untuk segera melakukan patroli agar ia dapat menentukan perimeter yang melingkupi desa dan area perkemahan kelompok dengan lebih jelas dan masih berada dalam jangkauan keamanan. Perimeter tersebutlah yang rencananya akan menjadi jalur sekaligus batas terjauh bagi tim yang bertugas patroli.

Saka telah menelusuri hampir 70% area yang digambarnya saat seekor makhluk tiba-tiba merangsek ke arah tim patroli yang dipimpin olehnya. Dengan kemampuannya sebagai pendekar madya, Saka dapat mengatasi makhluk yang ternyata adalah seekor serigala itu dengan cukup cepat meskipun ia cukup terkejut pula saat melihat wujud serigala itu.

Bahaya yang sebenarnya justru tiba ketika serigala-serigala lainnya mulai bermunculan dari dalam hutan. Saka memosisikan diri di depan rekan-rekannya. Sebagai pimpinan, ia bertanggung jawab penuh terhadap keamanan anggota kelompoknya.

Saka cukup yakin seandainya yang mereka hadapi adalah kawanan serigala biasa, tim patroli ini lebih dari cukup untuk membereskan puluhan ekor. Masalahnya, yang ada di hadapan mereka saat ini adalah belasan ekor serigala bertaring besi.

Kawanan serigala bertaring besi itu mulai menyerang. Saka menebas seekor serigala dan langsung bergerak mencari sasaran selanjutnya. Ia melihat setiap pendekar yang bersamanya sedang menghadapi satu serigala, tiga prajurit Suranaga melawan dua ekor serigala, dan tiga murid senior tengah disulitkan oleh seekor serigala.

Saka segera membantu tiga murid senior itu sebab salah satu di antara mereka telah terluka walaupun tidak parah. Dengan cermat Saka pun menilai bahwa setiap ekor serigala bertaring besi memiliki kemampuan yang setara dengan pendekar purwa.

Saka melirik pertempuran di sekitarnya dan mendapati tiga prajurit Suranaga telah menghabisi satu dari dua serigala yang mereka hadapi. Saka tersenyum sebab merasa mereka masih memiliki peluang.

Meski demikian, Saka tak ingin mengambil risiko yang lebih membahayakan anggota timnya. Maka, ia pun membuka jalan dan meminta murid senior yang terluka itu untuk kembali ke perkemahan dan meminta bantuan, sementara dirinya dan lainnya akan sebisa mungkin mempertahankan posisi mereka sekarang.

Saka sedang mencari cara untuk melumpuhkan para serigala taring besi lainnya sambil mempertahankan diri saat ia melihat seekor serigala melesat ke arah murid senior yang sedang berlari menuju perkemahan.

Saka berbalik dan melepaskan sebuah energi pedang berbentuk sabit untuk melumpuhkan serigala tersebut. Serigala itu terhempas dan jatuh ke samping, tetapi segera bangkit dan justru menatap Saka sebagai mangsanya. Bukannya mundur, Saka justru maju menyongsong serigala bertaring besi yang juga melompat ke arahnya.

Dengan gesit, Saka mengubah arah gerakannya dan berhasil menebas leher serigala tersebut, membuatnya terkapar tak bernyawa. Saka berbalik dan langsung menyerang dua serigala lain yang hendak mengeroyok salah satu pendekar di dekatnya.

Baru saja Saka menghabisi dua makhluk itu, seorang prajurit berteriak kesakitan sebab seekor serigala berhasil menggigit pundaknya. Saka bergerak cepat dan memenggal kepala serigala tersebut sebelum menarik prajurit yang kini terluka parah itu dan menyadarkannya pada dahan pohon terdekat.

Para prajurit lainnya tak tinggal diam. Mereka menyerang setiap serigala yang mendekat dengan lebih beringas. Mungkin karena seorang rekannya terluka, mereka memiliki tekat lebih untuk membalas.

Di sisi lain, Saka melihat dua rekannya yang merupakan pendekar purwa dan dua murid senior telah berhasil mengatasi serigala-serigala yang menyerang mereka meskipun harus bertarung sengit terlebih dahulu.

Baru saja ia hendak mengatakan sesuatu kepada rekan-rekannya, ia mendengar lebih banyak geraman tak jauh darinya. Saka berbalik sambil mengangkat pedangnya kembali dan mendapati lebih banyak lagi serigala bertaring besi yang muncul dari dalam hutan. Beberapa di antaranya bahkan terlihat menatap dan bergerak ke arah desa.

1
anggita
like, iklan utk novel fantasi timur lokal, moga lancar👌
anggita
Wira...,,, Ratnasari😘
Mythril Solace
Seru banget ceritanya, thor! Alurnya ngalir dan gaya penulisannya hidup banget—bikin aku kebawa suasana waktu baca. Aku juga lagi belajar nulis, dan karya-karya kayak gini tuh bikin makin semangat. Ditunggu update selanjutnya ya! 👍🔥
Ilham Persyada: siyap kak ..🫡
total 1 replies
Hillary Silva
Gak kebayang ada cerita sebagus ini!
Kaede Fuyou
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
Ilham Persyada: terima kasih Kak ... mohon dukungannya 🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!