NovelToon NovelToon
Regret By Mendayu Aksara

Regret By Mendayu Aksara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Janda / Cerai / Percintaan Konglomerat / Obsesi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mendayu Aksara

‎"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.

‎Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil

"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

‎"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat

"‎Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."

"Tapi mas..."

Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.

"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan

"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi

‎Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KI-RA-NA

Pagi ini, nampak langit terlihat murung. Mentari pun turut enggan muncul dan menyapa.

"Hari ini nampak mendung, apakah akan turun hujan?"

Tanya Lastri pada Kinara yang sedari tadi sibuk memetik pucuk teh.

"Aku juga tidak tau Las"

Jawab Kinara singkat tanpa menoleh ke arah Lastri, ia tetap sibuk memetik pucuk teh.

"Hallo Naraaa..!"

Sapa seseorang dari arah belakang. Sapaan itu sukses mengalihkan pandang Lastri dan Kinara, sehingga spontan menoleh ke arah sumber suara.

"Den Briyan"

Gumam Kinara setelah mengetahui siapa yang telah menyapanya dengan begitu antusias.

"Bagaimana, hari ini jadi kan menemani saya menemui wanita itu?"

Tanya Briyan pada Kinara

"Tentu, tapi saya belum minta izin untuk cuti bekerja Den"

Jawab Kinara cepat.

"Oh tak perlu, saya sudah meminta izin untuk cuti mu"

Ucap Briyan dengan keseriusan.

"Pada siapa Aden meminta izin?"

Potong Lastri di tengah percakapan dua orang tersebut.

"Pada pemilik kebun ini"

Jawab Briyan singkat.

"Memangnya Aden kenal siapa pemilik kebun teh ini?"

Tanya Lastri selidik

"Ah tidak, saya tak mengenal pemilik kebun ini. Hanya saja kemarin saya bertanya pada salah seorang pekerja, dimana rumah pemilik kebun ini. Dan akhirnya saya diantar ke sana, langsung saja tanpa basa-basi saya sampaikan apa tujuan saya datang ke sana." Jawab Briyan jujur.

"Bagaimana bisa juragan memberi izin?"

Kembali, Lastri menuturkan pertanyaan pada Briyan.

Untungnya Briyan bukan orang yang emosional, sehingga ia menanggapi pertanyaan Lastri yang menjengkelkan tersebut dengan begitu santun.

"Ah untuk itu kalian tak perlu tau, itu urusanku dengan pemilik kebun ini. Yang penting, kalian sudah ku mintakan izin untuk tidak bekerja hari ini"

Jawab Briyan enggan menjelaskan.

Kinara pun mengangguk paham, dengan sigat ia menurunkan bakul rotan yang ada di punggungnya.

"Las, ayo.!"

Ajak Kinara pada Lastri

"Ah ndak, aku ndak ikut, kalian saja. Lagi pula aku sudah memberitahu mu kan Nara siapa dan dimana tempat tinggal wanita bernama Kirana itu"

Jawab Lastri atas ajakan Kinara

"Ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu ya Las. Sama ini, aku titip bakul ku. Nanti kalau Pak Handoyo bertanya, tolong berikan bakul ini" Pinta Kinara.

"Baik Nara"

Jawab Lastri sembari mengangguk

.................//////////////////////////////......................

"Den, bagaimana surat mu. Sudah menemukan cara untuk mengirimnya?"

Tanya Kinara pada Briyan yang saat ini berjalan di sebelahnya.

Briyan yang sedari tadi fokus menatap kanan kiri pemandangan yang begitu hijau, kini mengalihkan arah pandangnya

"Ohh itu, sudah beres. Tiga hari lalu saya mengutus sopir yang menemani saya ke mari untuk pulang ke ibukota provinsi ini. Saya meminta ia untuk mengirimkan surat saya melalui kantor Pos yang ada disana. Mungkin sekarang surat saya sudah sampai ke tangan sahabat saya di Jakarta."

Papar Briyan panjang lebar

"Syukurlah kalau begitu Den"

Ucap Kinara turut merasa legah.

"Jadi ke arah mana tujuan kita saat ini?"

Tanya Briyan antusias

"Satu kilometer ke arah selatan Den"

Jawab Kinara lembut

"Lalu? Kemana lagi setelahnya?"

Kembali, Briyan menuturkan tanya.

"Ah iya, saya lupa memberi tau. Lastri bilang hanya ada satu orang di desa ini yang bernama Kirana. Dan harapan kita saat ini adalah orang itu, benarkah dia lah orang yang kamu cari Den. Untuk itu, silahkan Aden pastikan sendiri" Papar Kinara menjelaskan.

"Sebenarnya aku saja tak mengetahui jelas muka wanita itu"

Batin Briyan dalam hati sembari melamunkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

"Den, bagaimana luka mu?"

Tanya Kinara sedikit melenceng dari topik pembicaraan mereka saat ini.

"Ahh itu, luka ku sudah berangsur sembuh"

Ucap Briyan jujur.

"Syukurlah Den, saya merasa tenang"

Balas Kinara sembari mengelus dada nya pelan, menandakan bahwa perasaan nya saat ini jujur seperti ucap nya barusan.

Sejenak, nampak Briyan hanya mengamati wajah cantik yang berekspresi menggemaskan tersebut. Ia tatap lekat keindahan itu sebelum ia kembali berucap.

"Kan sudah saya bilang, panggil saya Briyan"

Pinta Briyan sembari menampakkan senyum di wajah tampannya.

Kinara hanya tersenyum membalas permintaan Briyan barusan, yang kemudian diiringi dengan anggukan pelan.

"Eh Den Briyan, kita sudah hampir sampai. Itu rumah mbak Ayu"

Ucap Kinara memotong suasana hangat barusan, sembari menunjuk ke arah rumah yang memiliki halaman yang begitu luas tersebut.

Briyan yang sedari tadi menatap Kinara, kini mengalihkan pandangannya mengikuti arah tunjuk Kinara.

Ditatap nya sekilas rumah yang bergaya mewah tersebut, kemudian ia kembali menatap Kinara dengan ekspresi bingung.

"Ayu? Siapa Ayu? Kita kan mencari seseorang bernama Kirana"

Tanya Briyan pada Kinara dengan raut muka yang kebingungan.

"Ah iya maaf Den, maksud saya itu rumahnya mbak Kirana. Namanya Kirana Ayu, biasa kami sapa mbak Ayu. Dia menantu dari juragan kebun tempat kami bekerja" Jelas Kinara

"Ha menantu? "

Gumam Briyan

"Apakah Istri Devan telah menikah lagi?"

Tanya Briyan kembali dalam hati.

"Kalau memang begitu, bagaimana aku harus menjelaskan ini pada Devan nantinya" Tambah Briyan lagi, membatin dalam hati.

"Kita sampai"

Ucap Kinara singkat

"Ahh sudah sampai ternyata. Nara, kamu tunggu disini saja ya. Biarkan saya sendiri yang menemui wanita itu"

Pinta Briyan

"Aku akan segera kembali"

Tambahnya lagi, ia segera melangkah cepat sebelum mendapat jawaban dari Kinara.

Kinara hanya menatap punggung Briyan yang melangkah masuk ke gerbang rumah mewah tersebut. Tak masalah baginya untuk menunggu di luar, toh mungkin ada sesuatu di antara Briyan dan wanita itu yang tak harus Kinara ketahui.

Lagi pula, ia dan Ayu sempat mengalami sebuah kesalah pahaman tentang Mas Danu. Kinara juga masih merasa tak enak hati jika bertemu dengan Ayu.

Sebenarnya Briyan tak ingin Kinara menunggu di luar, tetapi ia tak ingin Kinara mendengar percakapannya dengan wanita yang Briyan yakini sebagai Istri sahabatnya tersebut.

....................//////////////////////////////...................

"Tok tok..."

"Iyaa sebentar" Teriak seseorang dari dalam

Kemudian disusul dengan suara pintu yang terbuka, menampilkan sosok seorang wanita cantik dengan rambut ikalnya. Walau wanita yang kini berada di hadapannya itu cukup cantik, tapi bagi Briyan wanita itu tak bisa menandingi kecantikan Seorang Kinara.

"Siapa ya?" Tanya Ayu bingung pada seseorang yang kini di hadapannya

"Saya Briyan, apakah benar kamu bernama Kirana?" Jawab Briyan sembari bertanya.

"Benar, saya Kirana Ayu. Ada urusan apa kamu mencari saya?" Kini Ayu balik bertanya

"Begini, ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan Anda Nona" Tutur Briyan langsung ke inti

"Kalau begitu, mari silahkan duduk" Tawar Ayu

......................///////////////////////.........................

Dari kejauhan, Dimas menatap seorang wanita yang jelas ia kenal. Wanita itu berdiri seorang diri di depan pagar sebuah rumah yang juga begitu ia kenal.

Dengan sigat, tangannya menarik kencang gas Motor Sport yang saat ini ia kendarai

"Hei Nara, kamu disini"

Tegur Dimas yang berhenti tepat di hadapan Kinara

"Aah Den Dimas, iya Den saya sedang menunggu seseorang"

Jawab nya ramah atas sapaan Dimas barusan

"Ohh begitu, ada urusan apa orang itu bertamu ke rumah Kakak ku?"

Tanya Dimas ingin tau

"Ahh itu Den, Den Briyan ingin bertemu Mbak Ayu" Jawab Kinara jujur

"Briyan? Ada urusan apa laki-laki itu ingin menemui Kakak Ipar ku" Batin Dimas penasaran.

"Hemmm, kenapa kamu tak ikut masuk?" Tanya Dimas lagi

"Ah tidak Den, saya di luar saja"

Jawab Kinara singkat

Seketika memori dalam kepala Dimas muncul kembali, menarik ulang suatu kejadian yang tak mengenakan antara Kinara dan Kakak iparnya tersebut.

Menyadari hubungan Kinara dan Kakak ipar nya itu kurang begitu baik, kini Dimas paham kenapa Kinara hanya berdiri di depan gerbang. Dengan cepat, ia mengalihkan pembicaraan

"Ahh begini, sembari menunggu teman mu. Bagaimana kalau kita jalan-jalan, ku ajak kamu melihat kebun aster yang sedang mekar" Tawar Dimas pada Kinara

"Ti ti tidak perlu Den, saya disini saja. Menunggu Den Briyan sampai kembali" Jawab Kinara menolak

"Ayo lah, sebentar saja. Nampaknya teman mu itu cukup lama berbincang di dalam. Kamu masih tetap ingin menunggunya di luar sini? Lalu bagaimana jika ada orang jahat yang mengganggu mu seperti tempo hari? Apakah kamu tetap tak mau ikut dengan ku dan memilih menunggu nya disini?"

Bujuk Dimas pada Kinara, ia memilah kata-kata yang mampu mempengaruhi Kinara agar mau ikut dengannya. Lagi pula ia tak ada niat untuk berbuat jahat pada wanita itu, ia hanya ingin membawa Kinara pergi.

Bukan tanpa alasan, Dimas hanya tak mau Kakak iparnya melihat Kinara di sini. Ia tak ingin melihat Kinara menjadi bulan-bulanan kekesalan Ayu seperti beberapa bulan lalu bila mereka bertemu

Kinara bergidik ngeri, mengingat kejadian buruk yang ia alami sepuluh hari lalu. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut bersama Dimas melihat kebun bunga aster. Jujur saja, Kinara masih trauma atas perlakuan tak sopan yang ia terima waktu itu dari orang yang tidak ia kenal.

Dan apabila ia memutuskan untuk masuk ke dalam kediaman Ayu guna menyusul Briyan, itu juga bukanlah tindakan yang baik. Karena ia tau, Ayu pasti tak suka melihatnya.

"Baik Den, saya ikut bersama Aden. Tapi sebentar saja ya, saya takut setelah Den Briyan kembali, ia kebingungan melihat saya tak ada disini"

Ucap Kinara apa adanya

"Iyaa, sebentar saja. Aku hanya ingin menunjukkan bunga-bunga itu pada mu. Ayo silahkan naik"

Ucap Dimas dengan begitu antuias.

Kinara hanya membalas dengan anggukan pelan, dengan ragu ia duduk di jok belakang motor sport milik Dimas. Seumur hidupnya, ia tak pernah di bonceng oleh seorang laki-laki.

Selain oleh seorang Devan, itu pun bukan naik motor, melainkan mobil. Untuk pertama kali nya, ia berkendara dan duduk begitu dekat dengan seseorang.

Menyadari ketidak nyamanan itu, Dimas sedikit bergingsut maju, memberi jarak antara ia dan wanita yang saat ini ada di belakangnya.

"Kita jalan sekarang ya, kamu berpegangan yang erat di bagian belakang. Aku akan bawa motor nya dengan pelan"

Ucap Dimas sebelum ban motor sport itu benar-benar bergulir pergi.

"Baik" Balas Kinara yang segera mengeratkan pegangannya pada bagian belakang motor sport tersebut.

...............//////////////////////////////////..................

"Maaf lama, silahkan di minum"

Tawar Ayu pada Briyan yang saat ini sedang duduk di teras rumahnya.

"Ah tak perlu repot"

Sahut Briyan ketika ia dapati secangkir teh yang Ayu sodorkan

"Langsung saja Nona, saya ingin bertanya pada anda"

Tutur Briyan mempersingkat waktu, ia juga merasa tak tenang membiarkan Kinara sendirian di depan gerbang.

"Apa yang ingin Anda tanyakan?"

Tanya Ayu bingung

"Apakah benar Anda istri dari sahabat saya?"

Kini, Briyan menjawab dengan balik bertanya

"Ha? Sahabat mu? Maksud mu Mas Danu adalah sahabat mu?"

Tanya Ayu bingung.

"Danu? Siapa Danu?"

Briyan juga nampak bingung.

"Suami saya, Mas Danu itu suami saya!"

Jawab Ayu tegas

"Suami mu yang sekarang?"

Tanya Briyan lagi

"Iya, status saya sekarang adalah Istri orang. Jangan bilang kalau kamu kemari karena suka sama saya. Dan beralasan bahwa kamu adalah teman Mas Danu"

Tutur Ayu dengan begitu percaya diri.

"Ah tidak, bagaimana mungkin saya suka pada Anda. Saya hanya tak habis pikir, bisa-bisanya Anda menikah lagi. Padahal anda dengan Devan belum bercerai."

Tutur Briyan dengan ekspresi terkejutnya.

"Apa-apaan ini, kamu bertamu hanya untuk memfitnah saya? Iya?!"

Bentak Ayu geram

"Saya tidak kenal dengan namanya Devan, suami saya bernama Danu, bukan Devan! Lagi pula saya hanya memiliki satu suami, untuk yang pertama dan terakhir, yaitu Mas Danu. Jangan ngarang deh!"

Kembali, Ayu berbicara dengan nada tinggi.

"Jangan berbohong pada ku, Devan menunggu kepulangan mu. Aku tau dia pernah berbuat jahat pada mu. Tapi tolong, maaf kan dia. Biarkan dia menjelaskan kesalah pahaman di antara kalian"

Ucap Briyan, kali ini nada nya memelas.

"Cukup, omong kosong apa ini. Saya tidak senang dengan kedatangan anda kemari. Silahkan pergi. Atau anda akan berhadapan dengan Frengki.!"

Titah Ayu tak suka

"Frengki?"

Tanya Briyan bingung

"Siapa lagi si Frengki"

Batin Briyan masih bingung.

"Saya tidak akan pergi, sebelum kamu setuju ikut dengan saya kembali ke Jakarta"

Ucap Briyan yakin, seolah kalimatnya menjadi perintah tersirat untuk Ayu.

"Pemuda aneh. Baiklah kalau kamu memaksa, Frengki.. Frengki..!!"

Panggil Ayu lantang

Briyan menatap wanita itu lekat

"Panggil saja, kedatangan orang itu pun tidak akan mengubah keputusan saya untuk tetap membawa mu menemui Devan"

Ucap Briyan yakin

"Guk Guk Gukkk..."

Seketika mata Briyan terbelalak kaget setelah pandangnya beralih menatap sumber suara

"Astaga, itu anjing Doberman. Ternyata hewan itu yang bernama Frengki"

Batin Briyan sembari menelan ludah.

"Okeh-okeh, saya pergi. Tapi ingat, saya akan kembali. Saya tidak akan menyerah sebelum membawa mu pulang ke Jakarta"

Ucap Briyan sebelum ia melangkah pergi.

Jujur Briyan tak suka Anjing, apalagi jenis anjing yang ia hadapi saat ini, sukses membuatnya tak betah berlama-lama. Karena dulu ia sempat memiliki pengalaman buruk dengan peliharaan tetangganya sewaktu di Amerika.

Briyan merasa tak nyaman dengan tatapan hewan tersebut terhadapnya

Benar saja, baru selangkah ia berjalan. Frengki dengan cepat berlari ke arahnya sembari menggonggong kencang.

"Sial..!"

Ucapnya spontan, kemudian refleks ia berlari kencang.

Briyan begitu panik ketika ia dapati hewan tersebut tepat berada di belakangnya, padahal ia sudah berlari dengan begitu kencang. Entah mengapa jarak antara ia dan hewan itu malah semakin dekat.

Dengan sigat ia mendorong kuat pagar besi yang masih tertutup rapat di hadapannya

Ayu yang masih setia berada di tempatnya semula, hanya tertawa geli melihat tingkah Briyan yang berlari kencang layaknya seorang bocah yang habis melihat hantu.

Kejadian yang Ayu saksikan ini begitu lucu, sehingga mampu membuatnya lupa akan kekesalan yang ia rasakan barusan pada pemuda itu. Tergantikan gelak tawa yang begitu lepas.

"Makanya jangan bikin aku kesal"

Ucapnya di sela gelagat tawa yang menyakitkan perut ramping miliknya.

"Haduhh"

Tambahnya lagi sembari menyeka air mata akibat terlalu asik tertawa.

....................///////////////////////////......................

Citttttssssss

Suara gesekan rem dan roda terdengar begitu nyaring

"Eh lihat-lihat dong..!"

Bentak Dimas pada Briyan yang saat ini muncul tiba-tiba di tengah jalan

"Tolong, tolong saya. Jauhkan hewan itu..!"

Ucap Briyan dengan wajah yang begitu pucat. Sembari menunjuk ke arah pagar rumah mewah yang berada tak jauh dari posisi mereka saat ini

Tak lama, nampak seekor anjing berlari sembari menggonggong seolah sedang mengejar mangsanya.

Melihat itu, spontan Kinara yang masih berada di atas motor terbelalak kaget

Dengan cepat Dimas menurunkan standar motornya guna menunjang motor sport tersebut, ia juga terpaksa meminta Kinara turun dari boncengannya dengan begitu cepat, agar ia juga dapat turun dengan sigat.

Dengan cepat Dimas menghalau pergerakan Frengki dengan tubuhnya, selayaknya seorang superhero, ia menghalau terkaman hewan tersebut dengan tubuhnya sebagai tameng.

"Den.. Awass..!"

Teriak Kinara takut melihat hewan tersebut menerkam Dimas

Briyan pun turut terbelalak melihat hal tersebut. Mata Hazelnya membulat sempurna

"Hahahaaaa, dasar nakal.!"

Ucap Dimas dengan nada bercanda di tengah pergulatannya dengan Frengki

Ucapan Dimas barusan sukses membuat Briyan dan Kinara kebingungan.

Nampak tak lama, Dimas bangun dari posisi tergulingnya barusan. Mendekap kuat Frengki di pelukannya, sembari sekali-sekali menepuk ringan perut hewan tersebut.

Frengki yang tadinya menggulati Dimas, kini beralih berprilaku manja sembari mengelus-elus muka Dimas dengan kepalanya.

"Bocah Nakal"

tambah Dimas lagi sembari menggelitik leher hewan tersebut

"Kembali lah ke dalam"

Ucap Dimas pada Frengki, sembari menepuk kuat tubuh hewan tersebut, tanpa niat menyakiti tentunya. Menyadari perintah tuannya, hewan itu berbalik dan kembali memasuki pagar rumah pemiliknya.

"Mari saya bantu berdiri"

Ucap Kinara yang dengan sigat mengulurkan tangan guna membantu Dimas

Dimas hanya diam sembari menerima uluran tangan Kinara.

Terlihat, ia sedang menepuk-nepuk tubuhnya guna membersihkan debu yang menempel di serat baju yang ia kenakan saat ini. Tak lama, kemudian ia menatap Briyan dengan tatapan geli

"Ayolah Bro, kau takut dengan hewan

semenggemaskan itu?"

Tanya nya sambil tersenyum mengejek

"Saya punya pengalaman buruk dengan Anjing"

Ucap Briyan membela diri.

"Hahah kau tau, saat kau ketakutan tadi. Kau berlari layaknya seorang bocah"

Ucapnya sembari tertawa terbahak-bahak.

"Kau terlihat lucu, benar kan Nara?"

Tambah Dimas lagi.

Mendengar ucapan Dimas barusan, spontan Kinara menepuk pelan lengan Dimas

"Ah tidak, wajar saja Den Briyan seperti itu. Saya juga akan berbuat hal yang sama bila bertemu hal yang saya takuti"

Ucap Kinara guna menghangatkan suasana hati Briyan yang nampak sedang tak baik saat ini.

Dimas masih terus tertawa geli, sedangkan Briyan masih berdiri mematung dengan muka yang begitu pucat.

Sekali lagi, Kinara mengkode Dimas agar tidak lagi tertawa dengan menyikut pelan lengan pemuda itu

Menyadari hal itu, Dimas perlahan berhenti tertawa.

"Yah yahh, mungkin saja kau benar-benar takut. Jadinya berlari sekencang itu."

Ucap Dimas sambil menepuk pelan pundak Briyan.

"Untung kita kembali tepat waktu kan Nara" Tambah Dimas lagi

"Kembali?"

Tanya Briyan bingung, seoalah saat ini ia sadar dengan kalimat Dimas barusan

"Iya, tadi kami pergi bersama melihat kebun aster yang sedang mekar"

Jawab Dimas jujur, akan tetapi, Dimas sengaja mengucapkan kalimat tersebut untuk membuat iri Briyan.

Jujur, Dimas memang tak suka melihat Pemuda itu selalu berdekatan dengan Kinara, ia juga tak tau kenapa.

"Iya Den, maaf, saya tidak memberi tahu Aden terlebih dahulu jika saya pergi sebentar tadi"

Ucap Kinara merasa tak enak hati.

Briyan sudah memintanya menunggu sebentar sampai ia kembali, Kinara malah pergi bersama Dimas. Kinara merasa benar-benar tak enak hati, ia juga takut Briyan tak menyukai tindakannya itu

"Ahh tak apa, saya yang harusnya minta maaf sudah membuat mu menunggu di luar. Untungnya kamu tadi pergi, sehingga pada saat hewan itu mengejar saya sampai keluar, kamu tidak turut dikejarnya"

Ucap Briyan jujur sesuai dengan kata hati nya saat ini.

Mendengar ucapan Briyan barusan, Kinara merespon dengan senyuman hangat.

"Terimakasih telah menghalau hewan itu"

Ucap Beriyan pada Dimas yang sedari tadi menatapnya lekat.

Dimas hanya membalas ucapan tersebut dengan sebuah anggukan ringan.

"Ayo kita pergi"

Ajak Briyan pada Kinara sembari menggenggam erat tangan wanita itu

Guna mengikuti langkah Briyan yang begitu cepat, Kinara tak sempat menolak genggaman tangan Briyan terhadap jari jemarinya.

"Permisi Den"

Ucap Kinara singkat

Kata itu lah yang sempat ia ucapkan kepada Dimas sebelum ia berlalu mengikuti Briyan yang saat ini menariknya cepat.

Melihat itu, Kembali Dimas merasa ada sesuatu yang mengganjal di dada nya.

"Aku tak suka melihat laki-laki itu begitu dekat dengan Nara"

Gumamnya pelan

Tanpa sadar, mimik muka nya kini menampilkan ekspresi tak suka. Matanya menatap lekat dua orang yang kini telah menjauh pergi.

...............//////////////////////////////////.................

"Tok tok tokk"

"Iya masuk"

Sahut seaeorang dari dalam ruangan

"Maaf Tuan, ini ada surat untuk Anda"

Ucap seorang wanita cantik dengan pakaian formalnya.

"Oke taruh saja di atas meja, kamu boleh keluar"

Ucap Devan tanpa menoleh, tatapannya tetap fokus pada layar komputer yang ada di hadapannya saat ini

"Baik"

Ucap wanita itu sembari meletakkan Amplop coklat di atas meja Bos nya tersebut. Kemudian berbalik dan beranjak keluar.

Tak lama, Devan menghentikan aktivitasnya. Ditatapnya Amplop tersebut.

"Siapa yang mengirim ini"

Gumamnya pelan sembari mengambil Amplop tersebut.

"Nampaknya surat ini juga tak resmi sebagai surat kantor"

Gumamnya lagi sembari mebolak balik Amplop.

Seketika, mata nya terbelalak kaget. Mata coklat itu membulat sempurna.

"Akhirnya, Terimakasih Briyan. Kabar darimu ini benar-benar membuat ku bahagia"Ucapnya legah setelah membaca isi Amplop.

Secepat mungkin, di rogohnya saku jas yang ia kenakan saat ini. Memencet nomor pada ponsel pintarnya.

"Hallo, Pak Prabu. Tolong Handle perusahaan saya dalam beberapa hari ke depan. Saya akan pergi ke suatu tempat, tolong bapak atasi semua urusan perusahaan sampai saya kembali."

Titah Devan pada seseorang di seberang sana

"Baik Tuan, saya akan meng-Handle urusan perusahaan dalam beberapa hari kedepan" Balas orang tersebut

"Baik, terimakasih"

Ucap Devan menutup percakapan di siang hari itu.

"Akhirnya, Kita akan segera bertemu, Kinara" Ucap Devan sembari tersenyum legah.

"Aku tak pernah merasa sebahagia ini" Tambahnya lagi.

.

.

.

.

BERSAMBUNG***

1
Adinda
lebih baik kinara sama briyan daripada dimas Dan devan
Adinda
cocok la briyan sama kinara Daripada dimas
Roxanne MA
OMG ADA DIL RABA🥰
Mendayu Aksara: Iyaa, cantik banget dia itu, cocok ngewakilin Kinara yg 'kata'nya cantik banget juga
total 1 replies
Roxanne MA
wahh ka alurnya seruu bangett
Mendayu Aksara: Wahh makasih kak ❤
total 1 replies
Mendayu_Aksara
Ngakak sih Briyan ini ada ada ajee
Mendayu_Aksara
ihh samaan nama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!