Janda Kembang

Sesampainya di dekat mobil, Fatih membawa Rani masuk ke mobilnya. Airin duduk di depan supir, sedangkan Rani duduk dibelakang bersama Fatih.

Rani hanya diam, tatapan nya kosong. Fatih yang melihatnya menangis. Tak sanggup melihat pujaan hati yang sekarang telah menjadi istrinya seperti itu.

Fatih mendekap Rani. ''Maafkan Abang.. Dek..''

Rani diam. Tak menyahut tidak juga membalas pelukan Fatih. Airin yang melihat Rani seperti itu meneteskan air matanya.

''Kak... Kakak jangan sedih ya.. ada Airin disini.. menangislah! jika Kakak ingin menangis! Apapun yang terasa berat, Kakak keluarkan! Biar terasa tenang Kak..'' ucap Airin. Dirinya yang duduk di depan menoleh kebelakang dengan memutar sedikit tubuhnya agar bisa menghadap Rani.

''Dek... jangan diam aja.. ngomong Dek.. jangan siksa Abang seperti ini... Abang nggak sanggup..'' ujar Fatih. Ia masih saja mendekap Rani. Kepala bersandar di bahu Rani.

''Kak... adek mohon.. ngomong! Walau hanya sepatah aja ya?'' bujuk Airin.

Lama mereka terdiam, yang terdengar hanya suara deru mesin mobil dan juga suara isakan Fatih.

"Kenapa??" tanya Rani setelah sekian lama terdiam.

"Hah?" Fatih terkejut mendengar pertanyaan Rani.

"Kak Ai!" seru Airin. Ia tersenyum melihat Rani mau berbicara kembali.

"Kenapa Bang?" tanya nya.

"Maafkan Abang Dek.." sahut Fatih.

"Aku tanya kenapa? Kenapa Abang menikahiku? Apakah untuk balas dendam sama seperti kedua orang tua mu??" tanya Rani lagi.

Fatih menggeleng. "Nggak ada maksud Abang seperti itu Dek.. Abang tulus menikahimu.. bukan karena ingin balas dendam.." sahut Fatih.

"Lalu, mengapa Ibu ku bilang jika kau ada disaat kejadian dua puluh tahun silam? Apakah itu juga salah satu kebohongan mu begitu??" tanya nya lagi.

"I-itu... tidak seperti yang ka-kamu pikirkan Dek...''

''Kenapa??'' tanya nya lagi. Seakan belum puas dengan pertanyaan Fatih.

''Abang tidak ingin mengungkit lagi tentang masalah itu.. aku tak mau kau terluka nantinya..'' imbuh Fatih dengan menatap Rani.

Wajah nan sendu, basah karena air mata. Yang dulunya tersenyum kini berubah menjadi dingin. Datar tanpa ekspresi.

''Kenapa? Kenapa kau tega berbohong pada ku Bang?! Kau tahu tentang semua nya.. tapi kau lebih memilih diam! Apa maksud tujuan mu menikahiku??'' tanya nya lagi.

''Nggak ada maksud apapun Dek! sungguh! Abang benar-benar tulus menikahimu! bahkan demi dirimu Abang rela menentang kemauan Mama!'' tegas Fatih.

Rani menatapnya datar. ''Apa bisa ku percaya omongan Abang?? Abang yakin? jika suatu saat nanti aku berubah, apakah Abang masih bersedia menerima ku??''

''Ya,'' sahut Fatih lugas. Tanpa ada keraguan di dalam nya.

Rani mencari kebohongan di manik mata hitam itu. Lama ia menatap Fatih, tanpa dirasa air mata itu mengalir begitu saja. Tanpa ada suara isakan tangisnya.

Fatih yang melihatnya, mengusap air mata yang mengalir di pipi istrinya.

''Jangan menangis... apapun yang terjadi, kita hadapi bersama ya?? Abang akan selalu di samping mu sampai kapanpun!'' imbuh nya.

''Ya, ku pegang ucapan mu itu bang! Dan jika suatu saat kau tidak bisa menjaga ucapan mu itu, jangan salahkan aku, jika aku akan pergi meninggalkan mu selama nya!'' sahut Rani.

Hati Fatih sedikit tercubit mendengar ucapan Rani. Tapi ia tetap berusaha tersenyum. Untuk sekarang, biarlah seperti ini dulu.

Sampai dimana kondisi rumah serta Ibu Rani, membaik. Maka Fatih berjanji di dalam hatinya, ia tak akan menyentuh Rani sampai waktunya tiba.

Fatih memeluk Rani, yang bersandar di bahunya. Airin tersenyum melihat mereka berdua.

Dalam hati ia berdoa..

''Semoga.. setelah kejadian ini.. tidak ada lagi masalah yang menimpa mereka. Kasihan, baru saja mereka berdua menikah, seharusnya kan masih dalam nuansa pengantin baru? Tapi, pernikahan mereka, di uji dengan masalah yang telah lalu. Semoga kalian berdua selalu bersama ya.. sampai akhir hayat.. Amiiin..''

Airin menatap lurus kedepan dengan sedikit senyum tersungging di bibir tipis nya.

💕

Segini dulu ya..

TBC